Bab 7 Pose Apa?
Ini memang pertama kalinya Gu Qingyou keluar rumah sejak tinggal di keluarga Jiang selama setengah bulan ini.
Sebenarnya keluarga Jiang tidak pernah membatasi kebebasannya, dialah yang takut keluar.
Setiap keluar harus berhadapan dengan lebih banyak orang, apalagi Xia Qingchen adalah selebriti terkenal. Dia khawatir akan menerima pengawasan lebih banyak orang.
Jika ketahuan bukan Xia Qingchen, perjanjiannya dengan Jiang Jun akan batal.
Dia tidak berani mengambil risiko.
“Alasan utama aku bersedia keluar hari ini adalah karena Nyonya Jiang Dong mendengar percakapanku dengan An Yaru. Jika aku terus mengurung diri, malah akan menimbulkan kecurigaan keluarga Jiang.”
“Lihatlah, kau juga bisa terlihat cantik dan elegan dengan mengenakan gaun bermerek tinggi ini. Bahkan kurasa, penampilanmu dengan pakaian Xia Qingchen jauh mengalahkan dia!”
Di dalam kafe eksklusif nan elegan, An Yaru menyilangkan tangan di depan dada sambil memandangi Gu Qingyou di seberang meja, tak ragu memberikan pujian.
Gu Qingyou bersandar di sofa putih, wajahnya tenang serius berkata, “Jangan melebih-lebihkan. Aku punya kesadaran diri.”
An Yaru meliriknya tajam, “Dia hanya terlahir dari keluarga kaya dan menjadi selebriti, jadi auramya lebih baik darimu. Tapi itu tak berarti kau lebih buruk... Setidaknya dalam hal wajah, meski mirip, kau lebih unggul.”
“Sudahlah, ada urusan apa yang ingin kau bicarakan denganku?” Gu Qingyou mengalihkan topik ke hal penting.
Kilatan cahaya tiba-tiba muncul di bola mata An Yaru saat berbisik pelan, “Aku lihat berita pagi tadi Jiang Jun sudah kembali dari urusan bisnis di New York... Jadi, bagaimana malammu bersamanya semalam?”
Melihat sorot mata licik An Yaru, Gu Qingyou langsung paham maksud pertanyaannya. Dua semburat merah seketika membara di pipinya, memaksanya menyeruput kopi di hadapan untuk menyamarkan diri.
“An Yaruu sudah menangkap ekspresi jelas di wajah Gu Qingyou, wajahnya mendekat ke arah Gu Qingyou, berbisik pelan, ‘Sepertinya sudah ada perkembangan... Bagaimana, apakah dia lembut?’”
Segumpal kopi di mulut Gu Qingyou hampir menyembur keluar. Dia meletakkan cangkir kopi, lalu melotot ke arah sahabatnya.
An Yaruu baru menyandarkan tubuhnya kembali ke sofa, terkekeh, “Jangan malu-malu... Aku cuma penasaran sama Jiang Jun. Seluruh kota C mana ada wanita yang tidak penasaran dengannya, ingin tahu kebiasaan atau kemampuannya di bidang tertentu, ini wajar kok!”
Gu Qingyou sungguh mengagumi sahabatnya ini. Membicarakan hal seperti ini, sahabatnya sama sekali tidak tersipu, malah berbicara dengan wajah serius.
Tapi wajahnya sendiri sudah memerah seperti tomat matang.
Kelembutan?
Mungkin ada. Semalam di momen paling menentukan, jelas terasa upaya untuk memperlambat gerakan.
Lagipula, pria ini lebih mudah diajak komunikasi daripada bayangannya. Selama ini kesan dingin dan angkuh yang ditampilkannya ke dunia, ternyata cukup santai saat berbicara dengannya.
“Aduh, cepat jawab dong, aku penasaran banget nih...”
An Yaruu menopang wajah kecilnya dengan kedua tangan, kilatan cahaya di matanya semakin terang, menatap Gu Qingyou dengan tatapan baja takkan menyerah.
Gu Qingyou tersadar, merasa telinganya memanas, lalu menegur tegas, "Kepala nakalmu ini tak bisakah memikirkan hal-hal bersih..."
An Yarou segera menyipitkan mata, memandangnya dengan tatapan jahil, "Jika kau tak jujur, aku tak akan lagi memberi kabar tentang kondisi Bibi Shu tepat waktu..."
"Kau..."
"Cepat cerita, ini kan cuma urusan satu dua kalimat... Aku janji tak akan tanya detail."
Detail?
Apa harus kutanya posisi apa yang Jiang Jun pakai bersamamu?
Dasar perempuan mesum, sungguh salah berteman dengan teman buruk!
Wajah Gu Qingyou memerah padam, menatap tajam sahabatnya, akhirnya mengatupkan gigi bersiap bicara di bawah tatapan mengintimidasi.
Tiba-tiba dering ponsel dari tasnya memecah kesunyian.
Wajah An Yarou langsung muram.
Gu Qingyou malah bersyukur pada Tuhan, tersenyum tipis mengambil ponsel, tapi membeku saat membuka flip phone.
Telepon itu ternyata dari Jiang Jun.
