Bab 66 Terbiasa dengan pelukan lembut?
Sibuk apa?
Adegan demi adegan pria maupun wanita terlibat pertarungan mulai diputar dalam pikiran Gu Qingyou, ia segera menggunakan selimut untuk menutupi wajahnya yang memerah. "Maaf, ponsel kemarin jatuh rusak, baru hari ini beli yang baru... Ada perlu apa?"
Gu Qingyou ingin cepat-cepat menyuruh pergi sahabatnya, ia benar-benar sudah kehabisan tenaga menahan kantuk.
"Oh, aku cuma mau bilang 'maaf', kepala babi ini! Waktu itu foto tempat yang aku siapkan untuk perjalanan ditunjukkan ke Bibi Shu, ternyata tidak sengaja kebawa foto kamu dan Direktur Jiang... Aku bingung jelasin, akhirnya bilang dia pacar resmimu, tapi hubungannya baru mulai..."
"Aku sudah tahu, Bibi Shu tadi menelepon."
"Terus sekarang gimana?" An Yaru saat ini membenci karakter cerobohnya sendiri. "Aku yakin Bibi Shu pasti minta kamu bawa pacar ketemu, keinginan dia supaya kamu punya pacar sudah sampai level gila..."
"Ya, nanti kalau ada waktu akan kubawa pulang."
"Ah?" Suara An Yaru di seberang tiba-tiba terkejut. "Qingyou, barusan kau bilang apa... Mau ajak Direktur Jiang pulang menemui Bibi Shu?"
"Yaru, aku sekarang ngantuk banget, tidur dulu ya... Kita bicara lain kali." Usai berkata, kelopak mata Gu Qingyou terpejam, ponsel meluncur dari telinganya.
"Qingyou, Qingyou... Jelasin dulu sebelum tidur! Tunggu, jam segini masih mau tidur?"
Tak peduli seberapa keras An Yaru berteriak di seberang ponsel, Gu Qingyou tetap melanjutkan perburuan "kecoa kantuk"-nya.
……
“Jiang Jun masuk ke perusahaan, Que Yan sudah menunggunya di kantor selama dua jam penuh, tidak sabar sampai hanya bisa ‘mengganggu’ asisten kecil Ye Shuo. Adegan yang dilihat Jiang Jun adalah Que Yan mendinding asisten itu ke tembok, hampir menciumnya.
Jiang Jun menyelipkan kedua tangan ke saku celana, tatapannya menyala bagai obor. "Sejak kapan kantorku jadi medan perangmu untuk berburu wanita?"
Si kelinci putih yang awalnya tergoda dengan patuh, tiba-tiba mendengar suara Jiang Jun, wajahnya langsung merah padam. Buru-buru mendorong Que Yan dan meminta maaf pada Jiang Jun, lalu menutupi wajahnya dengan dokumen sambil berlari keluar dengan muka merah...
Que Yan yang diganggu langsung tak puas. Menghantam tembok dengan tinjunya, melotot penuh kemarahan, "Tidak bisakah kau datang satu menit lebih lambat?"
"Bukannya kau sudah tidak sabar menunggu?" Jiang Jun meliriknya dingin lalu menjauh.
"Bicara soal menunggu... Direktur Jiang, kau terlalu tidak berperikemanusiaan!" Que Yan mendekati meja kerja, memandang wajah dingin sang target, mengatupkan gigi. "Kau bersantai di pelukan lembut sepanjang pagi, sementara aku menunggumu sia-sia dua jam. Pernahkah kau merasakan nestapa harus melepas tangan wanita yang sedang merangkulmu di pagi buta?"
Jiang Jun bersandar di kursi, menyesuaikan pose nyaman, memandangnya dengan tenang. "Yakin masih mau kuperkenalkan Huo Yutong padamu?"
“Ah, Huo Yutong?” Que Yan seketika matanya berbinar, kedua tangan menopang di permukaan meja kerja, nada suara tiba-tiba menjadi lembut seperti sedang merayu. "Direktur Jiang, maksudmu kau sudah menjadi perantara antara aku dan Huo Yutong?"
Jiang Jun menurunkan pandangannya. "Itu tergantung apa yang bisa kau berikan padaku."
Que Yan segera seperti mempersembahkan harta karun, mengulurkan sebuah dokumen di atas meja kerja dengan penuh hormat ke tangan Jiang Jun, berkata dengan nada santai, "Seharusnya kau beri tahu sejak awal bahwa kau sudah menjadi perantara antara aku dan Huo Yutong, agar urusanku untukmu bisa lebih efisien."
Jiang Jun membuka dokumen dan menyapu pandangannya sekilas, "Tanda tangan di bawah dokumen ini adalah tanda tangan Qi Yuanheng?"
Que Yan mengedipkan mata, "Asli... Sekarang Qi Yuanheng seperti orang sakit yang panik mencari tabib. Tentu saja, Qi Yuanheng selalu licik. Jika bukan karena urusanku yang kukerjakan tanpa cela, mungkin dia tidak akan mudah tertipu seperti ini."
Jiang Jun menutup dokumen, merenung sejenak, lalu bersuara, "Dua hari lagi aku akan pergi ke Kota N... Untuk urusan selanjutnya, lanjutkan sesuai rencana sebelumnya."
Mendengar Jiang Jun akan pergi ke Kota N, Que Yan menyipitkan mata dengan tatapan jahat, "Kali ini mau bawa Nona Gu tidak? Dulu kan sudah terbiasa memeluk orang, sekarang juga sudah terbiasa bangun siang?"
Jiang Jun melirik dingin ke arah Que Yan. "Sepertinya kau sangat tertarik dengan kehidupan pribadiku. Perlukah aku juga membicarakan kehidupan pribadimu di depan Huo Yutong?"
Que Yan segera mengibaskan tangannya, lalu menarik-narik dasinya untuk kembali ke penampilan serius. "Direktur Jiang, aku berjanji, rasa ingin tahuku atas urusan pribadimu benar-benar tulus demi kebahagiaanmu."
Jiang Jun melewati Que Yan, wajahnya kembali berkerut serius. "Qi Yuanheng tetap rubah tua. Tanpa melihat proyek langsung, mungkin dia takkan mengeluarkan uang. Cari orang ambisius di sekitarnya, beri dia godaan, suruh dia bisikkan angin ke Qi Yuanheng. Sekaligus beri tekanan lebih dari berbagai pihak."
Que Yan mengangguk, ck-ck. "Licik!"
Suara itu masuk ke telinga Jiang Jun, membuatnya mengangkat kepala.
Que Yan langsung mengganti ekspresi menjadi serius. "Aku memuji kedalaman strategi Direktur Jiang, sungguh mengagumkan."
Saat itu juga, pintu kantor terdengar ketukan.
Que Yan buru-buru ingin merayu wanita yang ditelantarkannya pagi tadi. Ia mengambil dokumen di meja kerja. "Kalau tak ada perintah lain, hamba pamit." Demi Huo Yutong, sungguh memalukan. Tapi mati di bawah peoni pun jadi hantu tetap gagah!
Jiang Jun menyeringai.
Que Yan dan Ye Shuo berpapasan di pintu. Ye Shuo membungkuk hormat sebelum masuk ke kantor.
"Direktur Jiang, Nona Xia sudah tiba di Kota C kemarin sore. Karena tak bisa menghubungi Anda, saya menempatkannya di hotel. Tapi suasana hatinya... agak terganggu."
“Baru saja Ye Shuo selesai melapor, ponselnya berdering. Setelah meminta maaf pada Jiang Jun, Ye Shuo segera mengeluarkan ponselnya. Benar seperti dugaan Ye Shuo, yang menelepon adalah Xia Qingchen.”
“Ye Shuo ragu-ragu apakah harus menerima telepon, namun Jiang Jun sudah memberi isyarat agar Ye Shuo menekan tombol speaker.”
“Dari ponsel langsung terdengar suara panik Xia Qingchen, 'Asisten Khusus Ye, bagaimana? Apakah Jiang Jun sudah datang ke perusahaan?'”
“'Barang bawaanmu masih ada di hotel kan?'”
“Mendengar suara Jiang Jun yang tiba-tiba muncul, Xia Qingchen tertegun sejenak sebelum akhirnya tak bisa menahan sukacita, 'Ya... Karena tidak bisa menghubungimu, aku tak berani pulang sembarangan... Aku khawatir ada masalah. Sekarang mendengar suaramu, hatiku jadi tenang.'”
“'Aku akan menyuruh Ye Shuo menjemputmu sekarang. Langsung mulai perjalanan kembali ke New York.'”
“'Kembali ke New York?' Xia Qingchen terkejut. 'Tapi... Jun, kakiku sudah sembuh, aku...'”
“'Aku perlu kamu kembali ke New York.' Alis Jiang Jun berkerut. 'Atau... kamu punya keinginan lain?'”
“'Aku... aku tidak... Baik... Baik... Aku... aku nanti akan ke bandara... Aku kembali ke New York... Lagipula kakiku sampai sekarang belum benar-benar pulih.'”
“Siapa pun bisa mendengar suara gemetar Xia Qingchen yang dipenuhi kekecewaan dan kepedihan saat ini.”
“Melihat Jiang Jun sudah menekan interkom untuk memanggil sekretaris Irene masuk, Ye Shuo segera mengakhiri panggilan.”
“Bab 67 Mencium Lagi”
“Bab 67 Mencium Lagi”
“Tidur Gu Qingyou kali ini sangat nyenyak, sampai langit menggelap barulah ia terbangun.”
“Perasaan penuh vitalitas ini membuat suasana hatinya tanpa alasan menjadi baik. Setelah berganti gaun retro putih dengan kerah tinggi yang mempertegas keanggunan seluruh wajahnya, Gu Qingyou turun tangga dengan senyuman.
Pasangan Direktur Jiang sedang berdiskusi sesuatu di sofa, wajah keduanya penuh keceriaan.
Gu Qingyou mendekat dan memanggil dengan manis, "Ayah, Ibu."
Mengenai urusan Xia Qingchen, karena Jiang Jun sudah berkata akan menanganinya, ia pun tak lagi memikirkannya. Lagipula Xia Qingchen tak meneleponnya lagi.
Saat ini perasaannya bagai batu besar yang selama ini menindih dadanya akhirnya terangkat, membuat seluruh dirinya merasa sangat ringan.
"Sudah bangun?" Nyonya Jiang Dong menarik tangan Gu Qingyou duduk di sampingnya. "Ayahmu dan Ibu sedang memilih perhiasan untukmu. Kebetulan kau datang, lihatlah mana set yang kau suka dari katalog ini."
Gu Qingyou menerima majalah perhiasan yang diberikan Nyonya Jiang, bertanya dengan bingung, "Mengapa harus memilihkan perhiasan untukku?"
"Keluarga Jiang tak memiliki pusaka turun-temurun. Sejak kau menikah masuk ke keluarga kami, kami belum pernah memberimu hadiah. Jadi kami ingin memberikan satu set perhiasan sebagai bentuk perhatian dari kami berdua." Nyonya Jiang menjelaskan dengan suara lembut.
Melihat harga perhiasan yang tertera di majalah, Gu Qingyou langsung membeku kaku.
Ya ampun...
Perhiasan di sini terlalu mewah, hampir tidak ada yang di bawah sepuluh juta. Satu set lengkapnya minimal mencapai puluhan juta.
Ini...
Gu Qingyou berusaha keras mempertahankan ketenangannya. Bagaimanapun dia adalah "bintang besar", meskipun perhiasan-perhiasan ini nilainya luar biasa, pasti sering dia lihat.
"Ayah, Mama." Gu Qingyou menutup majalah sambil berkata dengan ekspresi serius, "Aku tidak kekurangan perhiasan, hanya jarang memakainya. Kalian benar-benar tidak perlu repot-repot membelikan untukku."
"Ini bukan soal biaya... Saat kau menikah dengan Jiang Jun kami tidak memberikan mahar. Ini sudah seharusnya." Nyonya Jiang Dong membuka kembali majalah sambil bersikeras menunjukkan pilihan pada Gu Qingyou. "Jika kau tidak memilih satu set, Mama akan marah!"
"Graaah..." Gu Qingyou sejenak kehilangan kata-kata.
Tiba-tiba kepala pelayan berbisik, "Nyonya, Direktur Jiang sudah pulang."
Tuan Jiang tersenyum senang, "Kebetulan! Selera Jiang Jun selalu bagus. Biarkan dia membantu memilih."
Begitu melangkah melewati ambang pintu, Jiang Jun langsung digandeng ibunya menuju Gu Qingyou. Nyonya Jiang Dong menegaskan dengan serius, "Aku sedang membantu Qingyou memilih perhiasan. Jangan biarkan dia menolak! Aku harus memberinya satu set."
Jiang Jun menyerahkan mantel jasnya ke pelayan lalu duduk di samping Gu Qingyou.
Ekspresi Gu Qingyou memperlihatkan keraguan. Semua orang mengira dia tidak tega menolak niat baik Nyonya Jiang, tapi hanya dirinya sendiri yang tahu - saat ini dia sedang bingung menghadapi Jiang Jun.
"Dia tidak tahu hubungan apa yang terjalin antara mereka sekarang……Sepertinya ini sudah bukan hubungan transaksi sederhana seperti dulu, tapi saat ini dia masih memerankan peran dalam transaksi mereka, terus melakukan hal-hal yang menjadi bagian dari kesepakatan."
Dalam relung hati, Gu Qingyou menggelengkan kepala, bertekad tak lagi memikirkan urusan-urusan rumit ini.
Jiang Jun duduk bersandar di sofa, tangan merangkul bahu sang wanita. Di hadapan pasangan Direktur Jiang, sama sekali tidak menyembunyikan keintiman mereka. Matanya mengikuti gerakan tangan Qingyou yang sedang membalik halaman majalah. "Ada yang kamu suka?"
Aura sejuk khas Jiang Jun memenuhi seluruh ruang napas Gu Qingyou. Perhatiannya buyar, baru tersadar saat halaman majalah menampilkan gambar cincin berlian berwarna merah muda.
"Ini..."
Dengan gerakan terburu-buru, Gu Qingyou mengangkat tangan kirinya. Cincin "pernikahan" di jari manisnya berkilau. Pandangannya bolak-balik antara cincin di tangannya dengan foto di majalah yang persis sama.
Sebenarnya cincin ini sudah dikembalikan padanya. Namun pagi tadi saat terbangun, tanpa disadari cincin itu kembali menghiasi jari manisnya.
Jelas sekali semalam saat dia tertidur, pria itu diam-diam mengenakannya kembali.
Keterangan di majalah menyebutkan cincin berlian merah muda ini telah terjual dengan harga tiga puluh juta.
Mata Gu Qingyou terbelalak. Setelah memastikan kesamaan kedua cincin itu, kepalanya menoleh tajam ke arah Jiang Jun, bola matanya hampir lepas dari kelopak.
"Bukannya kau bilang ini cuma cincin biasa yang dibeli asal-asalan?"
"Kenapa harganya... harganya sampai tiga puluh juta??"
Ya ampun, dia setiap hari mengenakan cincin berharga seperti ini di tangannya, bagaimana jika tidak sengaja tersentuh dan jatuh?
Yang terpenting, dia melihat nama pembeli yang tertulis di cincin adalah "MR·Gu", ini membuktikan Jiang Jun membeli cincin berlian ini atas nama pribadinya.
Apakah ia tidak mempertimbangkan bahwa orang yang akan memakai cincin pernikahan ini dalam jangka panjang adalah Xia Qingchen?
Segudang keraguan terbentuk dalam pikiran Gu Qingyou, namun Jiang Jun hanya menggenggam tangan kiri Gu Qingyou, dengan lembut menyentuh jari-jarinya yang panjang ramping putih sambil berucap pelan, "Ini bukan soal harga, aku hanya merasa cincin ini cocok untukmu."
Gu Qingyou melirik sekeliling diam-diam, memastikan Pasangan Direktur Jiang dan para pelayan telah pergi meninggalkan waktu dan ruang untuk mereka berdua. Seluruh wajah mungilnya yang gagah berkerut, "Kau gila? Jika hilang, aku tidak bisa mengganti."
Kedalaman mata Jiang Jun memancarkan kilatan geli, sudut bibirnya tertarik naik, "Kalau begitu ganti dengan menghabiskan seumur hidup bersamaku, dan aku tidak akan menagih bunganya."
Gu Qingyou, "..."
Memanfaatkan ketiadaan orang, ia bersiap melepas cincin berlian itu. Tak disangka, tangan kirinya tiba-tiba digenggam erat oleh Jiang Jun. Ia membeku, mengangkat kepala, namun terjerumus ke dalam tatapannya yang sangat dalam.
Pupil hitamnya memantulkan ekspresi terkejutnya.
Jiang Jun memandangnya tanpa berkedip, mata gelapnya bagai memendarkan ribuan bintang, berkata perlahan dengan artikulasi jelas,〖"Setelah memasangkan cincin untukmu, aku tak pernah berniat melakukannya untuk orang lain."〗
Gu Qingyou membeku.
Saat itu, Jiang Jun membalikkan badan, menunduk dan menyegel bibirnya dengan ciuman.
Makan malam telah siap. Nyonya Jiang Dong dan kepala rumah tangga hendak memanggil mereka dari restoran, tak menyangka menyaksikan adegan ini.
Wajah Nyonya Jiang Dong yang telah berpengalaman puluhan tahun memerah, buru-buru menarik kepala rumah tangga mundur sambil berbisik,〖"Tunda jam makan... Ya, tunda sebentar."〗
Sang kepala rumah tangga menutupi senyum kecut, bersama Nyonya Jiang Dong menyelinap kembali ke restoran.
Ciuman ini berbeda dengan ciuman bergelora seperti angin topan semalam.
Laksana gerimis halus di musim semi, Jiang Jun menggerus perlahan, romantis namun memesona.
Lama kemudian, barulah ia melepasnya.
Tanpa sadar kedua tangan Gu Qingyou telah merangkul pinggang Jiang Jun. Di matanya tak ada lagi rasa malu biasa, hanya kekacauan perasaan yang tak terkendali.
Kedua tangan masih bertumpu di sisi tubuhnya, Jiang Jun berbisik lembut,〖"Pilih perhiasan. Agar kedua kakek tak terus merasa berhutang."〗
〖"Tapi mereka tak berhutang..."〗
〖"Anggap saja sebagai mahar yang mereka berikan lebih awal."〗
“Graaah! Kalimat ini kok sama persis dengan yang diucapkan Pasangan Direktur Jiang.”
Sementara dia masih memikirkan masalah itu, Jiang Jun tiba-tiba menunduk dan menciumnya lagi.
