Bab 79: Hangat, Manis
Kota N。
Di ruang rapat hotel mengakhiri rapat yang bertele-tele dan repot, Jiang Jun muncul di kamarnya.
Que Yan sudah lama menunggu di Sofa, dengan sangat bosan membalik-balik koran hari ini. Saat melihat sosok angkuh yang masuk, baru ia meletakkan kaki yang tadinya disilangkan dengan santai.
Jiang Jun duduk di posisi berseberangan dengan Que Yan, lalu melirik ke arah Ye Shuo.
Ye Shuo segera menutup pintu kamar hotel, mundur ke sisi pintu.
Jiang Jun menyandarkan tubuh di Sofa, kaki panjangnya bersilangan, baru menatap Que Yan dengan ekspresi datar. "Aku mau kau ulangi perkataanmu ke Ye Shuo."
Biasanya, Que Yan pasti akan mengejek seseorang yang menyempatkan terbang ke Kota C untuk merayu "Nyonya"-nya. Tapi kali ini, raut wajah Que Yan sangat tegas dan tulus. "Su Mo mungkin masih hidup."
Jiang Jun menyipitkan sedikit mata gelapnya yang suram, yang jarang menampakkan emosi di depan orang. Di kedalaman matanya, tampak seperti melintas ketidakpercayaan.
Que Yan melanjutkan, "Dua hari lalu kau menyuruhku mencari orang ambisius di sekitar Qi Yuanheng dan berhubungan dengannya. Aku menemukan orang kepercayaan Qi Yuanheng. Dia tahu masa lalu kalian dengan Su Mo. Pagi ini, orang ini meneleponku. Dalam telepon disebutkan bahwa Qi Yuanheng sering menghindari semua orang untuk menelepon seseorang dalam waktu lama. Suatu kali ketika dia perlu menemui Qi Yuanheng, tidak sengaja mendengar Qi Yuanheng memanggil orang itu 'Xiao Mo'."
Di balik ketenangan dan pengendalian diri yang mengagumkan, meski dada bagai air laut yang bergelora hampir meluap, tatapan dalamnya tetap mempertahankan ketenangan aslinya, "Orang ini tetaplah bawahan Qi Yuanheng. Perkataannya belum tentu bisa dipercaya sepenuhnya."
"Aku tahu. Bisa saja ini cara Qi Yuanheng yang telah menyadari jeratannya untuk membuatmu memberinya kelonggaran. Jadi aku akan menyelidiki hal ini... Tapi aku harus memberitahumu." Kata Que Yan.
Jiang Jun bersandar di sofa, seolah diselimuti bayangan kabur sesaat. Ekspresinya tak berubah, tapi terjerat dalam kesunyian yang panjang.
Que Yan sangat paham bahwa saat ini Jiang Jun pasti ingin menyendiri. Tanpa bicara lebih banyak, dia langsung bangkit dari sofa dan pergi.
Seiring pikiran yang semakin dalam, mata Jiang Jun semakin gelap.
“Ye Shuo mengikuti Que Yan keluar dari kamar, di pintu kamar, Ye Shuo memandang Que Yan dengan keterkejutan, ‘Kau serius? Nona Su mungkin masih hidup?’”
“Kebenaran hal ini masih perlu diverifikasi, tapi jika terbukti Qi Yuanheng tidak tahu dirinya sudah dijebak, dia tidak sengaja menyebarkan informasi ini untuk menyelamatkan diri, maka ini akan menjadi kenyataan.”
Ye Shuo membeku di tempat. “Jika Nona Su masih hidup, lalu bagaimana dengan Nyonya?”
Que Yan menyelipkan kedua tangan di saku, berpura-pura tidak peduli, bibirnya terkerekik, “Tidak ada yang perlu. Aku lebih yakin pada Nona Gu... Aku bertaruh pada Nona Gu.”
Ye Shuo berkata lemah, “Tapi kurasa peluang Nona Su lebih besar, mengingat...”
Que Yan melangkah dengan santai, hanya meninggalkan satu kalimat, “Taruhanku tak pernah kalah.”
……
Selama dua hari berturut-turut, Gu Qingyou dan Jiang Jun tidak berkomunikasi. Gu Qingyou mengira Jiang Jun paham dia butuh waktu menyesuaikan hatinya, jadi tidak terlalu dipikirkan. Namun di hari ketiga, Gu Qingyou akhirnya mengirim SMS pada Jiang Jun tapi tidak mendapat balasan, barulah dia merasa ada yang aneh.
Sekalipun sibuk, waktu untuk membalas satu SMS pasti ada.
Gu Qingyou terus menunggu balasan Jiang Jun hingga pukul 10 malam, ponsel tetap sunyi. Akhirnya, dia meneleponnya.
Tapi yang mengangkat adalah Ye Shuo.
“Nyonya, maaf, Direktur Jiang masih di acara bisnis.” Ye Shuo menjawab dengan hormat lewat telepon. “Ada keperluan mendesak? Jika perlu, saya akan segera serahkan telepon pada beliau.”
“Aku tak apa, ia... apakah ia sangat sibuk dua hari ini?”
“Ya, sampai saat ini Direktur Jiang belum kembali ke hotel dari laut. Mungkin setelah acara bisnis selesai, Direktur Jiang akan langsung beristirahat di laut. Tapi hanya beberapa hari ini saja sesibuk ini.” Ye Shuo bersyukur dalam hati karena sudah mempersiapkan kalimat-kalimat ini sebelumnya.
Mendengar Ye Shuo berkata Jiang Jun hanya sibuk bekerja, kegelisahan di hati Gu Qingyou mulai mereda. "Dia kalau sudah sibuk pola makannya jadi berantakan. Kau ingatkan dia untuk makan tepat waktu tiga kali sehari."
"Baik, Nyonya."
"Kalau begitu begitu saja. Jika Direktur Jiang sibuk, tak perlu kau beri tahu dia tentang teleponku. Aku tak mau mengganggu istirahatnya."
"Baik."
Baru setelah Gu Qingyou mematikan telepon, Ye Shuo yang selama ini menahan napas akhirnya menghela napas panjang. Kemudian, pandangannya beralih ke Jiang Jun yang sedang duduk sendirian di kursi santai putih di geladak kapal.
Tak ada yang tahu, dua hari terakhir ini setiap kali pekerjaan selesai, Jiang Jun akan menyendiri di geladak. Semua telepon ditolaknya, hanya Ye Shuo yang ditugaskan menangani semuanya. Dia hanya duduk diam di kursi itu, melarang siapapun mengganggunya.
SMS dari Gu Qingyou pun, Ye Shuo bahkan tidak yakin apakah Jiang Jun sudah membacanya. Kini Ye Shuo juga tak berani memberitahu Jiang Jun tentang telepon Gu Qingyou, khawatir akan menambah beban pikirannya.
"Qingyou yang menelepon?"
Saat Ye Shuo hendak mengembalikan ponsel ke tempatnya, suara dalam nan tenang milik Jiang Jun terdengar.
“Ye Shuo terkejut sejenak, lalu segera berjalan menghampiri Jiang Jun sambil sedikit membungkuk, melapor dengan hormat, "Benar."”
“Jiang Jun mengangkat tangannya.”
“Ye Shuo tidak berani lengah sedikit pun, segera menaruh ponsel di tangan Jiang Jun sambil berkata, "Saya bilang pada Nyonya bahwa Anda sedang acara bisnis saat ini. Nyonya khawatir mengganggu Anda, menyuruh saya jangan memberitahu bahwa dia menelepon, dan berpesan untuk mengingatkan jam makan Anda."”
“Jiang Jun mengangguk, memutar nomor telepon, lalu menempelkan ponsel di telinganya.”
“Ye Shuo segera mundur ke posisi pintu kabin kapal.”
“Telepon tersambung. Gu Qingyou lama tidak bersuara di ujung sambungan. Jiang Jun hanya bisa mendengar samar suara napasnya yang tidak stabil, membuat sudut bibirnya naik sedikit, "Ada apa? Marah padaku?"”
“"Tidak, aku baru saja mau mandi, baju baru setengah dilepas, kamu sudah menelepon." Cuaca Kota C dua hari terakhir menjadi dingin. Hari ini dia mengenakan sweter putih bergaya Korea yang agak sulit dilepas.”
“Senyum di bibir Jiang Jun semakin dalam, "Terburu-buru ingin menerima teleponku?"”
“"Jiang Jun——"”
“Sudut bibir Jiang Jun melengkung. Ia menyembunyikan senyumnya, tatapannya tertuju pada mercusuar jauh di tengah lautan, tiba-tiba memanggil dalam-dalam, "Qingyou..."”
“Tubuh Gu Qingyou terhenti sejenak.”
“Selain di ranjang, sepertinya ia tidak pernah memanggil namanya seperti ini.”
“Suaranya sangat merdu. Sekadar memanggil namanya seperti ini, sudah bisa membuatnya terpengaruh.”
“"Ya?"”
“"Aku sering memikirkanmu saat bekerja belakangan ini..."”
Gu Qingyou menunduk melihat kakinya yang telanjang, berkata lembut, "...Berapa hari lagi kau akan pulang?"
Sejak ia pergi dinas sampai sekarang, ini pertama kalinya dia menanyakan waktu kepulangannya.
"10 hari."
Gu Qingyou tidak menyangka Jiang Jun akan memberi jawaban pasti, bahkan lebih cepat dari perkiraannya. Dia tersenyum, "Baik, sepulangmu nanti, aku ingin masak sendiri untukmu. Kemampuanku memasak cukup baik..."
"Baik."
