Bab 256: Mengakhiri Hubungan dengan Su Mo Secara Tuntas
Setelah terpaku lama, bahkan Gu Qingyou sendiri merasakan wajahnya telah tanpa setetes darah.
"Kau seharusnya tak memaksa Jiang Jun seperti ini."
Gu Qingyou melepaskan diri dengan lembut dari genggaman Que Yan, berbalik, bersiap kembali ke kamar pasien.
Que Yan tak memahami maksud Gu Qingyou, matanya menatap tajam bayangan ramping yang menjauh.
Di depan pintu kaca otomatis, Gu Qingyou tiba-tiba berhenti. "Bahkan dengan hasil seperti ini, aku tak menyesal." Membelakangi Que Yan, dia menatap lurus ke depan dan mengeluarkan kata-kata datar.
Ekspresi Que Yan berubah melankolis. "Mengapa kau menyiksa diri seperti ini?"
"Aku melakukan ini untuknya, juga untuk diriku sendiri." Setelah berkata demikian, Gu Qingyou langsung melangkah pergi.
……
Malam hari.
Nyonya Jiang Dong menghela napas. "Meski kini belum pasti apakah Jun'er menemui Su Mo, tapi sekalipun tidak... jarak antara kalian berdua mungkin tetap terbentuk."
Gu Qingyou sedang menyantap sup yang direbus sendiri oleh Nyonya Jiang Dong.
Setelah menghabiskan semangkuk penuh, barulah dia bersuara. "Aku tahu Ibu dan Que Yan merasa aku tak seharusnya memaksa Jiang Jun, tapi keputusan ini takkan kusesali."
“Mengapa？”Nyonya Jiang Dong kebingungan, kemudian menasihati dengan sungguh-sungguh, "Sebenarnya pernikahan terkadang tak perlu dipahami terlalu jelas, seperti aku dan Ayahmu... Awalnya Jiang Huai sangat mencintai Mamamu, tapi karena Mamamu keluar dari industri saat itu, Jiang Huai mengira Mamamu tak mencintainya, sehingga bersamaku... Lihatlah, seiring berjalannya waktu, apapun yang dirasakan Jiang Huai terhadap Mamamu, orang terpenting di hatinya tetaplah aku, bertahun-tahun kita telah saling menghormati seperti tamu."
Gu Qingyou menyerahkan mangkuk ke kepala rumah tangga di sampingnya, tatapan lembutnya menyapu wajah penuh kasih Nyonya Jiang Dong. Setelah diam beberapa detik, barulah ia berkata perlahan, "Jika aku bisa hidup dalam ketidakjelasan seumur hidup, tentu tiga tahun lalu tak akan memutuskan pergi."
Nyonya Jiang Dong mendengarnya, penuh ketidakberdayaan dan mendesah lagi.
Gu Qingyou mengalihkan pandangan ke Mumu yang tertidur lelap di ranjang, kilau kasih sayang ibu berbinar di dalam matanya. "Mama tenang saja, selama ada Mumu di sampingku, hasil seperti ini tak akan mengalahkanku."
"Dulu aku pasti membujukmu untuk bersatu dengan Jun'er, sekarang melihat kalian berkali-kali terpisah dan bersatu... Mama juga tak ingin memaksakan lagi, semua terserah keputusan kalian." Usai berkata, Nyonya Jiang Dong mengusap pelipisnya.
Melihat gerakan Nyonya Jiang Dong dari sudut mata, Gu Qingyou meninggalkan tepi ranjang, mendekati sofa, lalu duduk di sampingnya. "Mama——"
"Ya?" Nyonya Jiang Dong menghentikan usapan lembutnya.
Gu Qingyou menggandeng tangan Nyonya Jiang Dong, menatap lekat wajah lelahnya, berkata dengan penuh penyesalan, "Maaf, aku dan Jiang Jun telah merepotkan Anda dan Ayah..."
Nyonya Jiang Dong melepaskan genggaman, menatap mata jernih Gu Qingyou yang dipenuhi rasa bersalah. "Anak bodoh, kau tak bersalah, yang salah adalah Jun'er... Seandainya dia tak egois menahanmu di sisinya sejak awal, kau takkan punya perasaan padanya... Jika hubungan kalian benar-benar terlarang, tanggung jawab sepenuhnya ada pada Jun'er."
Gu Qingyou tak memberi tanggapan atas ucapan Nyonya Jiang Dong. Senyum tipis mengembang di bibirnya, "Ibu, jika tak ingin aku merasa bersalah atau menuduh di kemudian hari, tolong jaga baik-baik kesehatan Ibu. Sebelumnya Jiang Jun bilang Ibu akan segera dioperasi, mohon selama ini pulihkan tubuh Ibu agar operasi kedua berjalan lancar."
"Ah, jika Jun'er benar-benar berpisah denganmu, di mana lagi aku akan menemukan menantu sebaikmu..." Nyonya Jiang Dong menggenggam erat tangan Gu Qingyou, suara parau penuh keengganan.
Gu Qingyou tak menjawab lagi, hanya menyandarkan tubuhnya pada bahu Nyonya Jiang Dong, perlahan menutup mata.
……
Kota N.
Sesuai perjanjian dengan Shan Yan menunggu Xiao Xi di bandara, Su Mo tak sabar menanti.
Rebekka melirik jarum jam bandara, menyadari waktu temu dengan Shan Yan telah lewat. Dengan suara khawatir dia berkata, "Nona, jangan-jangan Klan Shan mengingkari janji mendadak?"
“Aku rasa tidak sampai segitanya, kalau memang tidak mau, sebelumnya dia tak perlu berjanji.” Su Mo masih terus memandang sekeliling bandara, mencari-cari bayangan Xiao Xi.
“Tapi memang... Nona sudah memaksa Klan Shan seperti ini, kecuali Klan Shan benar-benar tidak peduli nyawa Nona, pasti dia akan menepati komitmennya.” Rebeka pun mulai sedikit rileks.
Tiba-tiba, "Mama——"
Suara anak kecil yang familiar tiba-tiba masuk ke telinga Su Mo dan Rebeka, keduanya serentak berbalik dengan gembira.
Namun, sedetik kemudian, Su Mo dan Rebeka membatu di tempat semula, mereka tak percaya memandang Shan Yan yang sedang menggendong Xiao Xi.
Xiao Xi yang tidak tahu situasi apapun langsung meluncur turun dari tubuh Shan Yan, berlari menuju Su Mo.
Setelah berhari-hari tidak bertemu, matanya berkaca-kaca. "...Rindu Mama tidak?" Su Mo memeluk erat Xiao Xi sambil mencium rambut lembutnya.
"Ya." Xiao Xi memeluk leher Su Mo, seluruh wajahnya menempel di bahu sang ibu.
Su Mo segera mengangkat Xiao Xi dalam dekapan, seolah takkan pernah melepas lagi, dipeluknya sangat erat.
Shan Yan menghampiri mereka, bayangan jangkungnya berdiri di hadapan Su Mo dan Xiao Xi dengan senyuman. "Xiao Xi, Paman tidak bohong kan... Sudah bilang, Mama akan datang ke bandara menjemput..."
“Ya ya.” Xiao Xi mengangkat wajah yang sangat menggemaskan, memandang penuh syukur pada Shan Yan. "Terima kasih, Paman."
Shan Yan tak kuasa mengulurkan tangan ingin mengusap kepala mungil Xiao Xi. Namun, Su Mo langsung membopong Xiao Xi mundur selangkah, membuat gerakannya sia-sia.
Tangan Shan Yan terkatung-katung canggung di udara selama satu detik, akhirnya terpaksa ditarik kembali. Tapi matanya menatap Su Mo dengan ekspresi tak terbaca.
Setelah mencium pipi Xiao Xi, Su Mo menurunkan anak itu perlahan. "Xiao Xi, ikut Bibi Rebeka beli jajan ya. Mama perlu bicara dengan Paman Shan."
"Baik."
Xiao Xi yang penurut segera menggenggam tangan Rebeka.
Saat mereka agak menjauh, Su Mo langsung membuat wajahnya dingin. "Kenapa kau ada di sini?"
Shan Yan menatapnya intens, sudut bibirnya melengkung. "Tahu kenapa aku menyuruhmu menjemput Xiao Xi di Kota N?"
Wajah Su Mo dipenuhi kebingungan.
Shan Yan tersenyum. "Karena aku berencana menetap di Kota N bersama kalian berdua."
Wajah Su Mo langsung pucat pasi. "Apa omong kosong itu?! Shan Yan, kau mau ingkar janji?"
Senyum tipis tetap mengembang di wajahnya. "Kau mengancam bunuh diri demi melepaskan diri dariku. Tapi aku tahu persis, tak mungkin kau tega meninggalkan Xiao Xi sendirian di dunia ini..."
“Kau？”Tubuh Su Mo mulai kaku, suaranya bergetar pelan, “Kau...kau benar-benar mau melihatku kembali mengotori bandara dengan darah?”
“Apa kau benar-benar punya nyali untuk menyayat pergelangan tangan lagi?” Senyuman di bibir Shan Yan tak pudar. “Kalau begitu potonglah...Jika kau mati, akan kukirim Xiao Xi ke panti asuhan!”
“Shan Yan!” Mata Su Mo terbelalak lebar, memandang Shan Yan dengan tak percaya.
Shan Yan melangkah mendekati Su Mo dengan tekanan psikologis yang menggunung, lalu membungkuk, berbisik di telinganya, “Kau pikir dengan ancaman bunuh diri bisa melepaskan diri dariku? Salah besar, seumur hidup kau takkan bisa kabur...Alasan aku berpura-pura 'berkompromi' sebelumnya hanya untuk membawamu ke Kota N...Lagipula, Kota N adalah tempat kita pertama bertemu, kuharap juga menjadi tempat kita menghabiskan sisa hidup bersama.”
Su Mo hendak mengulurkan tangan untuk mendorong Shan Yan, tapi malah dipeluk erat-erat olehnya.
Su Mo segera menghantam dada Shan Yan dengan tinju, namun bahunya masih dicengkeram kuat sambil membiarkannya meluapkan emosi.
Tangan Su Mo akhirnya lunglai menjuntai di sisi tubuh. Ia terisak pilu, “Aku tak mencintaimu...Mengapa kau terus memburuku? Sudah kau hancurkan hidupku, belum cukupkah?”
Wajah Shan Yan muram mendengar tuduhan itu. “Begitu dalamkah cintamu pada Jiang Jun?”
“Aku tentu mencintainya... Jadi sekalipun kau berkorban banyak untukku, sekeras apa pun usahamu, aku tak mungkin jatuh cinta padamu.” Su Mo berkata dengan suara tertahan tangis.
Air mata di balik sorotan mata Su Mo menyayat hati Shan Yan, tapi sumpah setia dalam ucapannya membuat dadanya seperti dicengkeram erat, memicu amarah yang tak tertahankan, "Apa sebenarnya kekuranganku dibanding Jiang Jun?" Ia mengatupkan gigi sambil bertanya.
“Mencintai seseorang tak perlu alasan, tapi orang itu tak bisa digantikan oleh siapa pun...” Su Mo yang bermandikan air mata memandang Shan Yan dengan pandangan memohon.
Kedalaman mata Shan Yan yang dingin sempat tersentak, namun segera tergantikan oleh ketajaman. "Bila kau minta aku melepasmu, lupakan saja!"
"Kau keterlaluan!"
Dengan seluruh tenaga yang tersisa, Su Mo mendorong Shan Yan.
Shan Yan tak sempat menghindar, terdorong mundur dua langkah.
Su Mo menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Rebeka dan Xiao Xi, tapi tak disangka, beberapa bodyguard tiba-tiba menghalangi jalannya.
Shan Yan berdiri tegak di tempat, menyaksikan bayangan Su Mo yang berusaha melawan para bodyguard, lalu berkata dengan santai, "Bawa Xiao Xi dan Rebeka ke mobil."
"Siap."
Dua dari bodyguard tersebut berbalik mendekati Xiao Xi dan Rebeka yang masih kebingungan.
"Xiao Xi, Xiao Xi..." Su Mo berteriak histeris sambil mendorong-dorong bodyguard.
Tak ada yang menyangka, tepat saat dua bodyguard hendak membawa Xiao Xi dan Rebeka, siluet tegak beraura dingin dan sombong tiba-tiba muncul dalam pandangan Su Mo dan Shan Yan.
Su Mo berhenti bergerak dalam sekejap, memandangi pendatang dengan tatapan tak percaya, "Jiang?"
Ye Shuo di belakang Jiang Jun sudah mengerahkan beberapa bodyguard untuk meng-hajar dua bodyguard Shan Yan hingga terkapar di lantai kayu, sambil membawa Xiao Xi dan Rebeka ke sisi Jiang Jun.
Seluruh tubuh Shan Yan mendadak dingin, tatapan muramnya berhadapan dengan pandangan datar Jiang Jun.
"Karena Su Mo tidak mau meninggalkan Klan Shan, apakah memaksa seorang wanita tak punya kekuatan seperti ini tidak terlalu kejam?" ujar Jiang Jun sambil melangkah mendekati Su Mo.
Su Mo ingin melesat ke sisi Jiang Jun, namun terhalang tiga bodyguard Shan Yan yang menghadang, membuatnya terjebak di tempat semula.
Jiang Jun tersenyum tipis, menatap bodyguard yang menghalangi Su Mo, berkata perlahan, "Kalian seharusnya minggir... hanya dengan Ye Shuo sendiri pun cukup untuk menyelesaikan kalian."
Bodyguard-bodyguard itu sudah tahu reputasi kebengisan Jiang Jun, mulai goyah namun tetap tak berani melawan perintah Shan Yan.
Su Mo memanfaatkan kesempatan ini, mendorong dua bodyguard dengan kuat lalu berlari ke sisi Jiang Jun.
Tatapan penuh senyum Jiang Jun beralih dari bodyguard-bodyguard itu ke tubuh Su Mo, "Kau baik-baik saja?"
