Bab 88 Kebahagiaan, Cahaya Kutub
Pengetahuan Gu Qingyou tentang cahaya kutub tidak banyak. Ia hanya tahu ini fenomena alam saat partikel energi tinggi matahari memasuki atmosfer Bumi, membentuk garis-garis warna-warni yang indah. Tapi ia mengira fenomena ini hanya terlihat di Kutub Selatan atau Utara.
"Benarkah?" Gu Qingyou segera menatap langit. "Langit di sini memang terlihat berbeda, tapi apakah ini benar-benar karena cahaya kutub?"
"Kau akan tahu setelah sampai di tujuan." Jiang Jun menghidupkan mesin dan menginjak gas.
Gu Qingyou memandang profil pria di sampingnya. Meski belum menyaksikan pemandangan indah yang didamba seluruh dunia itu, hatinya sudah penuh kepuasan.
Jiang Jun menggenggam tangannya, mengarahkan mobil ke Taman Nasional Denali yang memiliki padang gurun tak bertepi - tempat terbaik untuk menyaksikan cahaya kutub di Amerika.
Mobil terus melaju mulus di padang gurun yang sepi tanpa jejak manusia. Jika Gu Qingyou sendirian, pasti dia akan ketakutan saat ini. Tapi karena ada Jiang Jun di sampingnya, semua rasa takutnya hilang. Pikirannya sepenuhnya terfokus pada pemandangan cahaya kutub.
Tiba-tiba, Gu Qingyou melihat langit berwarna hijau. Semburat cahaya samar-samar tergantung di udara. Dia menggosok-gosok bola matanya, seolah mengira penglihatannya salah. Setelah memastikan bahwa cahaya hijau itu terus menari-nari di angkasa, dia berteriak penuh semangat, "Itukah cahaya kutub?"
Jiang Jun dengan mantap memegang setir, bibirnya sedikit terangkat. "Mari kita pergi lebih jauh, warnanya akan semakin indah."
Gu Qingyou langsung melepaskan genggaman Jiang Jun, menjulurkan kepala keluar jendela, memandangi pancaran cahaya warna-warni yang luar biasa di langit.
Mobil akhirnya tiba di tujuan. Begitu kendaraan berhenti, Gu Qingyou langsung melompat keluar pintu mobil dengan tak sabar.
Jiang Jun mengingatkannya untuk berhati-hati dengan jalan di bawah kaki, kemudian menyusul turun.
Di sini bukan hanya cahaya hijau yang terlihat di langit, tapi juga semburat ungu. Gu Qingyou benar-benar takjub pada keajaiban alam semesta, terpaku memandangi langit dalam keadaan terpana.
Jiang Jun meletakkan kunci mobil di kap mesin, mendekati Gu Qingyou lalu memeluk bahunya, sama-sama mengagumi mahakarya alam ini.
Tempat yang awalnya tandus ini, berkat panorama langit yang memukau, seolah berubah menjadi romantis dan mempesona, persis seperti mereka berada di dunia lain.
“Kukira perjalanan berarti pergi ke tempat seperti pantai, tapi ternyata...” Gu Qingyou menatap erat pita cahaya yang bergantung di langit terus melayang-layang dan perlahan berganti warna, menutup mulutnya hingga hampir tersedak.
Jiang Jun menoleh ke arahnya. "Kau suka di sini?"
Gu Qingyou mengangguk kuat-kuat, "Suka, suka... Aku sangat suka di sini..."
Melihat ketulusan kecintaan Gu Qingyou pada pemandangan ini, Jiang Jun mencium lembut pipinya sebelum kembali menatap langit. "Aurora punya legenda."
Gu Qingyou menarik napas pendek, menahan gejolak emosi yang menggelora, lalu menoleh padanya, "Benarkah?"
Wajah Jiang Jun di bawah kegelapan malam terlihat sangat tiga dimensi, bulu matanya seolah tak terkendali bergetar halus. Setelah hening sejenak, barulah ia melanjutkan, "Konon pasangan yang melihat aurora bersama, masa depan mereka tak mungkin berpisah."
"Sungguh?" Bola mata jernih Gu Qingyou berbinar penuh kekaguman, berkedip-kedip menatapnya. "Jangan-jangan kau sedang menipuku seperti anak kecil?"
Jiang Jun tersenyum tipis, memutar tubuhnya. Kedalaman mata hitamnya yang berkilau menatapnya. "Atau... kau tidak mau percaya?"
"Aku pasti percaya!" Gu Qingyou buru-buru berseru, mengangkat tangan memegang pinggangnya. "Bahkan andai ini palsu, aku tetap percaya."
Senyuman di sudut bibir Jiang Jun semakin melebar, tiba-tiba ia menyentil hidung mancungnya yang indah. "Ini memang bohongan."
“Kau……” Gu Qingyou mengangkat tinju ingin menghantam dada seseorang, namun akhirnya menurunkannya dengan berat hati. Kemudian, ia bersandar di pangkuannya, pipinya menempel erat di dada, kedua lengannya yang ramping memeluk tubuhnya.
Jiang Jun merapikan rambut panjangnya, juga mengangkat tangan untuk memeluknya dengan lembut.
Memandang dunia tak bertepi yang seolah hanya dihuni mereka berdua, Gu Qingyou menghirup dalam-dalam aura harum darinya dengan puas, lalu berkata perlahan, "Jika suatu hari nanti aku tidak mengenakan gaun pengantin putih untuk menikahimu, hari ini akan menjadi hari paling bahagia dalam hidupku."
"Maka hari itu pasti bukan hari paling bahagia bagimu, karena kau pasti akan mengenakan gaun pengantin putih untuk menikahiku."
Gu Qingyou mengangkat kepala, kilatan cahaya harapan bergejolak di matanya.
Jiang Jun menatapnya dengan sorot mata hitam yang berkilauan, di bawah cahaya kutub yang memenuhi langit, ia mencium dahinya.
Gu Qingyou memejamkan mata, merasakan bibir yang menyentuh dahinya tak lagi sedingin es seperti dulu.
Baru kemudian Jiang Jun berbisik, "Ini sebagai bukti."
Perlahan Gu Qingyou membuka matanya, mungkin efek cahaya kutub, matanya menjadi lebih terang, berkilauan dengan keindahan yang memesona.
Jiang Jun tak kuasa menunduk dan menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu.
Ciuman Jiang Jun terasa membara, semakin nyata di tengah padang gurun tandus ini.
Gu Qingyou bahkan merasa suhu dari bibirnya hampir membakarnya.
Namun, semakin lama dia tak bisa melawan, menutup mata, apapun yang ia inginkan, dia rela menyerahkan segalanya sekehendak hatinya...
Dalam pikiran terus terbayang adegan dia memasangkan cincin kawin, membalas pesan 'tidak mengkhianati', serta ucapannya "ini sebagai bukti" 15 menit sebelumnya. Kilau cahaya dan bayangan semarak kembang api menyatu dengan cahaya kutub di langit, membentuk lapisan cahaya megah yang mengurung mereka berdua dalam keabadian.
Saat lidah Jiang Jun menyusup masuk, meski belum terbiasa menyesuaikan diri, Qingyou mulai belajar berinteraksi dengannya...
Tiba-tiba, seperti ada kesepahaman, mereka berciuman sambil bergerak pelan ke arah mobil.
Saat tubuhnya menyentuh dinginnya bodi mobil, Jiang Jun mengangkatnya sambil membuka pintu mobil. Setelah menidurkannya di kursi, tubuhnya segera menindih...
……
Usai badai gairah, dengan pakaian rapi, Jiang Jun terbaring di kursi mobil yang luas. Qingyou menempel di tubuhnya, mantel jasnya menutupi sebagian besar tubuhnya.
Meski lelah, Qingyou mengikuti tatapannya memandang warna-warni di langit melalui sunroof. "Tahun depan jika aku ingin melihat cahaya kutub ini lagi, apakah masih bisa?"
Jiang Jun memeluk dia yang juga berkeringat harum. "Setiap musim gugur adalah timing terbaik untuk menikmati cahaya kutub di sini... Jika tahun depan kau masih ingin datang, aku akan menemanimu."
"Benarkah?"
Mata Gu Qingyou sudah mulai menutup. Sebenarnya dia ingin bertanya, bagaimana mungkin pria itu memikirkan untuk mengajaknya melihat aurora? Jiang Jun bukan tipe yang biasanya meneliti pemandangan alam. Sayangnya dirinya sudah sangat mengantuk, sampai-sampai tak mampu membuka mata lagi.
Jiang Jun menunduk mencium dahinya yang berkeringat. Ingin menjawab pertanyaannya, tapi mendapati bulu mata panjang dan tebal sang wanita sudah terkulai rapat, wajah tidurnya tenang dan damai.
Jiang Jun tak bisa menahan senyum kecil. Merapikan mantel jasnya, lalu ikut menutup mata bersamanya.
……
Pada waktu yang sama, Waktu C.
Que Yan akhirnya berhasil mengajak Huo Yutong bertemu. Namun pertemuan itu terjadi hanya karena Huo Yutong tidak bisa menghubungi Jiang Jun.
Que Yan yang belum pernah mendapat pukulan mental seperti ini dari wanita manapun, tak kuasa menyindir, "Apakah kau juga menyukai Jiang Jun?"
Huo Yutong yang selalu elegan dengan aura wanita kalangan atas, tersinggung dengan candaan itu. Dengan tegas berkata, "Direktur Que, hubunganku dengan Jiang Jun murni persahabatan. Tidak ada keinginan tersembunyi sama sekali."
“Lalu kenapa dulu saat Su Mo memperkenalkanmu untuk mengenal aku, kau juga tidak mau? Sekarang Jiang Jun memperkenalkan kita, kau tetap menolak?” Que Yan tak paham. Dalam hatinya, pesonanya tak biasa-biasa saja, terhadap wanita belum pernah gagal. Tapi di hadapan Huo Yutong justru terus menemui jalan buntu. Inilah alasan utamanya ingin mengejar Huo Yutong.
“Karena Direktur Que bukan tipe pria yang setia dalam hubungan. Menurutku tak perlu mengenalmu.” Huo Yutong menjawab sejujurnya.
Que Yan merasa tamparan keras menghantam wajahnya, perih membara. Namun tatapannya semakin dalam mengamati wanita kecil di seberang yang tetap tenang, justru memicu rasa penasarannya. “Mungkin aku bisa berubah demi Nona Huo?” ujar Que Yan serius.
Huo Yutong menggelengkan kepala, jelas tak ingin melanjutkan topik ini. Ia beralih ke urusan utama. “Kau bilang jika aku datang, kau akan memberitahukan keberadaan Jiang Jun.”
“Dia membawa Gu Qingyou ke sebuah kota kecil di Alaska, Amerika untuk melihat cahaya kutub.”
“Gu Qingyou?” Huo Yutong terkejut. “Siapa dia? Bukankah istri Jiang Jun adalah Xia Qingchen?”
“Tidakkah kau lihat berita tentang perceraian Xia Qingchen dan Jiang Jun?”
“Aku lihat. Justru ingin menanyakan hal ini. Tapi sekarang kau malah menyebut 'Gu Qing'... Siapa sebenarnya dia?”
Que Yan menyandarkan tubuhnya ke kursi, berkata perlahan, “Siapa dia tidak penting. Yang utama... Saat ini dia sudah mengisi hati Jiang Jun.”
Huo Yutong segera menggelengkan kepala, "Aku tidak percaya. Tidak lama sebelumnya, aku bahkan menasihatinya untuk melepaskan Su Mo, tapi dia tidak memberiku jawaban langsung."
"Dia tidak menjawabmu karena masalah terkait Su Mo sudah tidak mau lagi disebutkannya."
Mendengar perkataan Que Yan, Huo Yutong meneguk kopinya. Setelah beberapa saat, dia bersuara, "Wajar jika Jiang Jun membenci Su Mo. Tapi fakta bahwa Su Mo sangat mencintai Jiang Jun juga benar, hanya saja..."
Que Yan melambaikan tangan ke arah Huo Yutong. "Jujur saja, aku juga kehilangan kesan baik terhadap Su Mo. Aku tidak ingin kau menyebut namanya lagi."
Huo Yutong menghela napas pelan, lalu meletakkan cangkir kopinya. "Kurasa jika Su Mo masih hidup, kesalahpahaman di antara mereka pasti bisa diatasi..."
"Jangan... Menurutku hubungan Jiang Jun dengan Nona Gu sekarang sudah cukup baik."
Huo Yutong tidak menjawab.
Que Yan menyipitkan mata penuh kecurigaan, "Ngomong-ngomong, kau belum memberitahuku mengapa mencari Jiang Jun dengan buru-buru?"
"Tidak ada apa-apa."
Sorot mata licik dan tajam Que Yan dengan mudah menembus bayangan rahasia dalam pandangan Huo Yutong. "Sebenarnya kau disuruh Su Mo untuk mendapat informasi tentang jejak Jiang Jun, ya?"
Seketika tubuh Huo Yutong bergetar hebat, matanya memancarkan kilau ketidakpercayaan.
“Que Yan bersandar di sandaran kursi, mata amber-nya bermakna genit penuh ketertarikan, "Sebenarnya Jiang Jun sudah tahu fakta bahwa Su Mo mungkin masih hidup, jadi kau tidak perlu terkejut. Karena bagi Jiang Jun, tidak penting lagi apakah Su Mo menyembunyikan 'kabar kematian'-nya atau tidak."”
