BAB 98 Memandangnya Sampai Terbuai
Ciuman terpotong oleh sekretaris yang ceroboh, Jiang Jun menunjukkan ketidaksenangan.
Kulit wajah Gu Qingyou yang tipis langsung memerah karena malu, sambil menepuk-nepuk dada Jiang Jun dua kali. "Ini salahmu... Sekarang citraku di mata sekretarismu pasti buruk."
Jiang Jun mengerutkan alis. "Maksudmu?"
"Coba pikir, sekarang semua orang mengira kau sudah bercerai, sementara aku hanya pacar barumu. Tapi aku malah datang ke perusahaan mencari... bahkan..." Memikirkan ini, Gu Qingyou menutupi wajahnya dengan tangan. "Sekarang di hati sekretarismu, aku pasti dianggap wanita penggoda!"
Jiang Jun tertawa sambil menjauh. "Levelmu masih jauh dari layak disebut penggoda."
"Maksud Direktur Jiang dengan kalimat ini?" Gu Qingyou menurunkan tangan dari wajah, melirik ke arah pria yang sedang mengambil tasnya di sofa. "Apakah Direktur Jiang pernah melihat seperti apa rupa wanita penggoda sejati?"
Saat melingkarkan tangan di pinggangnya, Jiang Jun berkata, "Kau tahu, selama bertahun-tahun selalu ada wanita-wanita yang berusaha mendekati..."
Dengan geram Gu Qingyou berkata, "Sepertinya nanti aku harus menggandeng lenganmu turun tangga dengan cahaya terang benderang, biarkan semua wanita itu tahu kau sudah punya pasangan!"
Jiang Jun tertawa lepas.
……
Gu Qingyou dan Jiang Jun tiba di restoran paling mewah di Kota C untuk makan malam.
Restoran ini hanya memiliki satu meja, bersandar pada jendela kaca besar yang menghadap pemandangan laut, di atasnya terpasang lili gaya Barat dan mawar merah, di sampingnya ada orang yang sedang memainkan kecapi dengan merdu, serta dilayani oleh staf khusus - jelas harganya sangat mahal.
Saat mengatur serbet di pangkuannya, Gu Qingyou terkecil tipis.
Mendengar tawanya dari seberang meja, Jiang Jun memberi isyarat dengan jari agar pelayan mundur, lalu memandangnya dengan tenang, "Apa yang membuatmu begitu senang?"
Gu Qingyou membisikkan, "Aku merasa sekarang dengan menggantungkan diri padamu, seperti sedang mengandalkan orang kaya besar."
"Tidak punya ambisi." Meski mengucapkan tiga kata ini, mata Jiang Jun penuh kasih sayang.
Gu Qingyou mengernyitkan bibir, lalu berkata dengan serius, "Orang kaya sepertimu tidak akan mengerti kami rakyat miskin. Dulu jika ada yang mengajakku makan di tempat seperti ini, lebih baik aku tidak melihat restoran mewah begini dan minta uang tunai saja..."
Alis Jiang Jun berkerut. "Kalau begitu hari ini pun bisa ditukar."
Gu Qingyou meniru ekspresi sinisnya yang biasa, "Mengapa harus ditukar? Sekarang aku sudah menemukan sugar daddy." Katanya licik.
"Mata Jiang Jun terpaku memandangnya yang terlihat begitu memesona saat tersenyum bahagia, bibirnya mengukir senyuman samar."
Saat itu, ponselnya di atas meja makan tiba-tiba bergetar.
Melihat panggilan dari Que Yan, ia langsung menekan tombol penerimaan. "Ada urusan apa?" Suaranya kembali ke nada dingin biasa saat berbicara dengan orang lain.
Que Yan menangkap nada tidak senang dari seberang telepon, buru-buru menjelaskan tanpa bertele-tele. "Aku menemukan beberapa hal, tapi tak tahu apakah kau mau mendengarnya."
Alis Jiang Jun berkerut. "Kapan kau mulai jadi plin-plan seperti ini?"
"Ini berkaitan dengan Su Mo... Kurasa mungkin kau memang salah paham padanya."
Jiang Jun melirik ke arah Gu Qingyou di seberang meja.
Tatapan Gu Qingyou bertemu dengannya, mata jernihnya berkilauan. "Ada apa?" tanyanya lembut.
Jiang Jun menyelami kedalaman mata Gu Qingyou, tiba-tiba berkata datar: "Ke depannya aku tak ingin lagi menerima telepon tak penting semacam ini."
Memahami sikap Jiang Jun, Que Yan segera mengakhiri percakapan.
Jiang Jun melepaskan ponsel dari telinganya, wajahnya memancarkan kedinginan.
Gu Qingyou penasaran. "Siapa yang menelepon?"
"Que Yan," jawab Jiang Jun singkat. "Membahas urusan sepele."
"Oh."
“Di waktu yang berjalan, kedua insan ini menghabiskan saat romantis di restoran, dari mentari terbenam hingga lampu kota mulai menyala, dari duduk di meja makan hingga Jiang Jun memeluk Gu Qingyou di depan jendela kaca besar menikmati pemandangan malam Kota C yang gemerlap... Kebahagiaan seolah melingkupi mereka.”
……
Mereka baru pulang bersama menuju rumah pukul 10 malam.
Karena Que Yan ternyata datang begitu larut ke Keluarga Jiang menunggu Jiang Jun, Gu Qingyou memiliki firasat buruk bahwa mereka akan membahas urusan penting. Setelah menyapa Que Yan, ia segera kembali ke kamar.
Jiang Jun mencium dahi Gu Qingyou. Setelah Qingyou masuk kamar, barulah ia duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan aura dingin misterius mengarah ke Que Yan. "Urusan apa yang membuatmu datang selarut ini?"
“Setelah merenung panjang, aku memutuskan untuk memberitahumu hal-hal ini.” Que Yan segera mendorong beberapa dokumen di meja teh kecil ke hadapan Jiang Jun. “Sebagai catatan, aku mendukung hubunganmu dengan Nona Gu. Tapi aku harus memberimu laporan investigasi ini, kalau tidak nuraniku tidak akan tenang.”
Jiang Jun mengambil dokumen tersebut, bersandar dingin di sofa, lalu mulai membuka dan membacanya.
Pasangan Direktur Jiang baru saja menyapa Que Yan, memastikan tidak ada orang sensitif lain di sekitar, Que Yan berkata serius, "Rupanya seluruh urusan ini tidak ada hubungannya dengan Su Mo. Su Mo juga dimanfaatkan Qi Yuanheng. Saat itu Qi Yuanheng ingin mengambil nyawamu, sebenarnya Su Mo tidak tahu... Selain itu, setelah kejadian Su Mo ingin mencarimu, tapi Qi Yuanheng mengirim orang membelenggunya. Ia mengerahkan semua tenaga untuk kabur, akhirnya dikejar anak buah Qi Yuanheng sampai ke tepi laut. Karena tak ingin ditangkap kembali oleh ayahnya, ia terjun ke laut... Kemudian Qi Yuanheng menemukan Su Mo, setelah nyawa di ujung tanduk, barulah Su Mo bertahan hidup."
Jiang Jun menatap foto vila tempat Su Mo dibelenggu dan gambar Su Mo diselamatkan dari laut dalam data tersebut. Tatapannya hening mencekam, namun ekspresinya tidak menunjukkan perubahan yang jelas.
Que Yan mengamati ekspresi Jiang Jun, melanjutkan, "Foto-foto ini dikirim Qi Yuanheng padaku. Ia berharap kau bisa membebaskannya mengingat Su Mo masih hidup..."
Jiang Jun menutup dokumen, memandang Que Yan dengan datar, "Menurutmu aku akan melepaskan Qi Yuanheng karena ini?"
“Poin penting dalam hal ini bukanlah ini, yang terpenting adalah... Menurutku, kau harus bertemu dengan Su Mo. Jika semua ini adalah fakta, maka bagi Su Mo, kebencian dan sikap dinginmu sekarang terhadapnya sungguh... sangat menyedihkan hatinya.” Sampai di sini, Que Yan menghela napas berat. “Aku tahu hubunganmu dengan Qingyou sekarang cukup baik, tetapi jika antara kau dan Su Mo hanyalah kesalahpahaman, dan jika di relung hati masih ada Su Mo, kalian harus bertemu.”
Jiang Jun meletakkan dokumen di sampingnya. Setelah lama terdiam, bibir tipisnya akhirnya terbuka tanpa kehangatan, “Sepertinya Huo Yutong memberimu banyak tekanan.”
Que Yan tidak menyangkal, “Sebenarnya perhatian Huo Yutong padamu selama ini adalah perhatian Su Mo selama ini. Ucapan-ucapannya yang memintamu meninggalkan Su Mo, semua itu adalah pesan Su Mo yang disampaikan Huo Yutong padamu. Huo Yutong sendiri selalu berharap kalian bisa bersatu kembali...”
Jiang Jun jelas sudah tak sabar melanjutkan, bangkit dengan dingin.
Que Yan ikut bangkit dari sofa, serius berkata, “Meski kau sudah bertekad bersama orang lain, menurutku kau harus menyelesaikan hubungan dengan Su Mo. Bagaimanapun, demi bersamamu, dia pernah melompat ke laut. Meski berhasil diselamatkan, sekarang dia menderita penyakit jantung parah...”
Ekspresi di wajah Jiang Jun tetap tak berubah, langkahnya langsung melangkah tegas.
Que Yan menghadapi bayangan Jiang Jun, akhirnya berkata, "Besok pagi pukul sepuluh, di Hotel Venezia, Huo Yutong akan menipu Su Mo untuk datang. Soal kau pergi atau tidak, itu terserah keputusanmu sendiri."
……
Gu Qingyou secara kebetulan sedang haus dan bersiap turun untuk minum air, tanpa sengaja mendengar percakapan Que Yan dan Jiang Jun di area tangga berputar.
Karena mendengar kata asing "Su Mo", kakinya saat itu bagai tertanam akar. Meski tahu tak seharusnya menguping, tetap saja tak bisa menggerakkan langkahnya.
Indra keenam wanita memang luar biasa akurat. Benar saja, dialog lanjutan antara Que Yan dan Jiang Jun mengonfirmasi dugaan barunya - Su Mo ternyata orang yang bersemayam di relung hati Jiang Jun.
Di aula Jiang Zhai yang luas, setiap kata Que Yan melayang jelas memasuki telinganya.
Qi Yuanheng, Su Mo, kabur, sedih, lompat ke laut, penyakit jantung, pertemuan...
Kata-kata ini tiba-tiba bagai batu-batu dingin dan keras, menghantam hatinya dengan palu godam.
Yang semula dianggap sedang menginjak awan putih nan romantis, tiba-tiba seolah terjatuh ke laut hitam dalam tak berujung, dikepung kegelapan.
Baru setelah melihat Jiang Jun naik tangga, ia tersadar dan kembali ke kamar...
Saat Jiang Jun kembali ke kamar, dirinya sudah berada di kamar mandi.
Dalam kebingungan, ia membuka keran air kamar mandi, berpura-pura sedang mempersiapkan mandi.
Jiang Jun mengetahui dia sedang mandi karena melihat piyama yang ditinggalkannya di ranjang tidak dibawa ke kamar mandi, ia mengerutkan kening, "Qingyou, kau sudah ambil pakaian ke kamar mandi?"
Gu Qingyou menarik napas dalam, segera menjawab, "Oh, aku lupa membawanya... Tapi tak perlu kau bawa masuk, nanti aku akan pakai jubah mandi keluar."
"Baik."
Mendengar kamar sudah tak ada lagi suara gerakan, memperkirakan Jiang Jun saat ini sedang duduk di sofa membaca majalah keuangan atau melihat dokumen, atau mungkin tenggelam dalam pikirannya, Gu Qingyou menyandarkan diri di pintu kamar mandi, berusaha menjaga ketenangan.
Tidak, dia tak boleh panik.
Dari sikap Jiang Jun, terlihat dia tidak memiliki keterikatan berarti dengan Su Mo, selain itu apakah Jiang Jun akan menemui Su Mo besok masih menjadi variabel, dia seharusnya tidak perlu kebingungan...
Dia harus percaya padanya.
Benar, di saat mereka sudah saling membuka hati menerima satu sama lain, dia seharusnya lebih mempercayainya.
Sekalipun fakta yang disampaikan Que Yan, bahwa perpisahan Su Mo dan Jiang Jun dulu mungkin mengandung kesalahpahaman, dia harus yakin Jiang Jun tidak akan kembali...
Ya, dia pasti tidak akan kembali.
Urusan masa lalu sudah berlalu, lima tahun waktu, bahkan perasaan yang kau kira terukir dalam sumsum pun, mungkin sudah lama memudar di relung hatimu, lagipula hubungan mereka sekarang sangat harmonis, dia bisa melihat dari matanya bahwa manjanya padanya nyata, mungkin bahkan dia sendiri tak menyadari, tanpa terasa dia sudah menempati posisi tertentu di hati Jiang Jun.
Memikirkan ini, Gu Qingyou segera berjalan ke bawah pancuran mandi. Tanpa melepas pakaian, dia membiarkan air dingin mengucur deras. Ini membuatnya menjaga kesadarannya, sekaligus membiarkan diri dilumpuhkan oleh dinginnya air, tak sempat lagi merenungkan hal lain...
