Bab 210Bibi Shu Ketahuan
Gu Qingyou tak menyangka akan mengalami mimpi itu lagi.
Kali ini mimpi itu terlihat lebih jelas, dia menusukkan pisau belati ke jantung Jiang Jun, sementara wajahnya tetap dingin menyaksikan darah merah menyela mengalir perlahan dari lukanya.
Gu Qingyou langsung terbangun ketakutan oleh mimpi ini.
Jiang Jun adalah orang yang mudah terbangun, saat dia refleks bangkit duduk, Jiang Jun juga ikut bangun.
Mimpi ini membuat Gu Qingyou sangat trauma, dadanya masih naik turun drastis, dahi basah oleh keringat dingin.
Jiang Jun memeluk erat bahunya. "Mimpi buruk?"
Mendengar suara Jiang Jun, seperti menemukan tali penyelamat, Gu Qingyou memutar tubuh dan membenamkan diri dalam pelukannya.
Tangan satunya Jiang Jun terangkat memeluk erat, membuatnya merasakan kehangatan perlindungannya yang rapat. "Belakangan kau sering tidur tak tenang..."
"Aku sering mimpi buruk akhir-akhir ini." Berada dalam dekapan Jiang Jun, merasakan suhu tubuh dan mencium aura khasnya, Gu Qingyou perlahan mulai tenang.
"Ya." Jiang Jun menunduk, dagunya menyentuh dahinya. "Mimpi apa?"
"Aku tak berani mengatakannya." Ingatan akan mimpi itu membuat jantungnya berdebar kencang.
"Jika tak kau ungkapkan, mimpi itu akan terulang."
Setelah lama ragu, Gu Qingyou akhirnya bersuara, "Aku bermimpi... di pesta pernikahan kita, kumenusukkan pisau belati ke dada Anda, sementara aku hanya memandang dingin saat darahmu mengalir..."
Jiang Jun terdiam sangat lama.
Gu Qingyou perlahan mengangkat pandangan. Dalam cahaya remang, ekspresi wajahnya tak terbaca. "Mengapa aku bermimpi seperti ini?" Gerutunya pada diri sendiri, mimpi buruk di ambil pernikahan sungguh pertanda sial.
Tatapan Jiang Jun tetap lembut, berbinar bahkan dalam kegelapan. "Mungkin rasa aman yang kuberikan masih kurang."
Benarkah?
Kebingungan terpancar dari mata Gu Qingyou. Bukankah selama ini ia 100% mempercayainya?!
Jiang Jun menekan wajah Gu Qingyou yang terangkat ke dalam pelukannya, kekuatan itu sedikit arogan. "Tidurlah, aku akan memelukmu tidur..."
Entah mengapa, Gu Qingyou merasa tangan Jiang Jun yang menekannya gemetar halus, namun dalam dekapan pria itu ia merasa tenang hingga kantuk segera menyerang.
……
Keesokan harinya saat sadar, Gu Qingyou tak menyangka Jiang Jun masih ada.
Serpihan emas cahaya pagi mengalir dari jendela kaca, pria itu hanya mengenakan robe tidur duduk di sofa membaca dokumen. Wajah tampannya yang disinari mentari pagi langsung membuat jantungnya berdebar kencang.
Pipi Gu Qingyou memerah, ia turun dari ranjang. "Hari ini kau tidak ke perusahaan?"
Jiang Jun masih fokus pada dokumen di tangannya, alis yang berkerut menunjukkan konsentrasinya. Namun tetap menjawab, "Beberapa hari ini tidak ke perusahaan."
"Ah?"
Gu Qingyou yang hendak ke kamar mandi berhenti langkah. "Kenapa tidak ke perusahaan?" Jangan-jangan benar-benar terbuai asmara?
"Mempersiapkan pernikahan." Hanya empat kata singkat.
Gu Qingyou terkekeh, "Bukannya bisa diserahkan ke wedding organizer?"
Jiang Jun mengangkat pandangan, ekspresinya datar. "Ini pernikahan Direktur Utama Kelompok Jiang."
Gu Qingyou, "..."
Kerugian! Dikira akan mempersiapkan pernikahan megah secara pribadi!
Tiba-tiba, kilatan nakap muncul di matanya. "Bukankah di mata publik ini 'pernikahan kedua'-mu... 'Pernikahan pertama' saja tak diumumkan, apakah 'yang kedua' ini tidak terlalu mencolok?"
Jiang Jun memandangi kembali dokumen. "Tidak akan, semakin mencolok semakin baik."
"Apa maksudnya?"
"Tak mau kau jadi incaran orang."
Gu Qingyou mendengus.
Sungguh, siapa yang mau mengincarnya?!
Namun, dia justru sangat penasaran seperti apa pernikahan yang direncanakan langsung olehnya!
……
Kafe.
Senyum manis Gu Qingyou sampai tak bisa disembunyikan, membuat An Yaruo yang duduk dihadapannya tak tahan mengejek. "Sudahlah, tahu kok kau sedang girang jadi calon pengantin... Tapi bukannya kau sudah menikah secara hukum dengan Direktur Jiang? Upacara pernikahan kan cuma formalitas?"
Gu Qingyou menyeruput kopi di hadapannya. "Menurutku upacara pernikahan punya makna khusus... Bayangkan, berdiri di gereja megah, mengucapkan sumpah di hadapan pendeta..."
An Yaruo tak tahan memotong. "Hanya orang sentimentil sepertimu yang punya pikiran romantis begitu." Dia menyangga dagu, terdiam sejenak. "Tapi kalau dipikir, adegan itu memang sakral sih."
Gu Qingyou tersenyum menatap sahabatnya. "Wah, wajah genitmu ini... Ada perkembangan baru dengan Que Yan?"
An Yaruo langsung cih cih cih, marah. "Jangan asal ngomong... Aku dan dia tak ada hubungan apa-apa!"
"Tapi kemarin lewat telepon..." Gu Qingyou sengaja bicara penuh arti.
Wajah An Yaruo memerah seperti udang rebus. "...Intinya, orang ini tak ada kaitannya denganku!"
Gu Qingyou masih tetap tersenyum.
An Yaruo melirik, "Tawamu ini..."
Gu Qingyou mengambil kopinya lagi dan menyesapnya, baru kemudian dengan tenang berkata, "Percayalah, kamu ditakdirkan terlibat pertarungan seumur hidup dengan Que Yan."
An Yaruo menjadi kesal. "Bahkan jika aku tidak akan laku, tak mungkin aku bertarung seumur hidup dengan si mesum itu!"
"Konsep jodoh memang sulit diprediksi." Gu Qingyou perlahan meletakkan cangkir kopi.
An Yaruo mengerutkan kening, "Jangan kira karena hubunganmu dengan Direktur Jiang sudah mapan, kau bisa sok berpengalaman! Aku dan Que Yan sama sekali tidak berjodoh!"
Gu Qingyou ikut berkerut alis, merenung. "Sebenarnya aku penasaran, mengapa kau begitu membenci Que Yan?"
An Yaruo tidak menjawab, hanya meneguk kopinya seperti arak, beruntung kopinya tidak terlalu panas.
Gu Qingyou melanjutkan, "Menurutku Que Yan cukup baik...Sikapnya mungkin sembrono, tapi sebenarnya sangat teliti. Kalau tidak, Direktur Jiang takkan mempercayakan urusan penting padanya selama bertahun-tahun."
An Yaruo tiba-tiba gagap, "Pokoknya...pokoknya aku tidak punya sedikit pun simpati padanya!"
Gu Qingyou ingin bertanya lebih lanjut, tapi ponselnya berdering tiba-tiba.
An Yaruo segera mengalihkan topik, mengangkat alis. "Baru sebentar keluar, suamimu sudah memanggilmu pulang?"
Gu Qingyou merasa ini bukan panggilan Jiang Jun, karena sebelumnya sudah melapor saat akan pergi.
Sebenarnya hari ini awalnya ia tidak berencana keluar rumah.
"Jiang Jun hari ini tidak pergi ke perusahaan, dia sangat ingin menemani di sampingnya, bahkan hanya melihatnya bekerja dengan tenang saja sudah cukup."
Tak disangka, pagi ini belum sempat keluar dari pintu kamar, telepon si kecil itu sudah menelepon.
Memang sudah lama dia tidak minum kopi bersama si kecil, akhirnya tak kuasa menolak, terpaksa meninggalkan Jiang Jun di rumah.
Gu Qingyou mengeluarkan tas dari ponselnya sambil melirik, berkata, "Ini Bibi Shu." Lalu menekan tombol penerimaan.
An Yaruo langsung diam membisu.
"Apa... Aku segera ke rumah sakit!" Wajah Gu Qingyou tiba-tiba berubah pucat, berdiri lalu menggapai tasnya.
Melihat ekspresi tegang Gu Qingyou, An Yaruo bertanya, "Ada apa?"
Dengan wajah pucat pasi, Gu Qingyou menjawab, "Bibi Shu lupa mematikan gas di rumah... Tetangga sebelah Wang Yi mencium baunya lalu memaksa masuk ke dalam rumah, Bibi Shu sudah pingsan tak sadarkan diri, sekarang sudah dibawa ke rumah sakit..."
"Ya ampun——"
An Yaruo buru-buru juga meraih tasnya.
……
Di dalam mobil, wajah Gu Qingyou muram.
An Yaruo yang melihatnya menghibur, "Kau tak perlu terlalu khawatir... Wang Yi memanggil ambulans dari Rumah Sakit Jiang Group, pasti dokter dan perawat di sana tak akan menelantarkan Bibi Shu, mereka akan berusaha maksimal menyelamatkannya."
Gu Qingyou menangkupkan tangan di dahinya. "Kondisi tubuh Bibi Shu memang selalu lemah, kali ini keracunan gas, aku benar-benar tidak tahu..." Dia menahan leher yang tersekat, dengan cemas menutup mata.
“Bibi Shu pasti diberkati surga, pasti tidak akan terjadi apa-apa.” An Yaruo juga tampak khawatir dengan wajah memucat.
“Ini semua salahku, tidak memaksa beliau untuk tinggal di Jiang Zhai...”
“Ini bukan salahmu... Bibi Shu sudah terbiasa hidup sendiri, sebelumnya kau ingin meminta orang merawatnya, beliau juga menolak...”
“Seharusnya aku tidak mengikuti sifat keras kepala beliau.” Gu Qingyou sangat menyalahkan diri sendiri.
……
Sampai di rumah sakit, lampu merah di ruang operasi masih menyala, menandakan Bibi Shu sedang dalam proses penyelamatan darurat.
Rektor rumah sakit yang mengetahui kedatangannya, secara pribadi datang menjelaskan situasi. “Kondisi Nyonya Bi saat ini kurang baik, Nyonya perlu mempersiapkan diri secara psikologis...”
Mendengar ini, seluruh tubuh Gu Qingyou gemetar hebat.
Wajah An Yaruo pucat pasi, tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Jiang Jun tiba di rumah sakit sepuluh menit setelah kedatangan Gu Qingyou.
Gu Qingyou masuk ke area operasi, kini berdiri di balik tirai kaca lantai dua, memandang dengan diam ke arah lantai satu tempat para dokter berusaha menyelamatkan Bibi Shu.
“Para dokter akan berusaha maksimal.”
Suara Jiang Jun terdengar, membuat Gu Qingyou tersadar, namun kesedihan membuatnya tak sanggup menatap. Suaranya yang tenang terdengar parau, “Sejak aku mulai mengingat, Bibi Shu sudah menjadi sosok ibu dalam hidupku. Makanya saat kau memintaku membelikan properti di Gunung Boming untuknya, aku tidak menolak... karena ku harap Bibi bisa hidup tenang di masa tua...”
Jiang Jun merangkul erat bahu Gu Qingyou. “Begitu banyak penyakit berhasil beliau lewati, kali ini juga pasti bisa bertahan.”
Gu Qingyou menggelengkan kepala dengan pilu. "Rektor baru saja memberitahuku, dia menyuruhku untuk melakukan persiapan psikologis..." Air mata tiba-tiba membanjiri sudut matanya, suaranya penuh ketakutan yang belum pernah ada sebelumnya, "Jiang Jun, Bibi Shu pasti akan baik-baik saja, kan?"
Jiang Jun menatap wajah Gu Qingyou yang basah oleh jejak air mata. Setelah lama terdiam, ia berkata perlahan, "Ya, semuanya akan baik-baik saja."
Seolah mencoba menghibur diri sendiri, Gu Qingyou bergumam pelan, "Aku percaya padamu, aku percaya... Kau tak pernah menipuku."
Jiang Jun merangkul tubuh rentan Gu Qingyou ke dalam pangkuannya. Di area yang tak terlihat olehnya saat ini, tatapannya menjadi gelap.
……
Di dalam kantor rektor, sang rektor tampak seperti burung ketakutan saat berhadapan dengan Jiang Jun.
"Benar, Direktur Jiang... Saat ini situasinya masih sangat tidak menguntungkan." Rektor menundukkan kepala, berucap gemetar.
"Dia harus tetap hidup. Dia adalah satu-satunya keluarga Qingyou."
Rektor menghela napas panjang, "Sekalipun Nyonya Bi bisa sadar kali ini, kesadarannya tak akan sejernih dulu karena tingkat keracunan yang terlalu parah..."
Wajah Jiang Jun membeku seperti es, "Harus diselamatkan." Nada suaranya penuh daya gentar yang mengerikan.
Rektor langsung menahan napas dalam ketakutan, "Baik."
