Bab 69: Bertemu Sheng Jingchuan
Jiang Jun pergi ke kota N selama seminggu, Gu Qingyou yang tidak ada kerjaan mengajak An Yaruo bertemu.
Karena bahkan Gu Qingyou sendiri tidak jelas bagaimana perkembangan hubungannya dengan Jiang Jun di masa depan, dan tidak tahu apakah Jiang Jun benar-benar peduli padanya, ia tidak menceritakan kejadian antara mereka pada An Yaruo.
Ya, ia selalu merasa Jiang Jun hanya menginginkan tubuhnya, dengan kata lain dia tidak bisa lepas dari tubuhnya, tapi ini bukanlah perasaan sejati.
Namun ia tidak bisa menolaknya, terutama setelah dia mengatakan tidak ada ikatan pernikahan yang sah dengan Xia Qingchen, semakin tidak bisa... karena ia memang sudah punya perasaan padanya.
“Mungkin karena dia adalah pria pertama baginya, atau mungkin karena dia selalu baik padanya, atau mungkin karena ketampanan, kecerdasan strategis, dan pesona pribadi uniknya... Bagaimanapun, fakta bahwa dia jatuh cinta padanya tak terbantahkan.”
“Tapi sampai sekarang, dia tak pernah memikirkan perkembangan nyata di masa depan dengan pria itu. Dia punya firasat buruk bahwa hubungan mereka takkan berakhir baik, mengingat perbedaan status yang terlalu besar dan keteguhannya pada masa lalu. Namun dia tak mau memikirkan banyak hal, melangkah selangkah demi selangkah. Baginya, transaksi ini belum berakhir...”
“Perjalanan dinas lagi? Direktur Jiang benar-benar sibuk ya... Tapi bukankah dia sudah sangat kaya? Mengapa masih bekerja mati-matian seperti ini?” Di kafe, An Yaruo memendam keraguan yang sama dengan Gu Qingyou.
“Aku tak tahu... Mungkin setiap orang punya cita-cita berbeda. Mungkin dia ingin mencapai lebih banyak prestasi dalam karier.” Ini satu-satunya alasan yang bisa dipikirkan Gu Qingyou. Tapi memikirkan Jiang Jun yang sering sampai tak sempat makan demi pekerjaan, hatinya tersayat.
“Ah, kita rakyat biasa menganggap uang sebanyak itu sudah cukup. Tapi hati manusia tak pernah puas, bahkan orang terkaya di dunia pun tetap harus bekerja setiap hari... Jadi dunia orang kaya sebenarnya tak perlu dikagumi. Mereka mungkin bahkan tak punya waktu santai minum kopi seperti kita.” An Yaruo mengeluarkan uneg-uneg.
Gu Qingyou mengangguk, “Bahkan saat tidak di kantor, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menangani urusan bisnis lewat telepon...”
“Kenapa aku merasa ada sedikit rasa tersayat hati dalam ucapanmu ini?” An Yaruo tiba-tiba menyipitkan mata, memandanginya dengan licik.
“Karena kau bilang dia sibuk, barulah aku mengatakannya.” Setelah menjawab, Gu Qingyou menyesap kopinya.
An Yaruo memicingkan mata, kilatan kecerdikan terpantul di bola matanya. “Qingyou, waktu itu di telepon kau bilang akan mengajak Direktur Jiang menjenguk Bibi Shu, maksudmu apa sebenarnya?”
“Apa?” Alis Gu Qingyou berkerut. “Aku pernah bilang begitu?”
An Yaruo mengeluarkan suara Hmph, “Jangan pura-pura tak mengerti, kedua telingaku jelas mendengar... itu waktu siang hari aku nelpon dan kau sedang bersiap tidur.”
“Pasti saat itu aku sedang linglung dan bicara ngawur. Mana mungkin aku mengajak Direktur Jiang menjenguk Bibi Shu. Tapi soal ini, aku malah harus marah padamu. Dasar penghambat kecil! Waktu itu kusuruh hapus foto-foto, malah kau simpan. Sekarang Bibi Shu mengira aku punya pacar resmi, tergesa-gesa ingin aku bawa pacar pulang.” Gu Qingyou dengan lancar mengalihkan topik.
An Yaruo menunjukkan ekspresi menyesal, “Maafkan aku, ini salahku yang ceroboh. Tapi foto-foto itu sudah kupindahkan ke hardisk privat di komputerku, tak mungkin lagi terlihat orang...”
Gu Qingyou menggeleng, “Sudahlah. Sebenarnya kalau bukan Bibi Shu yang melihat, orang lain pasti mengira foto itu adalah Xia Qingchen dan Jiang Jun.”
“Itu benar, Tante Shu melihatmu tumbuh besar, meski riasanmu tebal, dia tetap bisa mengenalimu dari senyuman dan kerlingan matamu… Untung saat itu aku cukup pintar, kubilang kau sengaja berdandan begitu cantik untuk menjemput pacarmu di bandara, barulah Tante Shu tidak meragukan penampilanmu.” An Yaruo berkata.
Gu Qingyou berkata, “Urusan yang kau buat ini, sudah seharusnya kau yang menyelesaikannya.”
An Yaruo mencibirkan bibirnya, berkata dengan suara lemah, “Siap.”
Begitu ucapan itu habis, suara pria penuh keraguan tiba-tiba terdengar di telinga mereka.
“Qingyou?”
Gu Qingyou dan An Yaruo serentak mengangkat kepala. Sesaat kemudian, Gu Qingyou bangkit dari sofa merahnya, menatap pria yang berhenti di depan meja mereka. “Kak Sheng?”
“Qingyou, benar-benar kau. Aku hampir tidak mengenalimu.” Sheng Jingchuan menunjukkan ekspresi gembira. “Kebetulan sekali, aku janji bertemu teman di sini untuk membahas urusan, tak menyangka bisa bertemu denganmu.”
Baru sekarang Gu Qingyou menyadari statusnya saat ini sebagai Xia Qingchen. Ketika Sheng Jingchuan mengenalinya tadi, ia malah tidak berpura-pura tidak mengenalnya. Seketika itu, wajahnya terlihat tidak natural, tersenyum kaku. “Iya… kebetulan… Aku juga tak menyangka bisa bertemu Kak Sheng.”
Sheng Jingchuan menoleh ke An Yaruo. “Ini adalah…”
An Yaruo melirik Gu Qingyou sejenak, lalu memperkenalkan diri. “Halo Tuan Sheng, namaku An Yaruo. Aku teman Qingyou.”
Sheng Jingchuan yang selalu lemah lembut dan beradab, membalas senyum sopan. “Halo, Nona An.”
Senyuman Sheng Jingchuan membuat seluruh dirinya terlihat sopan dan berwibawa. An Yaruo seketika terpesona, beberapa detik kemudian baru tersadar. Dengan malu-malu ia berkata, "Silakan duduk, Direktur Sheng."
Sheng Jingchuan menatap Gu Qingyou dengan ekspresi permintaan maaf. "Ada teman yang harus kusambut terlebih dahulu, nanti aku akan kembali lagi," ujarnya.
Gu Qingyou tersenyum angguk. "Baik, silakan urus dulu."
Tatapan Sheng Jingchuan akhirnya beralih dari tubuh Gu Qingyou. Ia berjalan menuju ruang VIP di kafe.
Dari kejauhan, Gu Qingyou memandang bayangan tubuh Sheng Jingchuan yang semakin menjauh. Wajahnya semakin pucat.
Melihat ekspresi Gu Qingyou, An Yaruo bertanya penuh perhatian, "Ada apa? Bukankah Direktur Sheng itu pria baik yang dulu membantumu mengantar Bibi Shu ke rumah sakit?"
Gu Qingyou mengangguk pelan. Tangannya memegang sandaran sofa s perlahan duduk. "Yaru, seharusnya aku tidak mengajakmu minum kopi hari ini..."
Alis An Yaruo berkerut. "Kenapa?"
Gu Qingyou menarik napas pendek, berusaha tetap tenang. "Kakak Sheng mengenal Jiang Jun dan Xia Qingchen. Jubah khas yang kupakai ini... Aku khawatir dia sudah melihat jejak-jejak hubungan..."
An Yaruo terkejut sambil menutup mulutnya. "Apa?! Tapi dia kan sahabatmu. Meski tahu, pasti tidak akan membongkar rahasia?"
"Bukan itu yang kukhawatirkan. Tapi hubungannya dengan Direktur Jiang tidak harmonis..."
"Apa hubungannya denganmu?"
"Kau tidak mengerti..."
"Baiklah... Jika benar-benar menyulitkan, mari kita bayar dan pergi sekarang!"
Gu Qingyou bersandar di Sofa, menopang dahinya, "Sudah bertemu, Sheng Da Ge cepat atau lambat pasti akan menanyai aku... Kau pergi dulu, aku ingin bicara berdua dengannya."
"Baik." An Yaruo mengambil tasnya dari Sofa. "Perlu aku telepon Ye Shuo, beri tahu Direktur Jiang tentang pertemuanmu dengan Sheng Zong?"
Gu Qingyou menggelengkan kepala, "Tak perlu, kurasa Sheng Da Ge hanya ingin berbicara denganku."
"Kalau begitu, aku pergi dulu."
