Bab 195 Tidur?
Gu Qingyou tertegun sejenak.
Jiang Jun menatap Gu Qingyou, sorot matanya semakin gelap dan dalam. “Tahukah kau? Keteguhanmu melawan tirani dan ketidakterikatanmu pada uang adalah salah satu sifatmu yang sangat menarik bagiku.”
Sangat menarik?
Gu Qingyou merasa jengkel dengan pilihan kata-kata Jiang Jun ini.
Jika dia sangat menarik baginya, mengapa butuh waktu lebih dari tiga tahun untuk membuatnya jatuh cinta?
Lelaki ini sedang merayunya lagi.
Gu Qingyou tidak membongkar kebohongannya, hanya menirunya mengangkat gelas anggur dan menyesap.
Dari cara kaku Gu Qingyou mengangkat gelas anggur, Jiang Jun sudah membaca pikiran dalam hatinya. Tapi dia tak keberatan mengungkapkan perasaannya secara langsung, karena dia tak ingin berlama-lama - dia ingin mendekatinya dengan penuh determinasi.
“Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang harus kubicarakan...” tiba-tiba Gu Qingyou teringat sesuatu saat menenggak anggur.
Jiang Jun menatapnya dalam-dalam, “Ya?”
Gu Qingyou berbicara serius, "Aku sama sekali tidak menelepon Shan Yan, aku tidak tahu bagaimana catatan sembilan panggilan itu bisa ada."
"Oh?" Jiang Jun mengangkat ujung alis. "Benarkah tidak menelepon?"
Jika Gu Qingyou berani mengangkat pandangan untuk menatap Jiang Jun saat ini, dia akan menemukan mata hitam yang gelap itu menyimpan senyum tipis yang samar.
Benar, sembilan panggilan itu sebenarnya tidak pernah ada. Alasan Jiang Jun berbicara seperti itu kepada Gu Qingyou hari itu hanyalah untuk memaksanya menikah dengannya.
Ekspresi getir yang diperankan secara lahiriah dan batin hari itu sebenarnya untuk diperlihatkan kepada Qin Kai, bawahan Shan Yan. Karena itulah dia memilih berbicara dengannya di taman daripada di dalam Jiang Zhai.
Dia harus terus membuat Shan Yan percaya bahwa pernikahan mereka hanyalah didorong hasrat posesif, sama sekali tidak ada hubungannya dengan cinta.
Hanya dengan cara ini, Shan Yan akan yakin bahwa kebencian dan rasa cintanya campur aduk, bahwa "balas dendam" terhadap Su Mo adalah nyata, sehingga membuatnya mengamuk dalam kemarahan.
Sayangnya, dia takkan pernah bisa mengungkapkan ini padanya. Dia harus terus memikul "tuduhan memaksa pernikahan" agar bisa menyembunyikan keberadaan Gu Xinmei selamanya.
Setelah lama keraguan dalam hati, Gu Qingyou akhirnya mengangkat pandangan dan berkata tegas, "Kau pasti tahu bagaimana perasaanku terhadap Shan Yan. Mustahil aku menyukainya."
Jiang Jun memeluk erat Gu Qingyou, bola mata hitamnya menatap dalam-dalam wajah pucatnya yang tersenyum. "Bodoh, mana mungkin aku tak percaya padamu? Saat itu aku sempat lepas kendali, hanya karena inti diriku tak mengizinkan kehilanganmu."
Gu Qingyou menatap bola mata suram namun tulusnya, tatapannya terasa bengong sesaat.
Tiba-tiba dia menyadari ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan mata pria itu. Dulu, meski tatapannya sama dalamnya, namun di kedalaman mata hitam itu seolah tak ada jiwa. Kini, dengan jelas dia melihat vitalitas di matanya, bukan lagi keheningan mencekam dari tiga tahun silam.
Apakah kemampuannya untuk memengaruhi hati manusia semakin meningkat?
Gu Qingyou bertanya dalam relung hatinya, dengan keras kepala bertekad tak mau lagi terpengaruh oleh sihirnya.
Dengan sengaja, Gu Qingyou melirik jam di tembok - sebenarnya bahkan jarum jam dan detik pun tak jelas terlihat - langsung berkata, "Eh, sudah siang. Aku harus menemani Ibu memilih TK untuk Mumu di Kota C nanti sore. Tak bisa menemanimu di sini."
Jiang Jun mengangkat pergelangan tangannya melihat arloji. "Sekarang baru pukul sebelas."
Gu Qingyou langsung bangkit dari sofa. "Aku buru-buru pulang menemani Mumu makan siang." Baru setelah bangkit, Gu Qingyou menyadari tangan Jiang Jun tadi terus memeluknya.
Jiang Jun mengikutinya berdiri. "Aku akan menemanimu pulang." Begitu berkata, dia langsung menuju meja kerja untuk menekan tombol interkom memanggil sekretaris Eileen.
Gu Qingyou menggelengkan kepala, berkata serius, "Meski kau berhasil mengakuisisi Perusahaan Naruto, tapi proyek di Kota H sepertinya tidak berjalan lancar... Lanjutkan saja urusan bisnis di perusahaan, aku akan minta Ye Shuo mengantarku pulang."
Jiang Jun menatap Gu Qingyou dengan tatapan dalam.
Gu Qingyou melambaikan tangan berpamitan pada Jiang Jun, lalu langsung masuk ke lift eksklusif direktur utama di dalam kantor direktur utama.
Jiang Jun menggelengkan kepala tanpa daya, tak memaksa lagi, membiarkan pintu lift yang ditumpangi Gu Qingyou perlahan tertutup.
Ia tahu tak boleh terburu-buru, tapi sikap dinginnya membuatnya sungguh tak nyaman.
Kini ia hanya bisa berharap masa-masa seperti ini cepat berlalu.
……
Que Yan tiba di Kelompok Jiang pada sore hari.
Saat itu Jiang Jun sedang bersandar di kursi kerjanya, memandang penawaran proyek Kota H di tangannya dengan khidmat.
Ia memperkirakan: Kelompok Jiang sudah menawar empat kali lipat dari harga dasar pemerintah Kota H. Jika Grup Mu ingin menjaga gengsi dan esensi, mereka harus menaikkan jadi lima kali lipat.
Bila tak ada aral, saat Grup Mu menawar lima kali lipat, mereka pasti akan memanfaatkan kekuatan di balik layar. Jika kekuatan itu adalah Gu Xinmei, maka bisa dipastikan Gu Xinmei adalah ibu Qingyou.
Tok, tok.
Dua kali ketukan pintu memutus renungan Jiang Jun.
Tanpa perlu menoleh, ia sudah tahu siapa yang datang. Tatapannya tetap tertancap pada dokumen penawaran, "Masuk," katanya datar.
Que Yan dengan tidak sabar masuk ke kantor, lalu menyandarkan kedua tangannya di atas meja kerja yang besar. "Ye Shuo bilang padaku, Su Mo tidak mati?"
Jiang Jun baru kemudian melirik Que Yan dengan tatapan datar. "Kenapa, akhirnya ada perasaan untuk kembali mengurus urusan?"
Que Yan tak sabar bertanya lagi, "Benarkah Su Mo masih hidup?"
Jiang Jun dengan santai berkata, "Lalu apakah kau sudah berhasil merebut kembali An Yaruo?"
Wajah Que Yan langsung memerah. "Kau... kau tahu aku mencari An Yaruo?"
Jiang Jun mengerutkan alis, "Tidak sulit ditebak... Terakhir kali An Yaruo bermasalah, Qingyou tidak meminta bantuanku tapi malah memanggilmu untuk menyelesaikan masalahnya. Ini jelas menunjukkan sesuatu. Ditambah dulu kau selalu mengeluh padaku bahwa waktumu bersama sang kekasih rahasia terganggu karena membantuku. Jadi kupikir... An Yaruo adalah si 'kekasih rahasia' yang tak mau kau sebutkan itu."
Que Yan menggelengkan kepala sambil mendesah, "Aku juga tak menyangka dunia ini begitu kecil, ternyata An Yaruo adalah sahabat terbaik Qingyou..."
"Hanya dua orang yang berjodoh akan merasa dunia ini kecil." Jiang Jun mengalihkan tatapannya kembali ke dokumen penawaran di tangannya, berkata dengan datar.
Wajah tampan campuran Que Yan menunjukkan kekecewaan, "Awalnya kupikir wanita ini cukup tahu diri, baru sekarang kusadar kelicikannya juga luar biasa."
"Hanya karena dia meminta bantuan Qingyou untuk menyelesaikan masalah, kau pikir dia ingin menjeratmu lagi?"
"Bukankah begitu?" Que Yan mengerutkan alis dengan kesal, "Lalu mengapa Qingyou memintaku membantunya? Jelas Qingyou sedang mencoba mempertemukan kami."
Jiang Jun perlahan berkata, “Mengikuti karakter Qingyou, jika dia tahu kau langsung mencampakkan An Yaruo demi Huo Yutong, mungkin dia tak akan mempertemukanmu dengan An Yaruo, malah akan berusaha membujuk An Yaruo untuk menjauh darimu.”
Que Yan membeku. “Jadi maksudmu... semua ini kebetulan belaka?”
Jiang Jun tiba-tiba meletakkan dokumen penawaran di tangannya, menatap Que Yan. “Kau yakin ingin aku terus menjawab pertanyaanmu tentang masalah asmara?”
Que Yan menyapu pandangan dingin ke arah Jiang Jun. “Kau benar-benar dingin darah dan tak berperasaan. Saat sahabat sekaligus bawahan terbaikmu punya masalah, tak bisakah kau luangkan waktu untuk menghibur?”
Jiang Jun menundukkan pandangan. “Kalau bukan karena Qingyou baru saja ke sini dan suasana hatiku sedang baik, aku tak akan membicarakan urusan perasaan denganmu.”
Que Yan menggelengkan kepala, tak bisa menyangkal kekaguman dalam hatinya: dia benar-benar setia pada bos tak berperasaan seperti ini.
Jiang Jun kembali bersikap serius. “Selama dua hari kau tak ada, aku menyuruh tim khusus mengawasi proyek Kota H. Kabar terakhir Grup Mu sudah menyiapkan penawaran tiga kali lipat harga dasar. Jadi kusiapkan penawaran empat kali lipat ini.” Dia mendorong dokumen ke hadapan Que Yan.
Que Yan menerima dokumen, tapi tak langsung membuka. Dengan sungguh dia bertanya, “Jun, benarkah Su Mo masih hidup?”
“Tender babak berikutnya jadi tanggungjawabmu. Paksa Shan Yan menang dengan harga lima kali lipat, lalu lepaskan.” Jiang Jun memberi instruksi dengan aura yang mulai memudar.
Que Yan masih tak mau menyerah, "Sepertinya Su Mo benar-benar tidak mati... Mengapa kau harus berkomplot dengan Su Mo untuk berpura-pura mati? Selain itu, jika Su Mo belum mati, maka kesedihanmu terhadapnya itu palsu. Jadi, sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadap Qingyou..."
Pertanyaan yang ingin diajukan Que Yan dipotong oleh Jiang Jun. Suaranya yang datar langsung berkata, "Setelah kau selesaikan urusan yang kuperintahkan, aku akan memberitahumu seluruh rangkaian kejadiannya."
Meskipun ucapan Jiang Jun ini telah membuktikan bahwa Su Mo memang masih hidup, Que Yan masih sulit mempercayainya. "Ya ampun, jika saat itu kau sedang berakting, maka aktingmu terlalu realistis!"
Jiang Jun bangkit dari kursi kerjanya, mengambil mantel jas dan mengenakannya. Tanpa menghiraukan Que Yan lagi, ia langsung meninggalkan kantor.
……
Bahkan menghadapi Jiang Jun saja masih sulit bagi Gu Qingyou. Tak disangka, Nyonya Jiang Dong sudah memerintahkan pelayan untuk memindahkan semua barang pribadinya ke kamar utama.
Gu Qingyou menghabiskan seluruh sorenya bersama Nyonya Jiang Dong membahas TK tempat Mumu akan sekolah. Baru saat malam tiba ia tahu bahwa Nyonya Jiang Dong sudah melakukan hal tersebut.
Karenanya, malam ini Gu Qingyou terpaksa harus menginap di kamar utama.
Gu Qingyou tak tahu rencana Jiang Jun, namun saat ini ia belum sanggup "bersama" dengannya. Setelah makan malam, tanpa menunggu Jiang Jun, ia menemani Mumu kembali ke kamar, lalu membacakan cerita untuk si kecil sampai tertidur.
“Si kecil” dua hari ini terpengaruh oleh Jiang Jun, sejak semalam sudah tidur sendiri di kamar anak, lebih mandiri dari yang mereka bayangkan.
Gu Qingyou merasa tersayat hati melihat Mumu, tapi karena melihat Mumu tidak takut tidur sendiri, Gu sedikit lega. Namun dia berharap selama masa adaptasi si kecil menjadi mandiri ini, dia bisa bertahan menceritakan kisah setiap hari sampai anak tertidur.
Tentu saja, Gu Qingyou punya rencana sendiri, yaitu merayu anak tidur juga bisa menghindarkannya dari berduaan dengan Jiang Jun di satu kamar.
Sedangkan Jiang Jun adalah orang pintar, apa yang dihindarinya, Jiang Jun tahu. Jadi dia percaya Jiang Jun akan memberinya beberapa hari lagi.
Namun, Gu Qingyou tidak menyangka, setelah menemani Mumu hingga lewat pukul dua belas malam, saat dia mendorong pintu kamar utama, Jiang Jun ternyata masih duduk di sofa mengenakan robe tidur beludru hitam, sembari membalik-balik majalah keuangan.
Gu Qingyou langsung membeku di tempat, sampai suara pria merdu Jiang Jun terdengar, "Mau tidur?"
