Bab72HanyaTubuhyangMenyatu
Meski Ye Shuo kemudian menelepon mengatakan Jiang Jun baik-baik saja dan sudah tertidur, Gu Qingyou tetap terjaga sepanjang malam berikutnya.
Setelah mendengar peringatan Sheng Jingchuan dan merenung seharian penuh, dia memutuskan untuk mengakhiri transaksi dengan Jiang Jun setelah dia kembali.
Peringatan Sheng Jingchuan membuatnya menyadari betapa dia tidak benar-benar mengenal Jiang Jun. Lebih penting lagi, perasaan Jiang Jun yang tiba-tiba terasa tidak nyata baginya.
Menurutnya hati mereka tidak benar-benar menyatu, yang bersatu hanya tubuh mereka. Cara Jiang Jun menaklukkannya mengandung keanehan yang tak bisa diungkapkannya.
Dia ingin menjaga jarak. Jika benar ada perasaan, meski dipisahkan, Jiang Jun akan mencarinya... Ini juga menjadi verifikasi darinya.
Namun, tiba-tiba menerima teleponnya dan mendengar langsung "dia merindukannya", danau hati yang tenang itu kembali gemetar oleh hasrat.
“Dia hanyalah wanita biasa, dia tak memiliki logika yang tenang, di dalam hatinya begitu puas dan bahagia mendengar kalimat ini darinya.”
“Menurutnya, dalam kata-kata romantis terhebat di dunia ini, 'Aku mencintaimu' menempati peringkat pertama, sedangkan 'Aku merindukanmu' berada di posisi kedua.”
“Dia tak bisa tidak mengakui, karena kalimat yang diucapkannya serta pertanyaannya apakah dia juga merindukannya, membuat relung hatinya manis bagai memakan madu...”
“Katanya minuman keras membuat orang jujur, ini membuktikan meski mungkin dia terlalu dalam hingga tak bisa menyentuh hatinya, tapi perasaannya padanya mungkin memang tulus...”
“Kegelisahan dan pertimbangan dalam hatinya mulai berkurang, keinginan untuk mengakhiri hubungan dengannya kembali dihantui keraguan...”
……
Keesokan harinya.
Que Yan dan Jiang Jun berdiri di geladak kapal pesiar, angin laut berhembus membawa kesejukan awal musim gugur yang begitu menyegarkan.
Que Yan memegang segelas anggur merah dengan malas bersandar di pagar pengaman, matanya menatap tajam ke arah pria itu yang sedang menelepon dengan ekspresi lembut di sofa.
Setelah pria itu menutup telepon, barulah Que Yan bersuara, “Ini pertama kalinya aku melihatmu menelepon Nona Gu, suasana ini persis seperti dulu saat kau menelepon Su Mo.”
Jiang Jun menyilangkan kaki panjangnya, dengan santai mengambil majalah keuangan di sampingnya dan membukanya. “Jika tak ada urusan, fokuskan pengawasan pada urusan Qi Yuanheng. Aku tak ingin ada celah.”
“Tenang saja, dalam dua hari ini pasti akan ada hasil.”
“Huo Yutong saat ini berada di Kota N, dia menginap di Hotel Hilton. Apakah bisa bertemu dengannya, tergantung pada keberuntunganmu sendiri.” Jiang Jun berkata perlahan.
Que Yan tiba-tiba seluruh dirinya mendidih, seperti anak panah yang terlepas dari busur berlari ke hadapan Jiang Jun, kedua mata berwarna ambernya berkilau. “Apa kau serius? Huo Yutong benar ada di Hotel Hilton?”
“Dia datang ke Kota N untuk sebuah acara amal, akan tinggal beberapa hari di sini.”
“Jadi kau sudah bertemu dengannya?”
“Kemarin, dia mengajakku makan siang.”
“Sialan!” Que Yan meletakkan gelas anggur merahnya dengan kasar, mengepal tinjunya. “Kesempatan bagus dia mengajakmu makan siang, kenapa kau tidak memberitahuku?”
Jiang Jun mengangkat kepala, memandang wajah Que Yan yang memerah dengan datar. “Aku tidak suka ada orang tambahan saat makan.”
Tinju Que Yan semakin mengeras, tapi tak berani bersuara. Tiba-tiba dia berlari cepat ke lantai satu kapal pesiar.
“Siapa ini... Cepat sandarkan kapal ini! Aku harus kembali ke kota, cepat!”
Mendengar suara Que Yan memerintahkan kapten kapal dari kabin, Jiang Jun tersenyum tipis.
……
Tangan Jiang Jun di saku celana, lama memandang permukaan laut biru yang masih tenang ini. Dua tahun lagi, tempat ini akan menjadi resor liburan dan pusat perbelanjaan terkenal di dunia.
Ye Shuo tahu Jiang Jun tidak suka diganggu saat sendirian, tapi saat ini dia harus memotong pikiran Jiang Jun.
“Direktur Jiang, Nona Xia baru saja menelepon saya. Dia sudah sampai di Kota N, sekarang sedang di laut.”
“Aku tahu.”
"Wajah Jiang Jun yang datar, tanpa ekspresi apa pun."
"Ye Shuo mundur mengikuti perintah."
Sekitar setengah jam kemudian, Xia Qingchen yang mengenakan gaun panjang bergaya bohemia berdiri di hadapan Jiang Jun.
Kaki-kakinya telah benar-benar pulih. Angin laut menerbangkan ujung gaun panjangnya, menonjolkan postur tubuhnya yang langsing. Ditambah riasan wajah yang dibuat khusus hari ini, kecantikannya memesona jiwa.
"Aku minta maaf, benar-benar tidak menyangka New York juga dipenuhi wartawan di mana-mana."
Karena Xia Qingchen tertangkap kamera wartawan di New York, beberapa hari ini muncul berita tentangnya di New York. Namun di China, ada wartawan yang memotret "Xia Qingchen" menemani Nyonya Jiang Dong berbelanja. Kini media mulai melaporkan kemiripan keduanya... Xia Qingchen menelepon Jiang Jun tentang hal ini, kemudian Jiang Jun memintanya kembali ke kota N.
"Untungnya urusan ini masih bisa ditangani... Aku harap situasi seperti ini tidak terulang lagi di kota N." suara Jiang Jun terdengar dingin.
Xia Qingchen memandang punggung Jiang Jun yang masih membelakangi dengan tatapan sedih. Ia menelan getir di lehernya, lalu perlahan mendekati pria itu.
Bunyi sepatu hak tinggi yang menghantam geladak kapal terdugar nyaring, namun setiap langkahnya terasa seperti menginjak serpihan hati.
Saat tiba di sisi Jiang Jun, tiba-tiba Xia Qingchen merangkulnya dari belakang.
Jiang Jun terkejut sejenak, lalu melepaskan genggaman tangan Xia Qingchen.
Xia Qingchen justru kembali memeluk Jiang Jun erat-erat. Dia menempelkan tubuhnya ke punggung pria itu, menghirup aroma maskulinnya yang harum, lalu menutup mata dengan perih.
"Jun, jangan bersikap dingin padaku seperti ini, ya?"
Jiang Jun tetap melepaskan genggaman tangan Xia Qingchen.
Xia Qingchen akhirnya tak lagi mengulurkan tangan untuk memeluknya. Mata indahnya dipenuhi kelembaban, namun Jiang Jun sama sekali tak menoleh. Akhirnya, dia mengusap jejak air mata di sudut mata, lalu melangkah lamban mendekatinya.
Siluet Jiang Jun masih memancarkan kedinginan yang menolak orang ribuan li jauhnya. Xia Qingchen tersenyum seolah hendak menangis, "Sungguh konyol... Padahal Gu Qingyou hanyalah penggantiku, tapi dialah yang memilikimu. Bahkan memelukmu pun jadi kemewahan bagiku."
"Aku menyuruh Ye Shuo mengantarmu pulang."
"Aku tak mau pulang!" Untuk pertama kalinya Xia Qingchen menolak Jiang Jun. Dia menggelengkan kepala sambil memandang wajah yang dirindukannya dengan kepedihan. "Aku tak ingin berpisah lagi... Yang akan menemanimu di masa depan adalah aku. Mengapa aku tak boleh lebih sering bersamamu?"
Jiang Jun akhirnya menatap Xia Qingchen, namun tatapannya datar tanpa ekspresi. Pandangannya kembali tertuju ke permukaan laut yang tenang tak bertepi, lalu memerintahkan Ye Shuo, "Antar Nona Xia kembali ke darat."
Ye Shuo yang berdiri di samping menunduk hormat, "Baik."
Hidung Xia Qingchen penuh dengan rasa asam dan pahit, matanya menatap lama pria yang tak pernah memberikannya sekilas tatapan lembut itu. Air mata akhirnya tak tertahan terjatuh.
Namun, pria yang ia harapkan bisa menunjukkan sedikit kepedulian itu tetap tak bereaksi.
Menarik napas dalam-dalam, akhirnya Xia Qingchen berbalik. Tapi sebelum melangkah, ia mengingatkan, "Perutmu tidak baik, jangan lupa makan tepat waktu. Aku menunggumu di hotel."
Jiang Jun tidak menjawab.
Xia Qingchen dengan tenang menghapus jejak air mata di wajahnya, tersenyum tipis. "Asisten Ye, mari kita pergi."
