Bab 174 Pemakaman
Saat ini, Nyonya Jiang Dong tak tahu kata-kata apa lagi yang bisa menghibur Gu Qingyou.
Memandangi Gu Qingyou membereskan pakaian dalam diam, sampai koper siap dirapikan, Nyonya Jiang Dong baru bersuara, "Kau benar-benar memutuskan pergi ke Kota N?"
Gu Qingyou mengangguk tenang. "Beberapa hari ini tolong Ayah dan Mama merawat Mumu..."
"Qingyou, lebih baik jangan pergi..." Nyonya Jiang Dong tiba-tiba memegang gagang koper. "Mama tidak mau kau ke Kota N... Urusan Su Mo tidak ada hubungannya denganmu."
Gu Qingyou mengangkat pandangan, menatap wajah penuh kasih Nyonya Jiang Dong. "Aku tidak berniat mengambil alih tanggung jawab Su Mo ke pundakku sendiri. Aku sangat paham ini adalah keputusan Su Mo sendiri. Aku hanya akan pergi ke Kota N untuk menemui Jiang Jun dan membicarakan urusan antara kami."
Nyonya Jiang Dong mengungkapkan pertimbangannya, "Bagaimanapun juga, seperti kata ayahmu, kau harus memikirkan Mumu..."
Gu Qingyou dengan lembut menyentuh bahu Nyonya Jiang Dong. "Jangan khawatir, aku dan Jiang Jun adalah orang-orang rasional. Kita tahu cara mengambil keputusan yang paling tepat."
Nyonya Jiang Dong menggelengkan kepala dengan sedih. "Andai Mama tahu situasi akan seperti ini, Mama lebih memilihmu dan Mumu tetap di London..."
Gu Qingyou tersenyum tenang, "Setiap langkah yang kita ambil dalam hidup ini adalah takdir yang telah diatur. Bahkan jika Mama tidak menahanku, bila takdir memang menghendaki aku dan Jiang Jun terikat, hasil akhirnya tetap akan seperti ini."
Senyuman kokoh dan jernih di wajah Gu Qingyou membuat relung hati Nyonya Jiang Dong dipenuhi rasa iba yang tak terkira. "Jika Jun'er tidak tahu menghargaimu, ini akan menjadi penyesalan terbesar seumur hidupnya..."
Gu Qingyou tetap tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari bahu Nyonya Jiang Dong. Ia menarik koper dan bersiap keluar.
"Mama——"
Suara ceria nan bersemangat tiba-tiba terdengar memecah kesunyian.
Melihat si kecil yang digendong Direktur Jiang, Gu Qingyou tersenyum penuh kasih. "Mumu sudah bermain dengan Kakek?"
"Ya."
Si kecil mengulurkan tangan meminta digendong Gu Qingyou.
Gu Qingyou menggelengkan kepala pasrah, namun tetap mengangkat si kecil dari pangkuan Direktur Jiang sambil berkata serius, "Mumu sudah besar, tidak boleh minta digendong terus. Kamu harus belajar banyak berjalan."
"Tapi kalau aku naik tangga sendiri, bisa jatuh. Kalau aku jatuh, Kakek, Nenek, Ayah, Mama... pasti tersayat hati!"
Gu Qingyou, "..."
Si kecil berseri-seri melanjutkan, "Mama, tadi di taman aku lihat ada kucing kecil. Boleh aku pelihara?"
Senyuman cemerlang sang anak tiba-tiba membuat hidung Gu Qingyou terasa pedih.
Jika dia dan Jiang Jun berpisah, akankah senyum polos ini masih menghiasi wajah buah hati mereka di masa depan?
"Kalau kamu mau pelihara, Mama izinkan. Tapi merawat kucing butuh usaha besar... Saat dia kedinginan, kamu harus menghangatkannya. Saat kepanasan, beri minum. Kalau kesepian, temani bermain..." Gu Qingyou menjelaskan dengan sabar.
"Mama, aku mengerti... Merawat kucing kecil seperti Ayah Mama merawatku. Aku akan jaga baik-baik." Jawab si kecil.
Gu Qingyou mengangguk. "Mumu hebat!"
“Benar, kucing kecil harus dirawat seseorang untuk bisa tumbuh, sama seperti Mumu, harus ada Ayah Mama yang merawat agar bisa berkembang subur.” Nyonya Jiang Dong menyela di saat ini.
Kalimat Nyonya Jiang Dong ini jelas ditujukan untuk Gu Qingyou.
Wajah Gu Qingyou tetap tenang, tersenyum dan berkata, "Iya, Ayah Mama akan merawat Mumu sampai tumbuh subur."
Si kecil memiringkan kepala, bertanya serius, "Mama, apa artinya berkembang subur?"
Direktur Jiang menjelaskan menggantikan Gu Qingyou, "Arti berkembang subur adalah Mumu sekarang seperti pohon kecil yang rentan, kita semua harus merawatnya dengan baik agar nanti Mumu bisa menjadi pohon besar."
"Oh," si kecil mengangguk setengah paham.
Ucapan Direktur Jiang ini jelas bermaksud sama dengan Nyonya Jiang Dong. Gu Qingyou terus tersenyum lembut, tatapan penuh kasih dan manja tertuju pada wajah mungil si kecil.
"Mama akan pergi beberapa hari, dengarkan baik-baik kata Nenek Kakek ya!" Ia berpesan lembut.
Si kecil mengangguk patuh, "Kakek sudah bilang, Mama mau ke tempat Ayah, beberapa hari lagi Ayah Mama pasti pulang..."
Tiba-tiba matanya perih. "Ya, Mumu sayang, Ayah Mama akan segera kembali." Sambil berkata, Gu Qingyou mencium pipi mungil si kecil.
“Ya.”
Si kecil patuh, meluncur turun dari tubuh Gu Qingyou. "Mama, aku temani Mama keluar, lihat Mama naik mobil..."
Gu Qingyou mengusap kepala mungilnya, "Baik."
……
Di dalam mobil, mata Gu Qingyou tak kuasa memerah.
Anaknya begitu polos dan menggemaskan...
Bagaimana mungkin ia bisa memberikan keluarga hangat agar si kecil tumbuh bahagia tanpa beban?
"Nyonya Muda, Direktur Sheng di depan." Paman Ying tiba-tiba berkata.
Gu Qingyou tersentak dari lamunannya, mengangkat pandangan melihat mobil Sheng Jingchuan menghalangi jalan mereka.
Mobil-mobil di sekitar tetap melaju di jalurnya, membuat Paman Ying tak bisa menghindar dan terpaksa menghentikan mobil pelan-pelan.
Tatapan Gu Qingyou dan Sheng Jingchuan bertemu melalui kaca depan mobil. Tiba-tiba, Sheng Jingchuan turun dari mobilnya.
Keberadaan mobil mereka yang berhenti di tengah jalan ramai seketika menarik perhatian pengendara lain.
Gu Qingyou turun sambil masih mengenakan kacamata hitam.
Selain menghindari perhatian, kacamata itu juga menutupi bola matanya yang bengkak kemerahan.
Namun Sheng Jingchuan langsung menangkap kilau merah di balik lensa hitam itu. Suaranya parau, "Jiang Jun menyalahkanmu?"
Gu Qingyou menatapnya, "Kau sudah tahu?"
"Que Yan yang memberitahuku."
Sedikit kepedihan melintas di dalam mata Gu Qingyou.
“Sheng Jingchuan merangkul erat bahu kurus Gu Qingyou, bertanya dengan tegas, "Beritahu aku, apakah Jiang Jun menyalahkanmu?"”
“Tidak sama sekali.”
“Tidak ada yang menyalahkan atau kau sedang melindunginya?” Sorot mata Sheng Jingchuan memancarkan kemarahan yang intens.
Gu Qingyou menjawab tenang, “Benar-benar tidak ada.”
“Lalu kenapa kau menangis?” Mata Sheng Jingchuan dipenuhi rasa kasihan. “Kau jarang menangis, bahkan saat melahirkan tiga tahun lalu kau juga tidak menangis...”
“Tangisanku bukan karena Jiang Jun, tapi karena aku menyesali kematian Su Mo.” Gu Qingyou menjawab jujur.
Tubuh Sheng Jingchuan bergetar kaget. “Jika Jiang Jun perlu penjelasan, aku bisa memberikannya.” Suaranya dingin mengeras.
Gu Qingyou menggeleng, “Kematian Su Mo tidak bisa sepenuhnya lepas dari kita, tapi akar masalahnya adalah gangguan psikologisnya sendiri... Selain itu, aku yakin Jiang Jun tidak akan menyalahkan Kak Sheng.”
“Tak peduli pemikiran Jiang Jun, tak ada satupun yang kurelakan untukmu.” Sheng Jingchuan berucap tulus.
Gu Qingyou perlahan menundukkan pandangan, “Kak Sheng, aku tidak layak...”
“Kelayakan itu ku yang tentukan.” Sheng Jingchuan memotong tegas ucapan Gu Qingyou. “Aku tahu kau akan ke Kota N, aku temani.”
Gu Qingyou mengangkat pandangan, mata tajam di balik kacamata hitam. “Tak perlu... Aku bisa menanganinya sendiri.”
Sheng Jingchuan menatapnya dalam-dalam, suara serak berdebu, “Aku tak ingin kau terluka...”
Gu Qingyou tersenyum cerah. "Tidak mungkin, Jiang Jun tak akan menyakitiku... Ia tak pernah menyakitiku."
"Qingyou..."
Gu Qingyou perlahan melepaskan tangan Sheng Jingchuan dari bahunya. "Semakin banyak orang di sekitar, aku tak ingin menarik perhatian... Kak Sheng, jika kau belum kembali ke Prancis, tolong terus jaga Bibi Shu. Belakangan Yaru sedang peragaan busana di kota lain."
Setelah berkata demikian, Gu Qingyou berbalik dengan senyuman dan naik ke mobil.
Sheng Jingchuan memandang bayangan tubuhnya yang ramping, lama setelah itu baru kembali ke mobilnya.
……
Pesawat pribadi Jiang Jun hanya perlu empat jam ke Kota N, namun Gu Qingyou baru tiba enam jam kemudian.
Waktu menunjukkan pukul empat hingga lima sore, sementara Kota N seolah menyelaraskan kesedihan hatinya, tiba-tiba diguyur hujan deras.
Gu Qingyou menginap di sebuah hotel. Di dalam kamar hotel, ia segera menelepon Que Yan.
Dari Que Yan, Gu Qingyou mengetahui pemakaman Su Mo akan digelar besok, namun semua persiapan ditangani Ye Shuo. Jiang Jun yang telah tiba di Kota N seharian ini tak terlihat.
Usai menutup telepon, Gu Qingyou membaringkan diri di sofa kamar, lama terperangkap dalam pikiran sendiri.
Ia tahu pasti saat ini Jiang Jun sedang di kamar hotelnya...
Lagipula, yang paling ia butuhkan sekarang adalah kebebasan dari pengawasan.
Karenanya, ia tak berencana menemuinya malam ini, tapi akan mengunjungi Su Mo di pemakaman besok.
Setelah pemakaman Su Mo selesai, jika ia bersedia berbicara dengannya, dia akan berbicara. Jika tidak, dia akan menunggunya di sini.
Sebelum kembali ke Kota N, harus ada hasil yang jelas di antara mereka.
Dia tidak ingin saat kembali, Mumu melihat orang tua yang bertengkar. Meski hanya berpura-pura rukun, mereka harus tetap mempertahankan untuk sementara...
……
Gu Qingyou tidak tidur semalaman.
Pukul 10 pagi, Gu Qingyou mengganti pakaian hitam dan pergi ke pemakaman yang diberitahukan Que Yan kemarin.
Saat Gu Qingyou tiba, pembawa acara sudah membacakan kata-kata duka.
Hujan hari ini sangat deras. Cui Hao memayungi Jiang Jun yang berdiri kaku di depan nisan dengan setelan jas hitam, bagai patung yang sunyi.
Que Yan memeluk Huo Yutong yang terisak-isak, wajahnya juga dipenuhi kepedihan.
Gu Qingyou menatap bayangan tubuh Jiang Jun dalam diam. Matanya tidak bengkak meski semalaman tak tidur, hanya ada lingkaran hitam di mata.
Setelah menarik napas dalam, Gu Qingyou membawa payung dan seikat bunga, mendekat.
Ini adalah pemakaman yang sunyi dan elegan. Tanpa nisan, tempat ini bisa disangka taman yang indah.
Gu Qingyou membayangkan ketenangan dan kedamaian yang didapat Su Mo di sini. Dia yakin Su Mo akan beristirahat dengan tenang.
Huo Yutong melihat kemunculan Gu Qingyou, tangisannya langsung terhenti. "Gu Qingyou, kau masih berani datang... Apa hakmu melihat Su Mo? Gu Qingyou..."
Huo Yutong hendak menerjang, namun seluruh tubuhnya ditahan oleh Que Yan.
