Bab 10 Mengingatkan Mereka Untuk Kontrol Diri
Jiang Jun menatapnya beberapa detik, ekspresi datarnya tak berubah, bibir tipisnya bergerak tenang, \"Kau harus selalu ingat statusmu, barulah tak akan membuat kesalahan.\"”
Gu Qingyou mengangguk, \"Ini kelalaianku. Ke depannya, aku akan berusaha menghindari hal seperti ini terjadi.\"”
Sepertinya Jiang Jun membalasnya dengan suara samar, lalu perlahan menyesap anggur merahnya.
Melihat itu, Gu Qingyou pun mengambil gelas anggurnya dan menyeruput perlahan.
Mungkin karena jarang minum anggur, tenggorokan Gu Qingyou tiba-tiba tertahan, batuk tak tertahan meledak. \"Hukh... hukhk...\"
Menyaksikan adegan ini, Jiang Jun meletakkan gelasnya di meja kayu, jari-jarinya berhenti di permukaan meja kerja, sudut bibirnya melengkung samar, \"Latihan minum anggur perlu ditingkatkan. Akan ada banyak acara resmi yang mengharuskanmu mendampingiku... Qing Chen memang punya toleransi alkohol baik.\"”
\"Baik.\"
Setelah mengumpulkan keberanian, Gu Qingyou kembali meneguk anggur merahnya.
Kali ini lebih lancar. Setelah melewati kerongkongan, aroma anggur yang kaya mulai menyebar di inderanya.
Melihat gaya minum Gu Qingyou, seolah Jiang Jun tersenyum tipis, \"Duduklah sebentar. Aku masih ada urusan. Nanti ikut aku pulang.\" Sambil berkata demikian, langkahnya menuju kursi kerjanya.
Gu Qingyou memandang sosoknya yang tampan, lalu mengangguk.
Jiang Jun segera fokus pada beberapa dokumen, membacanya dengan sungguh-sungguh.
Gu Qingyou duduk di sofa kulit hitam kantor, mengambil beberapa majalah keuangan di meja teh. Namun ia menyadari tak memahami isinya, merasa canggung. Secara tak sengaja, matanya menangkap profil wajah tampan Jiang Jun.
Pepatah mengatakan pria paling menarik saat serius, ternyata benar adanya.
Tanpa sadar ia menatapnya beberapa detik, namun segera menyadari tatapannya dan buru-buru menarik pandangan.
Menyadari Jiang Jun tak memperhatikan, ia menghela napas lega di dalam hati.――
Saat meninggalkan Jiang Corporation, Gu Qingyou menggandeng lengan Jiang Jun.
Sepanjang jalan, karyawan melayangkan tatapan hormat padanya dan tatapan iri padanya. Ia membalas dengan senyuman, sementara indranya tenggelam dalam aroma segar dari tubuh Jiang Jun.
Jiang Jun sibuk menelepon, seluruh aura tubuhnya memancarkan kesombongan, tak membalas sapa karyawan.
Jelas ini bukan karena sedang telepon, melainkan kebiasaannya sehari-hari.
Keluar dari perusahaan, mereka naik Mercedes-Benz S65L.
Mobil meninggalkan perusahaan. Gu Qingyou melepas gandengan lengan, menggeser posisi sedikit menjauh, lalu memandang keluar jendela.
“Tadi di lingkungan perusahaan yang gaduh, dia tidak mendengar jelas kepada siapa Jiang Jun memberi pemberitahuan. Saat ini dalam gerbong yang sunyi, barulah ia tahu ternyata pria itu sedang menelepon Xia Qingchen.”
“Suara Xia Qingchen sangat khas, sebelumnya dia bahkan sengaja menghabiskan dua hari untuk mempelajarinya. Kini melalui ponselnya yang samar-samar terdengar, seolah semakin merdu.”
“Namun anehnya, ekspresi Jiang Jun datar saat bicara dengan Xia Qingchen, dan sebagian besar waktu hanya mendengarkan. Ia sangat jarang menanggapi.”
“Apakah orang sombong seperti ini juga tetap arogan di hadapan orang yang dicintainya?”
Gu Qingyou berpikir dalam hati.
……
“Kembali ke Rumah Jiang, masih jauh dari waktu makan malam. Jiang Jun dan Gu Qingyou duduk di ruang tamu berbincang dengan Direktur Jiang dan istrinya.”
“Jiang Jun melepas mantel jasnya, hanya mengenakan kemeja putih. Seluruh penampilannya terlihat semakin tampan dan anggun, membuat Gu Qingyou beberapa kali kehilangan fokus.”
“Jun'er, meski baru menikah, tapi harus ada kontrol diri. Kau tahu kondisi tubuh Qingchen kurang baik... Harus lebih memperhatikan.” Nyonya Direktur Jiang berkata dengan agak malu.
“Kebetulan Gu Qingyou sadar dari lamunannya. Mendengar itu, pipinya memerah. Ia mengangkat pupil mata yang jernihnya untuk melirik Jiang Jun.”
“Ini... situasi apa?”
“Namun ekspresi Jiang Jun tetap tenang, tak terbaca emosinya.”
“Saat itu, Gu Qingyou mendengar kepala rumah tangga dan seorang pelayan di sampingnya tertawa kecil. Pelayan itu ternyata orang yang pagi tadi diperintahkannya untuk mengganti sprei.”
Detik berikutnya, Gu Qingyou sepertinya tersadar, wajahnya langsung memerah, merasa kesal hingga ingin segera mencari terowongan untuk mengubur dirinya sendiri.
Sialan, bagaimana bisa dia tidak teliti seperti ini...
Jiang Jun dan dia semalam bahkan tidak makan malam, langsung masuk ke kamar, keesokan harinya sprei sudah "rusak"...
Bukankah ini seperti mengumumkan ke seluruh dunia betapa dasyatnya mereka semalam?
Kemalangan.
