Bab 50Ia mengangkatnya ke pangkuannya sendiri
Malam itu, kamar pasien diterangi cahaya hangat. Nyonya Jiang Dong duduk di tepi ranjang dengan wajah penuh kasih sayang. "Qingchen, dokter bilang hari ini kau tak boleh minum terlalu banyak kuah. Mama membuatkan semangkuk mi ayam khusus. Kalau lapar, makanlah sedikit. Jika tak berselera, beri tahu Mama ingin apa, besok Mama akan masakkan..."
Gu Qingyou bersandar di kepala ranjang. Setelah beristirahat sepanjang siang, wajahnya sudah jauh lebih segar. Dengan lembut dia menggelengkan kepala pada Nyonya Jiang Dong. "Mama, aku lapar. Nanti akan kuhabiskan semua mi buatanmu, jangan khawatir."
Mendengar kata-kata penghiburan Gu Qingyou, hidung Nyonya Jiang Dong memerah. "Maafkan Mama, Qingchen. Ini semua salah Mama yang tak cermat memfilter pelayan di rumah, sampai kau menderita begini..."
Suara Gu Qingyou bertanya perlahan, "Sudah dikonfirmasi pelayan rumah yang melakukannya?"
Nyonya Jiang Dong mengangguk, "Ya, salah satu pelayan yang menyiapkan sarapanmu di dapur pagi tadi. Dia menghilang setelah kejadian, sampai sekarang belum kami temukan."
“Sepertinya masalahnya pasti ada di sarapan kemarin pagi.” Gu Qingyou menghela napas panjang. “Aku yang bodoh, tidak menyadari ada yang aneh dengan sarapannya.”
Nyonya Jiang marah hingga wajahnya menegang, “Kalau seseorang sengaja mengutak-atik sarapanmu, mana mungkin kau bisa merasakannya?”
Gu Qingyou mengangguk.
“Kalau pelayan yang berani macam-macam ini ketemu, aku takkan biarkan Jiang Jun memaafkannya!” Nyonya Jiang batuk-batuk kecil karena emosi, lalu memegang tangan Gu Qingyou. “Tapi kau tak perlu khawatir, kalau nanti hamil lagi, Mama pasti takkan izinkan pelayan mana pun mengurus makananmu. Mama sendiri yang akan masak untukmu.”
“Ya.”
Kepala pelayan menghampiri mereka dengan hormat, “Nyonya, Tuan Jiang sudah datang.”
Nyonya Jiang bergumam kesal, “Kenapa baru sekarang datang? Tidak bisa lebih cepat sedikit?” Meski begitu, ia bangkit dari tepi ranjang. “Kau ditemani Jiang Jun saja. Jangan lupa habiskan mi ayamnya, sudah mulai dingin nih.”
“Baik.”
Nyonya Jiang lalu pergi bersama kepala pelayan. Di depan pintu, ia sempat menegur Jiang Jun lagi sebelum akhirnya meninggalkan kamar pasien.
Dari kejauhan, Jiang Jun memandang wajah Gu Qingyou yang sudah kembali berwarna segar, sambil melambai ke Rui'er di dalam kamar.
Rui Er segera meletakkan mangkuk mi ayam di tangannya, lalu pergi dari kamar pasien bersama perawat.
Jiang Jun duduk di tepi ranjang, dengan refleks memeluk pinggangnya. "Apa perasaanmu sudah membaik malam ini?"
Meski ekspresinya tetap tenang seperti siang hari, pelukan Jiang Jun sedikit melepaskan tekanan perasaan tertekan yang selama ini dipendam Gu Qingyou.
Dengan kelopak mata tertunduk lemah, Gu Qingyou menjawab jujur, "Tidak baik. Setiap mengingat kejadian ini, hatiku tetap sakit."
Jiang Jun menatapnya dalam-dalam selama sekitar semenit sebelum akhirnya bersuara, "Perlu aku menemanimu malam ini?"
Gu Qingyou mengedipkan bola mata untuk menghilangkan kekeringan, lalu mengangkat kepala dengan tatapan tegar kembali. "Aku baik-baik saja. Hanya ingin tahu, mengapa pelayan itu melakukan ini? Apakah ada konflik dengan keluarga Jiang? Atau..." Ia berhenti sejenak, "Ada dalang di balik layar?"
Jiang Jun menarik kembali tangan dari pinggang Gu Qingyou, mengambil mangkuk mi ayam di sampingnya lalu berkata datar, "Menurutku urusan ini sudah selesai."
Gu Qingyou terdiam sesaat, mengira salah dengar.
Jiang Jun menyendokkan sebagian mi, menyuapkannya ke mulut Gu Qingyou.
Melihat ketenangan yang tak berubah di wajah Jiang Jun, Gu Qingyou menatapnya tak percaya, "Maksudmu... kita tidak akan mengejar ini lebih jauh?"
"Mi-nya akan dingin. Makan dulu." Nada Jiang Jun tetap datar tanpa gelombang emosi.
Gu Qingyou memalingkan wajah, menarik napas dalam-dalam, bertanya dengan suara gemetar, "Bisa kau beri tahu aku alasannya?"
"Makan mi dulu."
"Aku tidak ada nafsu makan."
Jiang Jun menatapnya dengan serius, "Tidak ada nafsu makan pun harus makan, kecuali kau tidak peduli pada tubuhmu sendiri."
"Aku tidak bisa makan." Tatapannya berkilau, Gu Qingyou tak berkedip memandangnya, "Aku ingin tahu alasanmu memutuskan tidak mengejar ini."
Jiang Jun meletakkan sumpit yang masih menggenggam mi.
Mata Gu Qingyou luar biasa jernih, bagai langit yang baru dicuci hujan.
Ia berbicara dengan tenang, "Habisi mi ini, aku akan memberimu penjelasan."
Gu Qingyou ragu sejenak, lalu mengambil mi dari tangan Jiang Jun.
Aroma mi buatan Nyonya Jiang menggugah selera, tapi setiap suapannya masuk mulut terasa tak berbumbu.
Jiang Jun menerima mangkuk kosong dari Gu Qingyou, mengembalikannya ke meja samping tempat tidur.
Gu Qingyou memandang tajam, menanti penjelasannya.
Jiang Jun akhirnya berbicara, masih dengan nada yang tenang seperti biasa padanya, "Saat ini aku tidak ingin mengejar ini."
Alis Gu Qingyou berkerut, "Mengapa?"
Ekspresi Jiang Jun datar, "Penjelasan yang bisa kuberi hanya ini."
Alis halus Gu Qingyou semakin mengerut, tak percaya ia menjawab dengan begitu enteng.
Ini nyawa kecil yang hidup, bagaimana mungkin ia bisa bersikap santai dan acuh tak acuh?
Namun anak yang hilang itu juga darah dagingnya, apakah ia sama sekali tidak merasakan sakit hati? Bagaimana mungkin dia merasa seolah-olah ia hanyalah orang luar yang tidak terlibat?
Lalu, kemarin saat mengetahui kemungkinan dirinya hamil, di dalam mobil menuju rumah sakit ia berkata tidak ada yang lebih penting dari anaknya. Saat menemaninya turun, ia bahkan memperhatikan jalan di bawah kaki perempuan itu... Apakah semua ini palsu?
Ataukah...
Memikirkan ini, Gu Qingyou merasakan matanya semakin perih. "Tapi pagi tadi kau bilang padaku, kau akan membuat orang yang melakukan ini membayar harga yang pantas." Dia menginterogasinya dengan suara datar, namun gemetar yang tak tertahan.
Jiang Jun tidak menjawabnya.
Gu Qingyou menatapnya lama, lalu menundukkan bola mata yang perih.
Kesunyiannya telah memberinya jawaban. Semuanya sudah jelas.
Akhirnya, dia mengangkat kepala, mendorong rasa tersekat di lehernya, menatapnya dengan tenang. "Kau bisa tidak mengejar urusan ini, tapi perjanjian tentang memiliki anak antara kita sudah kupenuhi."
Kedalaman mata hitam Jiang Jun menyimpan gejolak emosi yang tak terdefinisi.
Gu Qingyou melanjutkan, "Secara teknis, karena kehilangan anak ini bukan akibat kesalahanku, transaksi kita sudah selesai. Tapi aku tidak akan sekejam itu. Tubuh Nyonyamu belum pulih, aku akan menunggu sampai dia sembuh sebelum menukar kembali status kita. Tapi sebelum itu, kuharap kita menjaga jarak secara diam-diam."
“Jiang Jun sepertinya menyipitkan matanya sejenak, dalam sekejap mata, kilau licik seorang pedagang dan kelicikan terpancar dari sorot matanya. Suaranya berat saat berbicara, 'Kau marah padaku?'”
Entah mengapa, sebelumnya dia selalu tegang di hadapannya, namun kini dia menyipitkan mata secara samar.
Apa haknya untuk marah padanya?
Mereka tidak memiliki hubungan apa pun, hanya saling memanfaatkan, sehingga terjadi transaksi.
Dengan status apa dia bisa marah padanya?
Namun, memang benar dia sedikit kecewa padanya.
Apakah sikapnya yang memaafkan dan memelihara kejahatan seperti ini benar-benar bentuk perlindungan untuk orang itu?
Tiba-tiba dia tidak ingin berbicara lagi dengannya.
“Tolong minggir, aku mau ke toilet.” Gu Qingyou membuka selimut, bersiap turun dari ranjang.
Dia bersyukur klinik kandungan keluarga Jiang memberikan operasi terbaik untuknya. Sekarang, selain rasa sakit samar di bagian bawah tubuh, dia sudah tidak merasa lemah.
Namun Jiang Jun tidak bergerak dari tempatnya.
Gu Qingyou hendak turun dari sisi lain ranjang, namun Jiang Jun tiba-tiba menangkap kedua kakinya yang ramping, dengan mudah mengangkatnya dari tepi ranjang langsung ke pangkuannya.
Gu Qingyou tertegun sejenak.
