Bab 5 Memersembahkan Tubuh, Rasa Sakit
Jiang Jun menunduk ke lehernya, hembusan napas membara menyapu kulit sensitif lehernya, seketika membuat tubuhnya gemetar.
Dia tak mengizinkan sedikit pun penolakan, erat menggenggam tangannya, perlahan merayap dari lehernya ke bawah.
Jiang Jun mempertahankan kesabaran seperti ini hingga Gu Qingyou beradaptasi, tubuhnya tak lagi begitu kaku, tak lagi bergetar, barulah ia melepaskan kedua tangannya.
Saat ini, Gu Qingyou yang telah ditipu dengan kesabaran Jiang Jun sama sekali tidak merasakan tindakannya membuka tali robe tidurnya.
Tiba-tiba ia membuka kedua matanya yang berkabut, namun baru saja melihat jelas wajah tampannya, rasa sakit terkoyak sudah menyergap.
Saat itu, kuku jemarinya tertanam di punggung lebar Jiang Jun.
Sebenarnya ia bisa merasakan, pria itu sudah sangat pelan dan lembut.
Tapi ini tetap menjadi jalan wajib untuk menjadi wanita, sekalipun ia berhati-hati, perasaan itu tetap ada.
Jiang Jun tidak terburu-buru, tetap diam di posisinya, kembali menciumnya dengan sabar.
Kali ini bukan dari leher, melainkan dari bahu rampingnya yang seksi, menyusuri lengan putih mulusnya, hingga ke siku...
Ciumannya seolah memiliki sihir, mereda semua ketidaknyamanan di tubuhnya, membuatnya perlahan tak bisa mengendalikan diri.
Entah mengapa, tangannya meraih lehernya, suara mendesah tak tertahan sesekali keluar dari tenggorokannya karena ciumannya.
Hingga ia benar-benar tenggelam dan lupa segalanya, barulah ia mulai bergerak...
……
Perasaan ini sulit diuraikan, seluruh diri seolah mengambang di langit, melayang tak menentu, tanpa rasa aman sama sekali. Ingin sekali berpijak di tanah, namun ada getaran tak terkatakan yang membuatmu ingin meraih lebih tinggi meski tanpa pegangan...
Walau jelas-jelas sakit, karena sensasi ini tak kuasa kau menolak sang kekasih.
Malah mengikuti tuntunannya, makin terjerat dalam pusaran, merindukan lebih dan lebih.
Rupanya inilah getaran paling purba antara pria dan wanita, yang sanggup melelehkan jiwa merasuk tulang.
――
Subuh, sinar mentari pertama menyelinap masuk. Cahaya-cahaya tipis menggelitik kelopak mata sang gadis di ranjang. Setelah beberapa kali berkedut, bulu mata lebarnyapun perlahan terbuka.
Ingin bangkit duduk, baru sadar tubuhnya telanjang bulat. Tiba-tiba rasa sakit menusuk di antara kedua kaki memaksanya rebah kembali.
Seketika, rekaman semalam muncul jelas di pikirannya. Wajahnya memerah secepat kilat.
Persis saat itu, suara gerakan dari kamar mandi membuatnya buru-buru membalikkan badan. Belum sempat menyelimuti bahu putih yang terbuka, pintu otomatis kamar mandi telah menganga.
Saat Jiang Jun keluar dari kamar mandi, terlihatlah sang gadis yang membalikkan badan. Bahu putih yang halus dan seksi itu terekspos di udara.
Angin mengibaskan tirai putih di tepi ranjang. Seberkas sinar mentari menyinari tubuh malas nan seksinya yang terbaring.
Ini tak sengaja membuat adegan semalam melintas dalam pikirannya.
Seperti setiap hari sebelumnya, ia membuka lemari pakaian dan mulai berganti pasetelan jas.
Gu Qingyou baru membuka mata diam-diam setelah mendengar suara Jiang Jun membuka pintu lemari.
Namun sama sekali tidak menyangka, yang terpampang di kelopak matanya——
Ternyata adalah bayangan punggung telanjang Jiang Jun yang tegak perkasa.
Saat itu, ia buru-buru menutup rapat kedua matanya kembali.
Tapi tubuh telanjang Jiang Jun telah tertoreh dalam di relung hatinya.
Punggung berotot yang lebar dengan beberapa jejak cakaran samar, pinggul kekar yang bergaris jelas, pantat ramping, kedua kaki yang memanjang...
Semalam sama sekali tidak sempat melihat tubuhnya, rupanya bayangan punggungnya seperti model pria, begitu memesona.
Sialan, bagaimana bisa ide seperti ini muncul di kepala Gu Qingyou?
Dalam hati menggerutu, Gu Qingyou memerintahkan dirinya untuk berhenti memikirkan tubuh Jiang Jun, apalagi mengingat-ingat jejak cakaran yang ditinggalkannya di punggungnya di suatu momen semalam...
