Bab 166: Perpisahan singkat membuat pernikahan lebih manis
Gu Qingyou sempat terkejut. Ditambah ini terjadi di depan anak mereka—meski si bocah tertidur—secara insting dia melawan dada Jiang Jun, napasnya semakin tak beraturan.
Tapi dia tak bisa membiarkan situasi ini tak terkendali. Bagaimanapun ini adalah kamar Pasangan Direktur Jiang. Benar, sejak kunjungannya ke Inggris, Pasangan Direktur Jiang sengaja mengambil alih tugas menidurkan si bocah—tujuannya agar dia dan Jiang Jun bisa berduaan di malam hari.
Namun semakin Gu Qingyou bergulat, semakin erat Jiang Jun memeluknya. Mungkin karena tanpa sengaja Gu Qingyou menyentuh bahu Jiang Jun yang terluka, akhirnya Jiang Jun melepaskannya.
Gu Qingyou terengah-engah, sementara Jiang Jun mundur selangkah, juga menarik napas berat dengan gemuruh rendah.
Mengangkat pandangan, Gu Qingyou melihat di mata Jiang Jun penuh dengan tergoda dan kekacauan perasaan.
Memang, dia dan Jiang Jun baru berpisah lima hari, dirinya sendiri merasa sudah lama, apalagi Jiang Jun sebelumnya terluka, jadi mereka sama sekali belum...
Saat Gu Qingyou sedang memikirkan masalah ini, Jiang Jun tiba-tiba sudah menggenggam pergelangan tangannya, dengan satu tarikan kuat, Gu Qingyou sudah terjatuh ke pangkuannya.
"Jiang Jun..." Gu Qingyou mendorongnya keras. "Ini kamar Ayah Ibu, mereka bisa masuk kapan saja..."
Baru saat ini, Jiang Jun perlahan melepaskannya, untungnya si kecil masih tidur, Pasangan Direktur Jiang juga belum datang ke kamar.
"Kenapa kau kembali sore ini?" tanyanya.
Jiang Jun menjawab, "Awalnya mau menjemputmu dan Bibi Shu di bandara, tapi ada masalah tender proyek di Kota H yang harus segera diselesaikan, jadi baru bisa pulang sekarang."
Makna tersiratnya, dia sudah lama ingin pulang, jika bukan karena urusan bisnis yang menunda, pasti akan lebih cepat kembali.
Di hati Gu Qingyou terasa sedikit manis.
Saat itulah, dia baru menyadari Jiang Jun sudah merangkul bahunya meninggalkan kamar, menuju kamar mereka.
Tujuannya sangat jelas.
Begitu masuk kamar dan mengunci pintu, Jiang Jun langsung menciumnya. Meski hatinya tidak ingin menolak, tapi mengingat lukanya di bahu belum sembuh, dengan susah payah dia menjaga sedikit logika, menekan tangan yang menyusup ke dalam bajunya, "Lukamu belum pulih..."
Sebenarnya dirinya sendiri juga agak lelah.
Selama belasan jam di pesawat, karena khawatir Bibi Shu tidak enak badan, dia sama sekali tak menutup mata. Saat ini yang paling diinginkannya hanyalah tidur sejenak.
Jiang Jun tetap bertindak semaunya. "Asal kau tak mencengkeramku terlalu erat..."
Begitu kata-katanya keluar, seketika seluruh wajah Gu Qingyou memerah.
Berikutnya adalah masa-masa yang mesra.
……
Gu Qingyou benar-benar sangat lelah, namun saat Jiang Jun bangkit, dia masih dalam kondisi bingung tersadar.
Melihatnya membuka mata dengan tatapan mengantuk yang kabur, Jiang Jun tak tahan menunduk mencium mulut kecilnya. "Sayang, lanjutkan tidurmu. Aku ada urusan sore ini, malam akan berusaha kembali sebelum makan malam..."
Menyembul kepuasan dari dalam mata hitam Jiang Jun, pipi Gu Qingyou memerah. Kemudian melihat perban di bahunya yang mulai longgar, dia segera merangkul selimut dan bangkit duduk.
Jiang Jun memeluknya, menggoda. "Ada apa? Tak rela aku pergi?"
Gu Qingyou mencengkeram lengan Jiang Jun kuat-kuat. "Perban di bahumu longgar..."
Jiang Jun melirik bahunya, lalu patuh membiarkannya membalut kembali perban itu.
Selama proses membalut, Gu Qingyou melihat lukanya masih sangat dalam, bahkan keropeng pun belum terbentuk. Dia tak bisa menahan kekesalan. "Kau benar-benar mengorbankan nyawa demi nafsu!"
"Bukankah di Tiongkok kuno ada pepatah? Mati di bawah peoni, jadi hantu pun tetap gagah." Begitu jawab Jiang Jun.
“Gu Qingyou meliriknya dengan kesal. "Kau sekolah di New York sejak kecil, mungkin tak tahu kalau kalimat ini bermakna negatif, ya?"”
“Jiang Jun tertawa.”
“Gu Qingyou terus membalut luka Jiang Jun dengan hati-hati, kali ini menasihati dengan serius, "Benar-benar jangan lagi belakangan ini... Kalau lukanya sampai sobek lagi, sepertinya butuh waktu lama untuk sembuh."”
“Setelah Gu Qingyou selesai merawat lukanya, Jiang Jun langsung memeluknya beserta selimut ke pangkuannya.”
“Gu Qingyou bersandar muram di dada Jiang Jun, menikmati aura harumnya yang membungkus dirinya. "Bukannya kau buru-buru ke perusahaan?" tanyanya.”
“"Akan menemanimu sebentar lagi."”
“"Tapi aku sangat mengantuk, sekarang cuma ingin tidur, tak mau mengobrol..."”
“"Wanita yang benar-benar tak paham perasaan..." Setelah berkata demikian, tak tahan lagi menciumnya, barulah Jiang Jun menidurkannya kembali di ranjang.”
“Gu Qingyou memandanginya dengan sikap tak tahu malu, sama sekali tak ada rasa malu seperti dulu, menyaksikan Jiang Jun berpakaian.”
“Dia jarang melihat Jiang Jun berolahraga, tapi postur tubuhnya tetap terjaga, jelas masih rutin berlatih.”
“Dia tak suka pria berotot berlebihan yang terlihat menyeramkan, tubuh Jiang Jun yang ramping namun kekar ini justru sempurna.”
“Baru setelah Jiang Jun pergi, Gu Qingyou mengalihkan pandangannya ke langit-langit.”
“Dia sangat mengantuk, tapi tetap tak bisa tidur.”
"Dia dan Jiang Jun sama sekali tidak membahas masalah Su Mo tadi, ini menunjukkan mereka telah mencapai kesepahaman, urusan ini tak akan muncul dalam diskusi mereka."
"Tapi..."
"Apa yang tersimpan di relung hati Jiang Jun?"
"Lagi pula, apakah Jiang Jun benar-benar akan pasrah melihat Su Mo keluar dari kehidupannya?"
……
Gu Qingyou langsung tertidur pulas hingga senja.
Mengingat Jiang Jun sempat pulang sore ini, pastinya Pasangan Direktur Jiang sudah mengetahuinya. Saat turun tangga menghadapi mereka, Gu Qingyou diliputi kemalangan.
Untunglah si bocah langsung berlari dan memeluknya begitu melihatnya.
"Mama..."
Suara manis si bocah melembutkan seluruh butir hati dalam dadanya.
Menggendong si bocah, ia menggosok hidung kecil itu penuh kasihan. "Rindu Mama?"
Si bocah mengangguk kuat. "Rindu banget, tiap malam selalu rindu."
Gu Qingyou teringat saat Jiang Jun kembali dari rumah sakit bertanya apakah si bocah merindukannya, jawaban polos "Rindu" itu membuat hatinya lega.
Tiga tahun merawat si kecil tak sia-sia.
Tak tahan ia mencium pipi mungil itu. "Mama juga sangat merindukanmu."
"Mama, sudahkah Mama menjemput ibu mertua?" tiba-tiba si bocah bertanya serius.
"Ibu mertua sekarang di rumah tempat Mama dan beliau dulu tinggal. Besok Mama akan mengajakmu menjenguknya."
Si bocah mengangguk keras, "Aku sangat rindu ibu mertua..."
Saat itu, Nyonya Jiang Dong tersenyum penuh kasih, "Qingyou, besok Ayah dan aku akan menjenguk Bibi Shu juga... Meski bukan ibu kandungmu, dia memberimu kasih sayang yang tak diberikan ibu kandungmu. Kita harus menjenguknya."
Gu Qingyou mengangguk, "Baik."
Ponsel tiba-tiba berdering di saat ini.
Si kecil berbisik lembut, "Mama, ponselmu berbunyi..."
Gu Qingyou mengusap kepala anaknya, lalu menyerahkannya ke Nyonya Jiang Dong.
Nyonya Jiang Dong menggendong cucunya, lalu pergi ke samping untuk menemani sang cucu bermain.
Gu Qingyou melihat nomor telepon Jiang Jun di layar ponsel, dengan senyuman puas di wajahnya, menekan tombol penerimaan, "... Ada apa?"
Dia mengakui, nada suaranya saat ini sudah agak manja karena dimanja.
"Kita makan di luar. Aku sudah di jalan."
"Ah?" Gu Qingyou membeku. "Kenapa tiba-tiba makan di luar?"
"Nanti akan kuceritakan saat makan."
"Baiklah!"
……
Kali ini Jiang Jun tidak menyuruh Ye Shuo menjemputnya, melainkan Jiang Jun sendiri yang menyetir mobil datang menjemput.
Mobil Jiang Jun seperti karakternya - tidak mewah, semuanya mobil tipe rendah hati dan tenang.
Jiang Jun bertanya sambil lalu, "Kau sepertinya tidak punya syarat khusus untuk mobil."
Jiang Jun menatap jalan di depan, menjawab, "Penampilan fisik sudah cukup menyita perhatian, masih mau hidup tak tenang dengan mengendarai mobil yang terlalu mencolok?"
Gu Qingyou tidak tahan tersenyum.
Banyak orang yang arogan, tetapi seperti dirinya yang bahkan arogan akan penampilannya sendiri, mungkin hanya sedikit di dunia ini.
Melihatnya tersenyum, Jiang Jun segera mengulurkan tangan dan menggenggam tangannya.
Gu Qingyou menyilangkan jari telunjuk dengannya, bertanya dengan lembut, "Kau belum memberitahuku, kenapa hari ini harus makan di luar..."
Jiang Jun berkata dengan manja, "Bukankah sudah kukatakan akan menjelaskannya saat makan?"
"Apakah kau sedang mempersiapkan kejutan untukku?"
"Ya, Nyonya."
……
Gu Qingyou yang fokus pada rencana makan bersama Jiang Jun, saat memasuki toko dengan papan nama berbahasa Inggris murni, mengira ini hanya restoran. Namun setelah mengikuti langkah Jiang Jun ke lantai dua, barulah ia sadar ini ternyata butik gaun pengantin.
Ketika melihat beberapa set gaun pengantin yang indah sempurna di dalam toko, seluruh tubuhnya membeku. "Ini..."
Jiang Jun melihat cahaya magis di matanya yang terpana oleh pemandangan estetis ini, dengan santai memasukkan kedua tangan ke saku celana, berkata tegas: "Semua gaun ini kupilih berdasarkan tatapanku untukmu. Kau bisa pilih beberapa untuk dipakai saat pernikahan, atau ambil semuanya... Terserah keinginanmu."
Gu Qingyou terdiam sejenak, baru kemudian mendekati salah satu gaun.
Ia mengangkat tangan, perlahan membelai lembut cadar putih dengan tekstur halus itu.
Manajer berkata, "Nona Gu, semua gaun pengantin ini dirancang khusus di Paris atas permintaan Direktur Jiang, baru hari ini dikirim via udara ke toko. Setiap set bernilai di atas 1.000.000..."
Seperti biasa, saat ini Gu Qingyou pasti akan mencela Jiang Jun sudah gila.
Meski membelikan gaun pengantin untuknya, satu set saja sudah cukup. Tapi ia malah membeli belasan set. Ini benar-benar...
Namun, gaun-gaun ini terlalu estetis, membuat Gu Qingyou enggan mengucapkan kata-kata yang merusak momen indah ini.
Jiang Jun berkata, "Kau ganti satu per satu, aku akan jadi penasihatmu."
Gu Qingyou terkejut, "Satu per satu?"
Di sini ada belasan set! Jika harus mengganti semuanya, berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Jiang Jun memeluknya dari belakang. Di hadapan manajer, ia tak menyembunyikan kasih sayangnya. Mencium telinganya, suara magnetic yang merdu berbisik, "Berapa pun lamanya, aku akan menantimu."
Entah mengapa, kalimat ini terdengar lebih dalam di telinga Gu Qingyou, seolah memiliki makna tersirat.
Berapa pun lamanya, ia akan menantinya...
Apakah maksudnya ia akan selalu menemani selamanya?
Dada Gu Qingyou kembali dipenuhi kehangatan. Tanpa sungkan, ia merangkul leher Jiang Jun...
