Bab 99 Gagasan untuk Mengundurkan Diri
Semalaman Gu Qingyou tidur tak nyenyak, tapi Jiang Jun tak akan tahu. Dia tetap memeluknya, bersandar di bahunya, seperti menempel pada pemanas.
Pagi hari seperti biasa, Jiang Jun mencium lembut dahinya yang "tertidur pulas" sebelum bangkit dan pergi ke perusahaan.
Saat Jiang Jun membuka kamar dan pergi, matanya terbuka.
Membalikkan badan, dia terpaku memandang posisi kosong di sampingnya yang masih menyisakan kehangatan tubuhnya. Hidungnya sedikit terasa asam.
Semalam dia tak bisa memejamkan mata sama sekali.
Secara logika, sikap dingin Jiang Jun terhadap urusan Su Mo yang disebut Que Yan tadi malam hampir bisa dipastikan—hari ini mustahil baginya pergi ke hotel menemui Su Mo.
Tapi entah mengapa, sejak mendengar nama "Su Mo", hatinya digelayuti firasat buruk yang kuat.
Firasat itu adalah—hari-hari bersamanya dan Jiang Jun akan segera berakhir.
Dia tak tahu mengapa dirinya memiliki firasat buruk yang begitu kuat ini. Bagaimanapun juga, Jiang Jun bukanlah tipe pria yang memberikan janji lalu memilih untuk mengingkarinya. Sekalipun Jiang Jun mengetahui adanya kesalahpahaman antara dirinya dengan Su Mo, sekalipun Jiang Jun masih mencintai Su Mo, ia pasti akan menepati janjinya dan tidak mengkhianatinya. Asalkan dia tetap teguh berada di sisinya, mereka akan terus menjalani kehidupan bahagia seperti sekarang ini...
Tapi, jika benar ada kesalahpahaman antara Jiang Jun dan Su Mo, dan Jiang Jun hanya belum bisa melupakan kejadian tahun lalu sehingga membenci Su Mo, lalu memilih untuk menekan perasaannya pada Su Mo dengan sekuat tenaga, apakah dirinya saat itu benar-benar bisa berpura-pura bodoh tetap tinggal di sisi Jiang Jun?
Tidak...
Dia tahu dirinya takkan sanggup. Pada akhirnya, dia pasti akan memilih untuk pergi.
Benar. Karena takut kebenciannya akan terus berkepanjangan, membuat hari-harinya di masa depan dipenuhi kesepian yang tak berujung, barulah dia memilih untuk menerimanya. Sebenarnya dia sangat paham, hanya dengan orang yang benar-benar dicintainya lah dia bisa bahagia. Dulu saat mengira orang yang dicintainya adalah Xia Qingchen, dia sudah berpikir: Jika suatu hari Jiang Jun memilih untuk kembali mencari Xia Qingchen, asalkan Xia Qingchen juga mencintainya, maka dia akan memilih untuk mengundurkan diri...
Yang dia inginkan hanyalah kebahagiaannya.
Adapun janji-janji yang diucapkannya padanya, meski terukir dalam di relung hati dan yakin bahwa janji itu akan ditepati di masa depan, namun dia tak pernah menganggapnya serius...
Dia selalu melakukan dua persiapan: pertama, jika hubungannya dengan orang yang dicintainya benar-benar tak bisa diselamatkan, dia akan tetap di sisinya agar ia tak kesepian. Kedua, jika masih ada peluang untuk hubungan mereka, dia akan mundur memberi kesempatan mereka rujuk.
Dia benar-benar berharap ia bisa bersama orang yang dicintainya, karena hanya begitu ia akan bahagia. Untuk dirinya sendiri, ia tak perlu merasa bersalah - setiap keputusan diambilnya sendiri. Selama dua bulan lebih interaksi ini, ia telah memperlakukannya dengan baik, bahkan berjasa padanya. Ia sama sekali tak bersalah padanya...
Jika memang ada kesalahpahaman antara dirinya dan Su Mo, semoga mereka bisa berdamai. Semoga ia dan sang kekasih bisa bertahan sampai akhir...
Bangkit dari ranjang, Gu Qingyou mengambil ponsel dari meja samping tempat tidur lalu menelepon Que Yan.
Nomor Que Yan di ponselnya berasal dari kartu SIM lama Xia Qingchen. Ingatannya tajam - dulu tak sengaja melihatnya lalu menghafal nama ini. Belakangan baru tahu Que Yan adalah sahabat Jiang Jun.
Sambungan tersambung, dengan senyum ramah dia menyapa, "Selamat pagi, Direktur Que."
Que Yan jelas tak menyangka Gu Qingyou akan meneleponnya. Suara malas karena baru bangun tidur itu langsung jernih mendengar suaranya. "Nona Gu..."
"Maaf mengganggu istirahat Anda, Direktur Que."
"Tak apa. Kau... ada keperluan menghubungi saya?"
“Gu Qingyou tersenyum tipis, 'Tidak ada urusan mendesak, hanya saja kemarin aku tak sengaja mendengar percakapanmu dengan Jiang Jun di bawah kantor. Tentu aku minta maaf, ini tidak sopan... Aku harap kau bisa memberikanku nomor ponsel Huo Yutong, agar aku bisa menghubungi Su Mo. Aku ingin menelepon Su Mo secara pribadi.'"
“Nona Gu...”
Gu Qingyou tetap menunjukkan ekspresi tenang dan anggun. “Aku berharap kau tidak memberitahu Jiang Jun tentang teleponku ini. Aku hanya ingin mengetahui kesalahpahaman antara Su Mo dan Jiang Jun.”
“Masalah ini akan diselesaikan Jiang Jun. Jika Nona khawatir Jiang Jun akan rujuk dengan Su Mo, aku jamin dia tak akan bersama Su Mo tanpa mengabaikan syarat untukmu. Kemarin aku memberitahu Jiang Jun situasi sebenarnya, hanya berharap dia bisa menjelaskan dengan jelas pada Su Mo. Bagaimanapun ini akan lebih adil untuk Su Mo.”
Gu Qingyou tersenyum menyambut ucapan itu, “Manajer Que tak perlu formal, panggil saja Qingyou... Jangan salah paham, aku bukan khawatir Jiang Jun akan rujuk dengan Su Mo. Aku hanya...”
Que Yan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Setelah sekitar sepuluh detik, suara Gu Qingyou baru kembali terdengar di telinga Que Yan, “Aku hanya berharap jika benar ada kesalahpahaman antara Jiang Jun dan Su Mo, semoga mereka masih punya kesempatan untuk rujuk. Bagaimanapun, Jiang Jun masih memiliki perasaan pada Su Mo.”
“Gu...” Que Yan kemudian mengganti panggilan. “Qingyou, aku tak akan memberikan nomor Huo Yutong padamu untuk menghubungi Su Mo. Jika Jiang Jun tahu, aku mungkin tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku.”
“Tuan Que, Anda pasti tahu, di relung hati Jiang Jun tidak pernah melupakan Su Mo...”
Que Yan terdiam sejenak sebelum menjawab, “Jiang Jun adalah orang rasional. Karena sudah memilihmu, aku yakin dia telah menetapkanmu sebagai pendamping hidupnya.”
“Tapi dia tidak mencintaiku.” Gu Qingyou tetap tersenyum tipis. “Dia memilihku hanya karena lelah, ingin memulai babak baru, dan aku adalah pilihan yang cocok baginya.”
Que Yan tiba-tiba terperangkap dalam kesunyian yang panjang.
Gu Qingyou melanjutkan, “Perasaan antara Jiang Jun dan Su Mo, saya yakin Tuan Que lebih paham daripada saya... Jika mereka sebenarnya saling mencinta tapi terpisah karena kesalahpahaman, ini akan menjadi kepedihan seumur hidup bagi mereka.”
“Anda berniat mundur?” Que Yan sebagai orang pintar telah menebak keinginan tersembunyi di relung hati Gu Qingyou.
Dengan senyum samar di wajah, Gu Qingyou menjawab dengan tenang, “Aku mencintai Jiang Jun, karena itu tak punya pilihan selain melakukan ini. Aku ingin dia meraih kebahagiaan sejati.”
Kembali Que Yan terdiam lama di ujung telepon.
“Tahukah kau? Jika kuberikan nomor telepon Su Mo padamu, ini seperti meminjam nyali dari langit...” Setelah lama, Que Yan perlahan berkata.
“Catatan panggilan bisa dihapus di perusahaan telekomunikasi. Selama kita diam, Jiang Jun tak akan tahu. Bahkan jika tahu nanti, mungkin dia sudah rujuk dengan Su Mo dan tak akan mengejar masalah ini...”
“Qingyou, sungguh tak kusangka... Begitu besarnya cintamu pada Jiang Jun.”
Gu Qingyou menarik napas pelan, tetap menjaga senyum di wajah. "Aku juga berpikir begitu, tapi kau tahu, urusan perasaan tak ada yang bisa dikendalikan."
Kira-kira dua bulan lalu, dia tak pernah menyangka akan mencintai seseorang sebegitu dalam dua bulan kemudian.
"Baik, aku akan berikan nomor telepon Huo Yutong padamu... Aku percaya sebagai orang dewasa, keputusan yang kau ambil sudah melalui perenungan mendalam."
"Tentu, aku orang yang cukup mengerti. Aku selalu jelas dengan apa yang kulakukan."
"Baik..."
……
Setelah mendapatkan nomor telepon Huo Yutong dari Que Yan, Gu Qingyou tidak langsung menelepon. Dia berharap Huo Yutong bisa mengizinkannya bertemu Su Mo, namun hari ini Huo Yutong akan membawa Su Mo menemui Jiang Jun. Jelas hari ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu.
Pagi itu Gu Qingyou duduk sunyi di depan jendela kaca kamarnya, menatap taman di bawah.
Bunga dan pepohonan di taman sudah mulai merana dibanding saat dia pertama tiba di Jiang Zhai, tapi kini memasuki musim kuning yang lebih indah, membuatnya terpikat oleh pemandangan ini.
Que Yan khawatir pilihannya bukan hasil perenungan matang, padahal ini keputusan yang dia pikirkan semalaman...
Saat pertama tahu ada kesalahpahaman antara Jiang Jun dan Su Mo semalam, dia sempat khawatir Jiang Jun akan menemui Su Mo. Tapi setelah dipikir, apakah Jiang Jun menemui Su Mo atau tidak tidak penting, karena Su Mo tetap ada di relung hatinya... Lalu apa penghiburan yang bisa dia berikan pada diri sendiri?
Akhirnya, dia kembali pada rasionalitas.
Kalau dia sudah tahu Jiang Jun tak bisa melupakan Su Mo, masih perlu apa dirinya merenung? Sekalipun ia menepati komitmen untuk bersamanya, bisakah relung hatinya benar-benar bahagia?
Tidak bisa...
Jika kehadirannya di antara mereka malah membuat tiga orang tak bahagia, lebih baik dirinya saja yang tak bahagia. Lagipula, dia berharap orang yang dicintainya bisa meraih kebahagiaan sejati.
……
Sepanjang hari itu, Gu Qingyou hanya terdiam sebentar di taman. Performanya tak menunjukkan kelainan apapun dari biasanya.
Namun, di siang hari Jiang Jun pulang.
Dia begitu terkejut dengan kelihaiannya. Jarang pulang siang, ternyata karena ia merasakan tidurnya yang tak nyenyak semalam, meski sepanjang malam dia memeluknya erat, kepekaannya tetap tajam.
Di dalam kamar, Jiang Jun mendudukkannya di pangkuannya, tatapan penuh kasihan menatapnya. "Katakan, apakah kau dengar percakapanku dengan Que Yan kemarin?"
Gu Qingyou tak menyangka ia bisa membongkar rahasianya dengan begitu matang. Tahu berbohong mustahil, hanya bisa jujur. "Ya... Dari semalam sampai sekarang, aku selalu khawatir kau akan menemui Su Mo."
Jiang Jun seakan menghela napas halus, menunduk dan menyembunyikan wajah di lekuk lehernya, suara melambat berucap. "Tak perlu khawatir. Keputusan yang sudah kubuat, takkan pernah kuubah."
Gu Qingyou bersandar di dada Jiang Jun, mengangkat bola matanya, menatapnya dalam-dalam. "Jadi, pagi ini kau tidak menemui Su Mo?" Dia sengaja bertanya demikian, padahal sudah tak peduli hasilnya.
Jiang Jun mencium lehernya yang mulus memanjang. "Hal yang sudah lewat bagiku sudah berlalu."
"Apakah kau tak pernah berpikir untuk rujuk?" Gu Qingyou mengedipkan mata padanya, memancarkan kilau genit di pupilnya. "Lagipula antara kalian cuma salah paham."
"Kau ingin aku rujuk dengannya?" Jiang Jun menyipitkan mata hitam yang licik, sudut bibirnya juga melengkung genit.
Tiba-tiba Gu Qingyou menyipitkan mata, melotot dengan tatapan tajam. "Sialan, kau benar-benar mempertimbangkannya? Jika kau berani punya pikiran seperti itu, aku akan pergi sekarang." Gu Qingyou mulai meluncur turun dari pangkuan Jiang Jun, tapi ditarik kembali dan dipeluk erat.
