Bab 104 Menyayangi Hingga ke Tulang Sumsum
Hingga lampu kota menyala, operasi Su Mo akhirnya selesai.
Su Mo langsung didorong ke kamar IUC, setidaknya harus diobservasi dua hari sebelum boleh pulang.
Saat Jiang Jun menelepon mencari sumber jantung di Amerika, Gu Qingyou keluar dari kamar pasien. Tapi dia tidak kembali ke kamar Bibi Shu, melainkan pergi sendirian ke balkon terbuka di luar rumah sakit.
Cuaca akhir musim gugur sudah sangat dingin. Angin di balkon bertiup kencang, menggoyang-goyangkan tubuh Gu Qingyou seperti mau terhempas.
Dalam pikiran Gu Qingyou terus terbayang situasi saat bertemu Su Mo hari ini...
“Su Mo benar-benar kuat, kondisi jantungnya sudah separah ini, tapi hanya terlihat dari penampilannya yang buruk, sama sekali tidak terlihat bahwa hari-harinya yang tersisa sudah tidak banyak.”
Gu Qingyou tiba-tiba merasa bersalah atas kalimat yang pernah diucapkannya pada Su Mo: "Bahkan jika hanya sedetik, tetaplah menemani orang yang kau cintai di sisinya."
Dia hanya ingin membujuk Su Mo agar selalu memikirkan orang lain bagaimanapun keadaannya, tak menyangka ucapannya menjadi kenyataan.
Saat suara langkah kaki yang familiar dan mantap terdengar dari balkon, Gu Qingyou tahu yang datang adalah Jiang Jun, dia tidak menoleh.
“Mau apa?”
Jiang Jun menghampiri dari belakangnya, memegang bahunya, bertanya dengan lembut.
Gu Qingyou memandang Kota C yang tenggelam dalam lautan lampu, suaranya terdengar serak, “Hari ini aku menemui Su Mo, nada bicaraku penuh tuduhan. Sekarang aku sadar, aku benar-benar keterlaluan.”
Jiang Jun memutar tubuh Gu Qingyou menghadapnya. Dalam kegelapan malam, matanya yang hitam pekat teramat dalam. Lama ia menatap wajah mungilnya yang agak pucat, tiba-tiba mengeluarkan kalimat perlahan: “Semua urusan ini tidak ada hubungannya denganmu. Aku tidak ingin ada keinginan tersembunyi di relung hatimu.”
“Kau akan mengirim Su Mo ke Amerika untuk pengobatan?” tanya Gu Qingyou dengan suara gemetar.
Jiang Jun menjawab tenang, “Akan kuatur.”
Kedalaman mata Gu Qingyou menyapu kepiluan yang berat, “Aku percaya dia akan baik-baik saja.”
Jiang Jun tidak menanggapi ucapan Gu Qingyou. Ia melepas mantel jasnya dan menyampirkannya di bahu kurus Gu Qingyou, berkata lembut, "Aku menyuruh Ye Shuo mengantarmu pulang dulu."
"Tidak perlu merepotkan seperti itu, aku bisa pulang sendiri."
"Ayo, biar Ye Shuo yang mengantarmu."
Tanpa memberi kesempatan Gu Qingyou menolak, Jiang Jun melingkari bahu Gu Qingyou dan langsung meninggalkan balkon.
Setelah menjenguk Bibi Shu, Gu Qingyou meninggalkan rumah sakit bersama Ye Shuo.
Sepanjang perjalanan pulang, hati Gu Qingyou kehilangan ketenangan yang biasa.
Meski sudah menjelaskan segalanya pada Jiang Jun, rencananya semula adalah mencari waktu tepat untuk mengutarakan maksudnya sebelum pindah dari Jiang Zhai. Namun tak disangka, Su Mo tiba-tiba mengalami musibah.
Pikirannya langsung kalut, seolah dihujani fakta yang membuatnya blank total.
Jelas ini bukan saat yang tepat untuk mempermasalahkan urusan perasaan. Yang terpenting sekarang adalah kondisi Su Mo. Tapi untuk masa depan, dia sama sekali bingung harus melangkah kemana...
Dengan desah pelan, Gu Qingyou menyandar di jok mobil, menutup mata yang lelah.
……
Nyonya Jiang Dong sudah mencoba menghubungi Jiang Jun sejak sore, tapi tidak tersambung. Setelah bertanya pada Ye Shuo dan tahu bahwa Jiang Jun bersama Gu Qingyou di rumah sakit menjenguk Bibi Shu, barulah ia lega.
Namun saat melihat Gu Qingyou pulang sendirian, hati Nyonya Jiang Dong yang baru tenang tadi kembali cemas.
“Nyonya Jiang Dong meminta kepala rumah tangga untuk menghangatkan makan malam Gu Qingyou, lalu menggandengnya duduk di sofa ruang tamu, penuh kasihan bertanya, “Qingyou, kenapa Jiang Jun tidak pulang bersamamu?”
Gu Qingyou tidak tahu bagaimana menjawab Nyonya Jiang Dong, dengan ketidakberdayaan berbohong, “Dia pergi ke perusahaan.”
“Kenapa dia pergi ke perusahaan?” Nyonya Jiang Dong dengan wajah menyalahkan, langsung mengambil telepon di sebelah sofa dan mulai memencet nomor ponsel Jiang Jun.
Gu Qingyou segera menghentikan Nyonya Jiang Dong, lalu membantu menutup telepon. “Mama, urusan antara aku dan Jiang Jun akan kami selesaikan, Anda tidak perlu khawatir untuk kami.”
Nyonya Jiang Dong menghela napas berat, “Bagaimana mungkin tidak khawatir? Awalnya kalian berdua baik-baik saja, tiba-tiba bilang mau berpisah... Aku sangat cemas.”
Gu Qingyou segera membelai punggung Nyonya Jiang Dong, “Jangan marah, Mama. Aku hanya sedang bersitegang dengan Jiang Jun, beberapa hari lagi pasti akan membaik...”
Ekspresi wajah Nyonya Jiang Dong yang semula penuh kekhawatiran tiba-tiba berubah menjadi gembira, “Qingyou, benarkah? Hanya perlu beberapa hari bersitegang lalu akan baik kembali?”
Gu Qingyou, “...”
Ternyata Mama menggunakan taktik pura-pura lemah, membuatku mengucapkan kata-kata penghiburan, tapi...
"Baiklah, biarkan dia merajuk beberapa hari, suruh tidur di sofa!" Nyonya Jiang Dong dalam sekejap berubah menjadi wanita menggemaskan penuh vitalitas seperti biasa, lalu bangkit dari sofa menuju dapur, sama sekali tak memberi kesempatan Gu Qingyou menarik kembali ucapannya. "Makan malam Qingyou sudah siap belum? Dia belum makan siang tadi, pasti sangat lapar. Cepat kalian..."
Gu Qingyou duduk di sofa memandang bayangan tubuh penuh kasih Nyonya Jiang Dong, tiba-tiba menyadari kelicikan Jiang Jun mungkin warisan dari sang ibu.
……
Tengah malam.
Gu Qingyou tak bisa terlelap. Setelah bolak-balik di ranjang, akhirnya menyalakan lampu samping tempat tidur dan duduk bersandar di kepala ranjang.
Dia menduga Jiang Jun akan menemani Su Mo di rumah sakit malam ini, mengingat gadis itu masih belum sadar. Tapi...
Dirinya malah mengalami insomnia.
Ya, dia terjaga karena memikirkan Jiang Jun yang kini mendampingi Su Mo yang kritis. Bahkan dirinya sendiri merasa ini sangat memalukan.
Gu Qingyou lalu turun dari ranjang, mengambil gelas hendak mengambil air di lantai bawah. Tak disangka, suara gagang pintu diputar terdengar dari kamar.
Segera ia meletakkan gelas di meja samping tempat tidur, melompat ke ranjang dan pura-pura tidur pulas.
Saat Jiang Jun membuka pintu, terlihatlah Gu Qingyou berbaring miring dengan tubuh terkulai lemas dalam tidur nyenyak.
Setelah melepas dua kancing kemejanya, Jiang Jun pun duduk di tepi ranjang.
Gu Qingyou merasakan tatapan Jiang Jun sedang mengarah padanya, bulu matanya gemetar tak terkendali.
Jiang Jun melirik gelas air yang awalnya berada di lemari sofa, kini telah berpindah ke meja samping tempat tidur. Bibirnya tak sengaja melengkung tipis, namun tak berkata apapun sebelum menuju kamar mandi untuk mandi.
Baru setelah suara gemericik air dari kamar mandi terdengar samar, Gu Qingyou merebahkan tubuhnya, membuka mata, dan menatap langit-langit dengan pandangan kosong.
Dia... ternyata pulang...
Kalau begitu, apakah kondisi Su Mo sudah stabil?
Saat Jiang Jun keluar dari kamar mandi, Gu Qingyou sudah kembali ke posisi semula, bahkan terlihat lebih lelap dari sebelumnya.
Jiang Jun kembali duduk di tepi ranjang. Kali ini, dengan selimut dan segala isinya, ia langsung mengangkat tubuh Gu Qingyou.
Gu Qingyou yang memang tak tidur itu langsung menyadari aksinya telah terbongkar. Seketika ia mulai bergulat tanpa semangat.
"Lepaskan aku."
Matanya yang bulat seperti buah aprikot itu melotot menatapnya.
Jiang Jun dengan tenang mendudukkan Gu Qingyou di pangkuannya. Tak peduli seberapa banyak amarah yang terkumpul di mata wanita itu, ia tetap tak bergeming, hanya menatapnya dengan sorotan mata yang dalam.
Gu Qingyou tahu percuma melawan. Jika pria ini tak mau melepaskan, usahanya pasti sia-sia. Ia pun berhenti membuang tenaga.
"Kalau memang ingin sekali menjodohkanku dengan orang lain, kenapa malam ini malah insomnia begini?" Tiba-tiba Jiang Jun bersuara dengan nada mengejek.
“Aku tidak insomnia, kau yang pulang menggangguku sampai terbangun.” Gu Qingyou melotot padanya, menjawab dengan tegas.
“Oh.” Jiang Jun mengangguk penuh arti. “Sepertinya gelas air di meja samping tempat tidur itu bisa berjalan sendiri ke sana.”
“Itu kubawa waktu minum air sebelumnya.”
Jiang Jun kembali mengangguk setuju, “Tapi pendengaranku tajam, tadi di pintu sepertinya kudengar suara gelas menyentuh permukaan meja...”
“Kau...”
Baru sekarang Gu Qingyou sadar, Jiang Jun sengaja menggodanya. Sejak masuk tadi, dia sudah tahu dirinya terbangun, sengaja mandi dulu baru dengan sabar menggoda.
Melihat ekspresi kesal Gu Qingyou yang menggemaskan, Jiang Jun ingin mencubit pipinya tapi dihindari. Segera ia mengendalikan leher jenjang dan lengan rampingnya, tak memberi kesempatan mengelak, mulai menciumnya dengan kasar.
Lidah yang lincah membawa aroma maskulin kuat, menerobos celah rahang yang sedikit terbuka, menduduki setiap wilayah dengan dominan.
Telapak tangannya yang lebar dan hangat menempel erat di kulitnya, segera membuat seluruh tubuhnya terbakar
Lalu, Jiang Jun melepas tangan Gu Qingyou, membawanya ke ranjang sakin menciumnya semakin dalam...
Gu Qingyou menekan kedua tangannya di dada Jiang Jun, berusaha mendorongnya. Namun seiring dengan ciumannya yang semakin dalam, tangan perempuan itu perlahan kehilangan kekuatan penolakan dan melemah.
Meski Gu Qingyou tidak membalas ciuman Jiang Jun, hal itu sudah membuat pria itu puas. Saat mengakhiri ciuman panjang itu, ia masih menindih tubuhnya, tatapan mata dalamnya menancap tajam ke arahnya, berbisik rendah, "Penipu kecil, di relung hati kau sebenarnya tak tega, tapi masih berpura-pura bermurah hati."
Gu Qingyou menghindari tatapan Jiang Jun, menjawab datar, "Masalah ini sudah kita diskusikan. Aku tak ingin membahasnya lagi."
"Tak perlu didiskusikan lagi. Bagaimanapun juga sudah kusampaikan sikapku." Jiang Jun mengecup bibirnya yang sedikit bengkak, baru kemudian melepaskan diri dari tubuh perempuan itu.
Gu Qingyou tak ingin terus berdebat. Ia merapikan kerah piyama yang tergelincir ke lengan tadi, lalu duduk tegak dan bertanya serius, "Apakah Su Mo sudah sadar?"
Jiang Jun berjalan menuju lemari pakaian di kamar, mengeluarkan kemeja dan pakaiannya. Saat melepas jubah mandinya, barulah ia menjawab, "Dia baru saja siuman ketika aku pulang tadi... Aku akan ke rumah sakit lagi sekarang."
Gu Qingyou segera memalingkan pandangan, menghindari sorotan ke tubuh pria itu yang kekar dan berotot. Pipinya memerah. "Besok aku akan menjenguknya."
Setelah berpakaian rapi, Jiang Jun mengambil selimut yang diletakkan Gu Qingyou di meja samping ranjang, lalu meninggalkan kamar.
Gu Qingyou mengira Jiang Jun sudah pergi, seluruh tubuhnya kembali bersandar di tepi ranjang.
Tak disangka, belum dua menit Jiang Jun kembali ke kamar, kali ini membawa segelas air di tangannya.
Gu Qingyou sedikit terkejut.
Setelah meletakkan gelas di meja samping tempat tidur, Jiang Jun menatapnya. "Kau suka minum air di malam hari, besok akan kuperintah Ibu memasang dispenser di kamar."
Tiba-tiba mata Gu Qingyou terasa perih, ia tak menjawab.
Jiang Jun lalu menunduk, menempelkan ciuman di pipi Gu Qingyou sebelum berbalik meninggalkan kamar.
Gu Qingyou terduduk kaku di ranjang, menatap gelas penuh air itu, hatinya seakan ikut terisi penuh.
