BAB 28 DUDUK DI PAHANYA
Setelah kepergian Que Yan, kantor kembali sunyi.
Kesunyian ini membuat perhatian Gu Qingyou tertuju pada tangan Jiang Jun yang melingkari pinggangnya. Wajah anggunnya yang pucat bersemu merah, namun ia berusaha tetap tenang.
"Yang itu... Sebelum Ye Shuo membawaku menemui Nyonyamu, untuk menghindari kecurigaan Nyonya Direktur Jiang, dan mengingat kejadianku semalam di pesta——eh, sekarang aku tahu itu Tuan Que, hal ini belum kuceritakan padamu—aku berbohong pada Nyonya Direktur Jiang bahwa kita janji makan siang bersama." Gu Qingyou tak berani menoleh ke Jiang Jun, ia tak ingin ketahuan pipinya memerah.
Mereka telah beberapa malam menjalin hubungan intim. Kini, hanya dengan pelukan di pinggangnya saja, pipinya sudah memerah sampai begini. Ia merasa sangat canggung.
Jiang Jun dengan tenang menyesap anggur merah, suara beratnya terdengar lembut, "Statusmu sekarang adalah Nyonya CEO Jiang, datang ke sini adalah hal biasa. Nantinya tak perlu menjelaskan apapun padaku, hanya saja waktuku sangat sibuk, kadang belum tentu bisa menemanimu."
Mendengar jawaban Jiang Jun, Gu Qingyou merasa sedikit tak percaya. Merasa suhu pipinya sudah mulai mereda, ia perlahan menoleh dan menatapnya.
Jiang Jun meletakkan gelas anggur di atas kaki yang bersilang, alisnya berkerut seakan sedang merenungkan sesuatu.
Saat serius, profil wajahnya yang menegang terlihat dingin dan tegas, memancarkan aura kekuatan yang tak tergoyahkan bagai raja yang angkuh.
"Jika kau terus menatapku seperti ini, mungkin aku takkan bisa fokus pada hal yang sedang kupikirkan."
Saat Gu Qingyou sedang bengong, telinganya perlahan menangkap suara Jiang Jun yang terselip nada malas.
Gu Qingyou tersentak sadar, mendadak merasa malu. Yang lebih canggung, Jiang Jun sudah memiringkan kepala memperhatikannya dengan penuh minat, kilatan licik menggemaskan terlihat di kedalaman mata gelapnya yang mengamati wajahnya yang kembali memerah.
Wajahnya semakin merah, hanya karena dia menangkap makna tersirat di kalimat terakhir Jiang Jun.
"Kalau orang yang mengenaliku semalam itu sahabatmu, maka urusan selesai... Aku, aku mau ke toilet dulu." Gu Qingyou berkata agak terburu-buru, hingga suaranya terdengar gagap.
Dia mengakui, semakin lama dia semakin familiar dengan Jiang Jun, sampai sekarang dia takut saat Jiang Jun memandangnya dengan tatapan penuh makna.
Harus diketahui, saat tatapannya menjadi terlalu dalam dan misterius, itu berarti dia mulai ingin...
Sayang, sudah terlambat.
Begitu Gu Qingyou bangkit dari sofa, lengan kuat Jiang Jun sudah dengan lembut merengkuhnya.
Tenaga di lengannya begitu besar, cukup dengan gerakan lembut ini, seluruh tubuh Gu Qingyou langsung terjatuh.
Gu Qingyou baru menyadari saat napas hidungnya hampir menyentuh Jiang Jun bahwa dia dibuat duduk di pangkuannya. Telapak tangan yang menempel di pinggang rampingnya mencengkeram erat, tak memberi ruang gerak, sementara mata hitamnya memancarkan sorot menggoda yang hipnotis.
"Kau..." Gu Qingyou memang sejak lahir berkulit wajah tipis. Di siang bolong, kedekatannya dengan Jiang Jun membuat pipinya langsung memerah hingga ke pangkal telinga. "Apa yang kau lakukan?"
Tangan kanan Jiang Jun tanpa disadari telah meletakkan gelas anggur. Jari telunjuknya mengait dagunya dengan lembut. Di bawah cahaya terang kantor, jari-jarinya tampak panjang dan bersih, arloji mewah di pergelangan tangannya berkilauan menegaskan keanggunan dan kemewahannya. Matanya tak berkedip memandang wajah mungilnya yang tegang dan lembut, suara seraknya berucap perlahan, "Entah mengapa, aku begitu mudah merasakan sesuatu padamu?"
Gu Qingyou yang kini sudah berpengalaman paham ini adalah godaan Jiang Jun. Wajahnya langsung memerah membara, sayang dagunya terkunci erat olehnya sehingga tak bisa memalingkan muka.
