BAB 138 PERTEMUAN KEBAETULAN
Gu Qingyou dua hari ini saat tidak bekerja, sangat memperhatikan berita Jiang Jun. Setelah mengetahui Jiang Jun hari ini telah tiba di London, Gu Qingyou sengaja meminta izin sakit pada pemilik toko Mo, sekaligus menyuruh Bibi Shu untuk meminta izin cuti dari kepala TK si kecil, memutuskan untuk sama sekali tidak menginjakkan kaki di pusat kota selama dua hari ini.
Siang yang tenang, di bawah bayangan pohon, Gu Qingyou dengan santai menangkupkan buku hukum profesional sambil membaca, sementara si kecil bermain-main dengan Klas di sampingnya.
Ayah Klas beberapa hari lalu mengajari si kecil cara mengoperasikan pesawat kontrol jarak jauh ini, dua hari terakhir si kecil sudah mahir memainkannya. Saat beradu keterampilan terbang dengan Klas, ternyata dia lebih jago daripada Klas.
Sesekali Gu Qingyou mengangkat pandangan melihat si kecil, yang terlihat selalu wajah polos si kecil dan Klas yang sedang tertawa riang.
Gu Qingyou merasa hidupnya sudah cukup...
Memiliki anak yang menggemaskan seperti ini, pekerjaan yang stabil, keluarga tiga generasi... Sekarang dia sangat puas dengan kehidupan nyaman yang ada di depan matanya.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi, Gu Qingyou menarik kembali pandangannya, dengan tenang mengambil ponsel.
Melihat nomor yang tertera di layar ponsel, Gu Qingyou sedikit terkejut, baru kemudian mengangkat telepon. "Halo..."
"Qingyou."
Sudah sekitar setengah tahun tidak mendengar suara Nyonya Jiang Dong, Gu Qingyou menyadari suara itu masih tetap begitu akrab. "Ibu."
"Aku sudah berusaha sangat keras untuk tidak meneleponmu, tapi aku sangat merindukan Mu Mu. Bolehkah ibu berbicara sebentar dengan Mu Mu?"
“Tentu saja, aku akan segera memanggil Mumu ke sini.”
“Baik.”
Gu Qingyou segera melepas ponsel, lalu berkata pada bocah kecil yang sedang asyik bermain, “Mumu, kemari, Nenek mau bicara lewat telepon denganmu.”
Bocah kecil itu awalnya tak mau menerima telepon, tapi setelah mendengar itu neneknya, segera mendaratkan pesawat kontrol jarak jauh ke lantai kayu lalu berlari mendekat.
Gu Qingyou mengusap keringat di dahi bocah itu hasil bermain, lalu menyerahkan ponselnya.
Bocah kecil itu memanggil dengan patuh, “Nenek.”
“Ya, Mumu...” Nyonya Jiang Dong penuh kasihan berkata, “Apa kau rindu nenek? Nenek sangat merindukanmu...”
“Aku rindu nenek.”
“Wah, Mumu anak baik... Mumu mau apa, makanan atau mainan? Bilang ke nenek, nanti nenek belikan, ya?”
“Nenek, aku tidak kekurangan makanan dan mainan. Mama sudah membelikanku... Apakah kesehatan nenek sudah lebih baik?”
“Kondisi nenek baik-baik saja, sayang. Kau tak perlu khawatir tentang nenek, mengerti?”
“Ya, nenek harus banyak makan wortel, jangan banyak coklat... Kata Mama begitu tubuh akan sehat.”
“Nenek sudah paham, sayang. Pergi mainlah... Serahkan ponselnya ke Mama.”
“Baik.”
Setelah menerima ponsel, Gu Qingyou tersenyum berkata, “Dua hari ini ia terus bermain pesawat kontrol jarak jauh, pikirannya selalu di sana. Jadi Ibu bisa mendengar kalau dia ingin segera kembali bermain ya?”
Biasanya ketika Nyonya Jiang Dong menelepon si kecil, mereka bisa mengobrol setidaknya satu dua jam, tapi hari ini hanya beberapa menit.
Nyonya Jiang Dong berkata dengan puas. "Mendengar dia memanggilku Nenek, dan peduli pada kesehatan tubuhku, apa lagi yang harus kukeluhkan? Cukup dengan mendengar tawa bahagianya..."
Gu Qingyou menggigit bibirnya perlahan.
Kerinduan tersirat dalam kata-kata Nyonya Jiang Dong terhadap si kecil, mana mungkin dia tak paham. Tapi... dia tak berani mengungkitnya, khawatir jika dibeberkan, Nyonya Jiang Dong akan langsung ingin bertemu si kecil.
Bukan berarti dia tak mau memperbolehkan Nyonya Jiang Dong bertemu anaknya. Hanya saja Jiang Jun terlalu tajam. Bisa menyembunyikannya selama tiga tahun lalu itu sudah mukjizat.
"Qingyou, kau sudah tahu urusan Jiang Jun di London kan?" Nyonya Jiang Dong tiba-tiba bertanya.
Gu Qingyou menyeka hidungnya, mengurangi rasa pedih, lalu menjawab dengan suara normal, "Ya."
"Kalau begitu..." Nyonya Jiang Dong langka terlihat ragu-ragu ingin bicara.
Gu Qingyou menyadari pertanyaan tadi bukan sekadar basa-basi. Ia menarik napas dalam, menenangkan aura tubuhnya sepenuhnya, lalu bertanya tegas, "Ibu ingin mengatakan sesuatu padaku?"
"Dua hari ini jika kau bekerja, jangan pergi ke pusat kota..."
"Aku..."
“Gu Qingyou ingin mengatakan bahwa dia sudah mengambil cuti, tapi Nyonya Jiang Dong tidak menunggu jawaban Gu Qingyou, langsung memuntahkan pertimbangan dalam hatinya, “Ibu tidak mau kau bertemu Jiang Jun, begitu... begitu Ibu merasa Keluarga Jiang semakin mengecewakanmu.”
“Mengapa Ibu berpikir seperti itu?” Gu Qingyou menyunggingkan senyum lega di wajah sedihnya sendiri. “Jalan ini kupilih sendiri, aku tidak pernah merasa siapa pun dari Keluarga Jiang mengecewakanku, apalagi aku selalu berterima kasih pada Ibu yang membantuku tiga tahun lalu... Aku tahu saat itu jika Ibu tidak benar-benar penuh kasihan, Ibu tidak akan mau melakukan ini.”
Nyonya Jiang Dong mendesah pelan, “Ibu hanya mendengar kabar, karena mengenai urusan Jun'er dan Su Mo, Ibu tidak pernah ikut campur... Kali ini Jun'er pergi ke Inggris untuk membahas akuisisi, katanya Su Mo yang menjadi perantaranya, jadi Jiang Jun pergi ke London bersama Su Mo...”
Sebenarnya saat Nyonya Jiang Dong tadi ragu-ragu ingin bicara, dia sudah menebaknya.
Namun, hatinya sama sekali tidak merasakan apa-apa, ini benar.
Bukan karena waktu yang sudah lama hingga benar-benar melepaskan orang itu, tapi selama beberapa tahun ini dia selalu sangat jelas, bahwa sekarang dia bersama Su Mo.
Karena mereka sudah bersama, tentu akan ada saat-saat intim bersama atau kontak dekat, apa lagi yang harus ditangisi? Apalagi hasil seperti ini adalah yang diharapkannya, asalkan dia hidup bahagia.
Gu Qingyou tidak menjelaskan terlalu banyak kepada Nyonya Jiang Dong. Dia merasa semakin banyak penjelasan, justru akan membuat sang kakek semakin khawatir padanya. Dia pun hanya menjawab sesuai ucapan Nyonya Jiang Dong, "Ibu, hari ini aku sudah izin kerja, aku di rumah saja..."
"Baguslah." Nyonya Jiang Dong menghela napas lega, namun mendesah, "Belakangan ini aku sering teringat saat kau masih di rumah. Dulu setiap hari rumah ini selalu panas, sekarang jadi sepiiiii... Rumah tidak lagi seperti rumah..."
Mata jernih Gu Qingyou berkedip samar. Memandang Mumu, dia berkata tenang, "Ibu, aku pasti akan mencari kesempatan agar ibu bisa bertemu Mumu. Hanya saja kesempatan seperti itu belum datang. Tapi aku janji pasti akan mewujudkannya."
Kali ini Jiang Jun datang ke London. Tiba-tiba terpikir olehnya, mungkin di lain waktu dia bisa memanfaatkan masa tugas Jiang Jun untuk membawa Mumu pulang ke negeri...
Benar, ini kesempatan baik. Asal rencana perjalanannya dirahasiakan.
"Benarkah?" Nyonya Jiang Dong berseri-seri, "Kau benar-benar akan membawa Mumu menjengukku?"
Mengingat kondisi kesehatan Nyonya Jiang Dong yang kurang baik, jika bepergian ke luar negeri pasti Jiang Jun akan mengirim pengawal. Karena itu Nyonya Jiang Dong tak pernah berani ke London melihat cucu...
"Tentu saja..." Suara Gu Qingyou penuh kesungguhan, "Aku berjanji pada ibu, pasti akan segera terwujud."
……
Gu Qingyou mengurung diri di rumah selama dua hari. Benar saja situasi tetap tenang. Khawatir Jiang Jun belum pulang, dia memperpanjang masa izinnya dua hari lagi. Setelah memperkirakan Jiang Jun pasti sudah tidak di London, barulah Gu Qingyou mengakhiri cuti dan kembali bekerja seperti biasa.
Karena beberapa hari tidak bekerja, beberapa kasus tertunda. Dua hari ini Gu Qingyou sibuk menghadiri persidangan.
Malam ini hingga pukul enam sore sebuah persidangan baru berakhir. Saat berakhir, dia merasa sudah kelelahan total. Untungnya dia memenangkan kasus ini.
Yaitu kasus Bess, dia berhasil membeli hak asuh anak untuk Bess.
Jadi meskipun lelah, saat memikirkan anak bisa bersama ibu yang lembut daripada ayah pemabuk, hati Gu Qingyou merasa sangat puas.
Saat ini dia belum bisa disebut pengacara sejati, hanya seseorang dengan sertifikat praktisi hukum. Tapi dia sudah punya rencana jangka panjang di jalur ini, karena perasaan menegakkan keadilan terlalu memuaskan.
Tapi menegakkan keadilan harus membayar harga. Seperti kondisinya sekarang, setelah seharian sidang kakinya mau patah. Parahnya jam makan malam adalah waktu tersulit cari taksi. Sudah lama menunggu, tapi tak satu mobil pun berhenti di pinggir jalan.
Gu Qingyou yang benar-benar lelah pun berjongkok di tepi jalan.
Namun dia tidak menyadari sorot lampar mobil mengarah padanya. Saat menyadari cahaya menyilaukan, sebuah mobil bisnis hitam sudah berhenti di depannya.
Awalnya Gu Qingyou mengira ini penumpang yang mau turun. Sampai melihat orang yang turun dari kursi pengemudi, seluruh tubuhnya membeku.
Ya...
"Orang yang turun dari mobil adalah Ye Shuo, sementara kaca jendela belakang yang gelap samar-samar memperlihatkan siluet seseorang di dalamnya - siluet yang sangat familiar bagi Gu Qingyou."
Gu Qingyou baru bisa berdiri tegak setelah lama, wajahnya sedikit pucat, masih tak percaya.
Ye Shuo berkata dengan hormat, "Nyonya, kebetulan kami melewati sini dan langsung mengenali Anda... Direktur Jiang ada di mobil, silakan naik."
"Nyonya"...
Gelar itu terasa begitu asing hingga Gu Qingyou hampir melupakannya.
"Graaah! Saya sedang buru-buru ke pengadilan untuk mengambil beberapa dokumen, mungkin... lain kali saja." Gu Qingyou berusaha tenang sambil tersenyum.
"Ambil data di pengadilan?" Ye Shuo melirik ke belakang Gu Qingyou, berbicara perlahan, "Bukankah pengadilan ada tepat di belakang Nyonya?"
Gu Qingyou, "..."
Sialan, dalam paniknya dia sampai lupa baru saja keluar dari pengadilan.
"Bukan pengadilan ini, saya harus ke pengadilan lain." Gu Qingyou sendiri kagum dengan ketajaman responsnya saat ini.
Ye Shuo melihat arus mobil di kedua sisi, menambahkan, "Sulit mencari taksi di jam seperti ini, ijinkan kami mengantarkan Nyonya."
Tuhan benar-benar penyelamatnya. Persis ketika dia bingung bagaimana menolak, sebuah taksi muncul dalam pandangan Gu Qingyou yang langsung disambutnya dengan gelombang tangan gembira.
Tanpa menunda lebih lama, Gu Qingyou meminta maaf pada Ye Shuo, "Tolong sampaikan pada bosmu, lain kali kita lanjutkan obrolannya. Saya benar-benar harus buru-buru ambil dokumen di pengadilan..."
Namun, tak seorang pun menyangka, saat itu, jendela mobil bisnis di kursi belakang perlahan diturunkan, sebuah tatapan dalam tertuju ke arahnya.
Saat Gu Qingyou hendak melangkah menuju taksi, suara tenangnya yang datar terdengar, "Naiklah... Sudah bertahun-tahun tak bertemu, tak pantas kita berpisah terburu-buru."
Ketika suara familiar itu menyelinap ke telinga Gu Qingyou, saat sorot mata sampingnya bertemu dengan tatapannya yang khas, otaknya langsung blank, menjadi kosong sama sekali.
