Bab 194 Semua yang Kupunyai adalah Milikmu
Qingyou memalingkan wajah dari tatapan membara Jiang Jun.
Meski ingin mencairkan hubungan, bayangan Su Mo tetap seperti merinding di relung hatinya.
Hubungan mereka takkan kembali ke akting tiga tahun lalu. Baru setelah Su Mo mati, Qingyou sadar: cintanya takkan pernah terbalas.
Hatinya dipenuhi kekecewaan dan kepedihan.
Hatinya remuk redam hingga terasa sunyi senyap di relung kalbu.
Mungkin seiring berjalannya waktu, perasaan seperti ini akan membaik perlahan, tetapi saat ini dia masih belum bisa bertatapan dengan Jiang Jun tanpa rasa canggung.
Dari perubahan ekspresi halus di wajah Gu Qingyou, Jiang Jun jelas membaca kondisi psikologisnya. Dia sedikit meredakan intensitas tatapan membara di matanya, lalu perlahan melepaskan pelukan dari bahu perempuan itu.
Baru sekarang Gu Qingyou merasa sedikit nyaman, namun matanya masih menunduk tanpa berani menatap Jiang Jun. "Bukankah Ye Shuo bilang kau masih perlu dua puluh menit lagi untuk menyelesaikan rapat?" Untuk menghindari keheningan yang canggung, dia mengajukan pertanyaan basa-basi.
Dengan suara lembut Jiang Jun menjawab, "Ketika kau tiba, Ye Shuo sudah memberi tahu Eileen. Aku tidak ingin membuatmu menunggu, jadi rapat dipercepat." Lagipula sebagai pemilik toko, tak ada yang berani menyatakan keberatan.
Gu Qingyou terkejut.
Dalam ingatannya, Jiang Jun selalu mengutamakan pekerjaan. Melakukan tindakan seperti mengakhiri rapat lebih cepat demi seseorang atau suatu hal, sama sekali bukan kebiasaannya.
Jiang Jun memeluk bahu Gu Qingyou mengarahkannya ke sofa di kantor.
Gu Qingyou mengikuti langkah itu, merasakan pelukan di bahunya yang dilakukan dengan sangat halus, seolah Jiang Jun berusaha menghilangkan segala ketidaknyamanannya.
Di kedalaman hati, Gu Qingyou merasakan kepedihan.
Dia tidak ingin hubungan dengan Jiang Jun berkembang hingga ke titik ini, namun memang masih membutuhkan waktu untuk menenangkan gejolak dalam hatinya.
Mereka pun duduk berdampingan di sofa tersebut.
Jiang Jun melepas tangan dari bahunya, memperhatikan dia memegang buku tentang hukum dan politik. Ia menyandar ke sofa, menatap wajah mungilnya yang kaku dengan tatapan santai. "Di rumah juga ada buku terkait hukum, kau berencana mengambil lisensi pengacara dalam waktu dekat?"
Membahas hal di luar perasaan, tubuh Gu Qingyou mulai rileks. "Bukan ujian, hanya persiapan. Karena sekarang untuk mendapat lisensi harus membuka firma hukum sendiri. Aku ada rencana membuka kantor nanti."
Ekspresi Jiang Jun tetap netral. "Lakukan saja selama kau suka."
Gu Qingyou mengangguk. "Tapi biaya awal membuka firma hukum sangat besar. Nanti mungkin aku perlu pinjam uang darimu."
"Pinjam uang?" Alis Jiang Jun berkerut pura-pura kesal, namun tatapannya tetap lembut. "Antara suami-istri perlu pakai kata 'pinjam'?"
Gu Qingyou tertegun.
Ucapan tanpa sengaja telah membocorkan hatinya yang belum lega.
Dengan senyum manis, bulu matanya menunduk. "Aku masih belum terbiasa dengan status baru... Tapi uangnya takkan kukembalikan."
Suaranya tiba-tiba bernada jenaka, mencerminkan harapannya agar hubungan mereka bisa pulih seperti dulu, dengan hati yang perlahan sembuh.
Jiang Jun melihat dia memaksakan senyum tipis di wajahnya. Tampak jelas di matanya masih ada harapan akan hubungan baik di antara mereka. Mengetahui dia sudah bersedia mengambil inisiatif seperti ini, itu sudah sangat sulit baginya. Dengan penuh kasihan, ia ingin mengulurkan tangan untuk merangkulnya. Namun tangan yang bertumpu di ujung sofa akhirnya tetap tak bergerak.
Dia terlalu hati-hati dan sensitif. Ia tak boleh terburu-buru. Selama hati wanita kecil ini masih padanya, dengan ketulusan dan kesabaran, pada akhirnya dia pasti akan memaafkannya.
Hanya masalah waktu saja.
Namun tiba-tiba ia bisa merasakan kepedihan yang dulu dia alami saat menanti tanpa harapan.
Saat ini mungkin ia hanya perlu menunggu 10 hari, dua minggu, atau setahun setengah. Tapi dulu dia sama sekali tak tahu berapa lama harus menunggu. Padahal 10 hari atau dua minggu saja sudah tak tertahankan baginya, sementara dia pernah berniat menunggu seumur hidup.
Mengapa ia tak bisa melihat perasaannya sendiri terhadapnya tiga tahun lalu, justru baru menyadari setelah dia pergi?
Tapi Tuhan masih berbaik hati. Andai tiga tahun lalu ia sudah paham perasaannya, mungkin ia tak akan menyadari keberadaan Gu Xinmei. Maka saat Gu Xinmei datang mencarinya, pasti ia akan disergap tiba-tiba.
Jiang Jun mengeluarkan kartu hitam dari saku jasnya, menyodorkannya ke Gu Qingyou. "Ini kartu tanpa batas. Lakukan apa saja yang kau mau... Ingat, segalanya yang kumiliki adalah milikmu."
Gu Qingyou terpaku selama satu detik.
Dia pernah dengar tentang kartu hitam ini, katanya tanpa batas. Kau bahkan bisa langsung membeli helikopter ratusan juta atau kapal pesiar bernilai miliaran dengan kartu ini.
Gu Qingyou menolak kartu tersebut. "Aku tak terlalu butuh kartu... Kalau butuh uang, nanti aku minta padamu saja!"
Ya ampun! Memegang kartu seperti ini, tangannya mungkin akan gemetar!
Jiang Jun memasukkan kartu itu ke dalam tas tangan Gu Qingyou tanpa diminta.
Gu Qingyou terkejut, "Jiang Jun..."
Setelah menutup ritsleting tas, Jiang Jun mengangkat pandangan dan berkata tegas, "Gunakan kartu ini untuk membelikan Bibi Shu rumah... Karena dia tak mau pindah ke Keluarga Jiang, belikan properti dekat Jiang Zhai, sebaiknya di Gunung Boming juga. Jadi kau bisa sering mengajak Mumu mengunjunginya."
Bola mata Gu Qingyou membulat lebar. "Gunung Boming?!"
Ya Tuhan!
Gunung Boming adalah kawasan elit. Membeli rumah di sini untuk Bibi Shu minimal menghabiskan puluhan juta!
Jiang Jun tetap santai. "Rumah besar tak masalah, yang penting bisa mempekerjakan pelayan untuk merawat Bibi Shu. Dengan begitu kau tak perlu repot."
Gu Qingyou menggigit bibir bawah, akhirnya berkata tegas, "Nanti akan kutanyakan dulu ke Bibi Shu. Jika dia setuju, akan kubelikan rumah di Gunung Boming untuknya."
Barulah Jiang Jun puas, sudut bibirnya sedikit terangkat. "Dia sudah merawatmu bertahun-tahun, sudah seharusnya aku berterima kasih."
Gu Qingyou berkata, “Tapi menurut pemahamanku tentang Bibi Shu, dia pasti tidak akan menerima… Tapi aku akan berusaha meyakinkannya, lagipula aku juga ingin bisa melihatnya dari dekat.”
“Ya.”
Gu Qingyou perlahan membuka kelopak matanya, untuk pertama kalinya menatapnya sejak masuk ke ruangan.
Dia harus mengakui, selain paksaan pernikahannya yang menyakitkan, saat ini ia seolah kembali ke tiga tahun lalu - penuh kasih sayang dan perhatian, mendukung serta menghargai semua urusannya.
Mungkin kematian Su Mo telah memberikan pukulan berat baginya, sehingga ia dengan tegas berusaha menahannya, karena tak ingin kehilangan bahkan bayangannya sekalipun.
Tatapan Jiang Jun yang dalam seperti laut tenang terfokus penuh kelembutan, namun tiba-tiba ponsel di saku jasnya bergetar tak pada waktunya.
Gu Qingyou seketika tersadar dari lamunannya, kembali menundukkan pandangan.
Jiang Jun mengeluarkan ponsel, melihat nomor yang terpampang di layar, langsung menekan tombol penerimaan.
Gu Qingyou tak tahu apa yang dibicarakan pihak lain, tapi dari sorot mata sampingnya, wajah tegasnya yang biasa ditunjukkannya pada bawahan kini terlihat sedikit lebih lembut.
“Aku mengerti.”
Setelah menunggu lawan bicara selesai, Jiang Jun hanya mengucapkan empat kata itu lalu memutuskan panggilan.
Gu Qingyou takut mereka tak punya topik pembicaraan sehingga menciptakan suasana canggung, bertanya pelan, "Melihat suasana hatimu baik, apakah ada hal baik terjadi?"
Jiang Jun menjawab dengan tegas, "Kasus antara Jiang Group dan Perusahaan Naruto sudah dimenangkan, Jiang Group akan sukses mengakuisisi Perusahaan Naruto."
Wajah Gu Qingyou memancarkan sukacita yang tulus. "Benarkah? Selamat ya."
Jiang Jun menatap dalam-dalam wajah jernih Gu Qingyou yang sedang tersenyum saat ini. "Selamat juga untukmu, Nyonya Jiang. Ini berarti kau membawa keberuntungan untuk suamimu."
Gu Qingyou mengatupkan bibirnya, namun sudut bibirnya tak bisa menyembunyikan senyum tipis. "Jangan mengolok-olokku... Tapi aku penasaran, siapa yang membantumu memenangkan persidangan ini?"
Untuk memenangkan kasus ini, harus membuat Perusahaan Naruto menanggung denda pelanggaran harga selangit yang tak mampu mereka bayar. Namun di balik Perusahaan Naruto ada dukungan Grup Mu, maka pengacara yang membangun hubungan untuk Jiang Group harus bisa membuat Perusahaan Naruto membayar denda yang bahkan tak mampu ditanggung Grup Mu... Tapi pengacara mana yang punya kemampuan seperti itu?
"Yaitu mantan atasmu selama tiga tahun terakhir, Pak Mo." Jiang Jun bangkit dari sofa, menjawab dengan suara datar.
Gu Qingyou langsung terkejut. "Pak Mo?" Dia menatap tak percaya bayangan tinggi tegap Jiang Jun yang berjalan menuju rak minuman di kantor. "Bukankah Pak Mo sudah menerima uang Klan Shan? Dia kan sedang membela Grup Mu dalam persidangan?"
Jiang Jun membuka sebotol anggur merah, tatapan tak terbacanya bertemu dengan pandangan terkejut Gu Qingyou. "Sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan Pak Mo, karena pengacara yang sebenarnya menangani kasus Jiang Group adalah seorang pengacara ternama di London. Hanya saja Pak Mo mengkhianati Perusahaan Naruto, memberikan semua poin kemenangan kasus ke pengacara Jiang Group." Setelah berkata demikian, Jiang Jun menuangkan anggur merah perlahan ke dalam gelas.
Alis Gu Qingyou berkerut. "Maksudmu... Pak Mo menerima uang dari Grup Mu, tapi diam-diam membantu Jiang Group?"
Jiang Jun mengangguk. "Bisa dibilang begitu." Kemudian dia menuangkan anggur ke gelas lainnya.
Seluruh tubuh Gu Qingyou membeku di sofa. "Tindakan Pak Mo sangat tidak profesional... Dia menerima uang dari kedua belah pihak. Jika ketahuan, izin pengacaranya pasti akan dicabut."
Saat itu, Jiang Jun menghampiri Gu Qingyou sambil membawa dua gelas anggur. Dengan nada santai dia berkata, "Izinnya pasti akan dicabut. Karena Shan Yan juga bukan orang sembarangan, dia pasti akan menemukan jejak-jejak hubungan ini."
"Lalu mengapa Pak Mo masih melakukan ini?" Gu Qingyou semakin tidak mengerti, alisnya semakin berkerut.
Jiang Jun menyerahkan satu gelas kepada Gu Qingyou, lalu melingkari pinggulnya sambil berbisik perlahan, "Karena uang yang kuberikan padanya setara dengan penghasilan seumur hidup firma hukumnya."
“Aku sudah menebaknya, tapi bukankah seorang pengacara seharusnya memiliki integritas profesional?” Gu Qingyou tidak percaya bahwa Pak Mo yang selalu dihormatinya ternyata orang yang mau menunduk pada uang.
Jiang Jun mengangkat gelas anggur merah dan menyesap perlahan, baru kemudian berkata, “Kau pikir semua orang di dunia ini sepertimu yang tak bisa disuap dengan uang?”
