Bab 85 Aku Menjadi Seperti Ini Karena Bertemu Denganmu
Gu Qingyou memang tidak terbiasa menitikkan air mata di hadapan orang lain. Meskipun orang itu adalah Jiang Jun, pria yang rencananya akan menemani seumur hidupnya, dia tetap berharap bisa menunjukkan keteguhan di hadapannya. Melebarkan bola mata, perlahan dia menahan basah di pelupuk mata. Dari dalam pelukannya, dia mengangkat kepala, tatapan jernihnya yang berkilauan menatapnya. "Rapatmu sudah selesai?"
Jarak sejak terakhir kali dia menempuh ribuan li untuk menghiburnya, sebenarnya belum genap seminggu. Tak disangka, kerinduan sudah meluap di dadanya.
Dia melingkari pinggangnya, ujung jari hangatnya dengan lembut menghapus air mata di pipinya. "Begitu selesai menelepon, aku langsung membayangkan kemungkinan kau pergi menemui ibumu sendirian... Jadi aku menghentikan rapat... Tapi tetap saja terlambat."
Dia hampir tak bisa menahan tawa. "Apa maksudmu terlambat... Sekarang kau ingin bilang aku hantu tangisan?" Dihitung-hitung, memang beberapa kali dia menangis di hadapannya. Tapi sungguh, dia bukan tipe pemilik air mata. Mungkin karena... anak, ibu, semua itu adalah kehilangan yang tak bisa dia terima.
Seseorang ikut tersenyum ringan, senyumannya memikat semua orang.
“Ngomong-ngomong, bukankah setelahmu kembali harusnya mengadakan rapat manajemen seluruh perusahaan?”
Gu Qingyou sebelumnya bekerja di perusahaan properti kecil, dia masih punya pengetahuan dasar—biasanya setelah perjalanan dinas, hal pertama yang dilakukan pimpinan adalah menggelar rapat manajemen perusahaan untuk memahami operasional terkini dan perkembangan proyek di lokasi dinas.
“Benar.”
Mata Gu Qingyou terbelalak, “Jadi tidak hanya menerima teleponku saat rapat, tapi juga menghentikan rapat dan meninggalkan semua manajemen perusahaan?”
Jiang Jun menatap dalam-dalam bola mata Gu Qingyou yang semakin jernih setelah basah, “Kalau begitu... bukankah kau harus memberikan hadiah yang pantas untukku?”
Gu Qingyou memandang Jiang Jun. Kedalaman mata hitamnya yang berbinar itu mengandung makna yang hanya mereka berdua yang mengerti. Dia merasa malu, lalu tersenyum.
Jiang Jun menunduk, mencium lembut cuping telinganya yang indah. “Tertawa apa?”
“Tidak ada.” Gu Qingyou tersenyum. “Aku benar-benar sulit membayangkan... pria yang setiap hari pikirannya dipenuhi hal ini bisa menguasai situasi di dunia bisnis.”
Jiang Jun berhenti, nada suaranya terdengar polos. “Aku jadi begini karena bertemu denganmu.”
Hati Gu Qingyou dipenuhi kebahagiaan. “Ngomong-ngomong, Ye Shuo bilang kau ingin mengajakku traveling. Apa kau benar-benar ada waktu?” Dia tidak berani melanjutkan topik ini—ya, waktu dan lokasi sekarang tidak cocok untuk mendalaminya.
“Bukankah kau sering mengeluh aku terlalu sibuk bekerja?”
Gu Qingyou menunjukkan keraguan. “Kenapa, tiba-tubah berubah sifat?”
Jiang Jun menyipitkan matanya dengan sinis, "Berubah demi dirimu."
Gu Qingyou tak bisa menahan manis yang mengalir di dadanya, menggigit bibirnya. Suaranya tiba-tiba menjadi lirih seperti nyamuk berdengung. "Kukira tujuanmu adalah selamanya berdiri di puncak rantai makanan."
Senyum Jiang Jun perlahan memudar. "Qingyou, sebenarnya aku tak suka tipu muslihat dan permainan kotor di dunia bisnis."
Gu Qingyou tampak terkejut, "Benarkah?"
Tiba-tiba Jiang Jun menatapnya dengan pandangan sangat serius. "Aku merindukan kehidupan yang sederhana dan bebas tanpa ikatan."
Gu Qingyou berkedip, "Ini keinginanmu dulu, ya?"
Orang yang merindukan kesederhanaan dan kebebasan seperti yang dia katakan, mestinya berkarakter ceria. Tapi karakter pria ini sekarang justru gelap dan misterius. Di hadapannya mungkin masih baik, tapi di depan orang lain, dia berwibawa, sombong, arogan, dingin, bagai raja yang memandang rendah rakyat jelata. Seolah seluruh jagat raya ada dalam genggamannya. Orang seperti ini, yang terkesan hanya peduli uang dan kekuasaan, mana mungkin merindukan kesederhanaan?
Jiang Jun melepaskan Gu Qingyou, dengan lembut memegangi bahunya lalu mengusap pundak bulatnya. "Ya. Kini kita tak bisa kembali ke masa lalu. Aku juga bukan lagi orang yang dulu."
"Entah mengapa, saat Jiang Jun mengucapkan kalimat ini, tiba-tiba muncul rasa kepiluan di relung hati Gu Qingyou. Seolah-olah terlalu banyak luka masa lalu yang tersimpan di hatinya. Setelah lama terdiam, barulah dia menjawab, 'Masa lalu adalah persiapan untuk masa depan. Seperti pertemuanku denganmu yang takdir ibu rangkai, mungkin masa lalu hanya cara agar aku bisa bertemu denganmu.'"
Jiang Jun menunduk dan menempelkan ciuman lembut di dahinya. "Aku suka kalimatmu ini."
Gu Qingyou kemudian tersenyum, senyuman yang cerah berkilauan bagai mentari.
Jiang Jun kembali mengusap bahunya, "Aku akan menemui ibumu sebentar. Karena kau sudah menemuinya, tak perlu lagi ke sana."
"Jangan temui dia... Jiang Jun, sudahlah." Saat Jiang Jun hendak pergi, dia menarik tangan pria itu.
Jiang Jun mengalihkan tangan wanita itu ke pinggangnya, memeluk tubuhnya. Lalu menangkup wajah mungil yang sudah tertunduk itu, memaksanya bertatapan. "Tak apa, pertemuan ini harus terjadi."
"Bisa dihindari." Suara Gu Qingyou parau. "Aku tak peduli apakah kau menghormatinya atau tidak, karena dia tak layak." Dia sangat paham bahwa kunjungan mereka ke penjara adalah bentuk memulihkan diri. Tapi dia bisa membayangkan kalimat tak tahu malu apa yang akan dilontarkan ibu setelah melihat Jiang Jun - itu akan membuatnya tak berkutik.
“Jiang Jun menjawab dengan serius,”Aku tahu, tapi aku tetap harus memberitahunya di hadapannya bahwa di masa depan aku akan merawatmu dengan baik... Tentu ini bukan janji untuk ibumu Qu Liyuan, melainkan janji untuk seorang ibu yang akan menikahkan anak perempuannya.”
Tiba-tiba hidung Gu Qingyou terasa pedih, matanya memerah.
Kelebihan apa yang dimilikinya hingga bisa bertemu pria sebaik ini?
Detik berikutnya, ia terjatuh ke dalam pangkuannya dan memeluknya erat-erat.
Jiang Jun memeluknya, mencium rambut di atas kepalanya dengan penuh kasihan.”Tunggu aku di sini.”
“Ya.”
Barulah Gu Qingyou perlahan melepaskan Jiang Jun.
Jiang Jun menciumnya sekali lagi sebelum melangkah.
……
Pintu ruang kunjungan tertutup rapat, Gu Qingyou tak bisa mendengar percakapan ibu dan Jiang Jun, tapi ia sudah tak khawatir lagi.
Hatinya dipenuhi oleh ucapannya "Ini bukan janji untuk ibumu Qu Liyuan, melainkan janji untuk seorang ibu yang akan menikahkan anak perempuannya". Ia menyadari, semakin hari semakin dalam cintanya pada pria ini.
Percakapan Jiang Jun dengan Qu Liyuan tidak lama. Saat Jiang Jun keluar, Gu Qingyou tidak menanyakan isi pembicaraan mereka, hanya tersenyum tipis,”Sekarang, bisakah kita mulai perjalanan?”
Jiang Jun yang bertubuh tinggi anggun mendekat, dengan reflek memeluknya.”Aku ingin menjadikan perjalanan ini sebagai bulan madu kita.”
Makna tersiratnya...
“Gu Qingyou secara refleks mengangkat bola matanya, dalam sekejap mata terperosok ke dalam kedalaman mata Jiang Jun yang begitu pekat.”
Jiang Jun mengangkat tangan melihat jam, “Kalau berangkat ke Kantor Catatan Sipil sekarang, kita bisa mendaftarkan pernikahan sebelum tengah hari.”
Kilatan cahaya di mata Gu Qingyou memancarkan kecemerlangan, namun kedua tangannya yang terkulai alami di sisi tubuh perlahan mencengkeram kain baju. Perlahan cahaya itu memudar, dia tersenyum menjawab, “Tapi dokumenku selalu ada di Bibi Shu, tidak kubawa.”
Jiang Jun orang pintar, mana mungkin percaya dengan alasan itu.
