BAB 261HEBAT, GENTLEMAN
Setelah menggeliatkan badan, Gu Qingyou memandangi "pekerjaan rumah" dari Grup Zhongzheng yang baru diselesaikannya, senyum puas merekah di wajahnya.
Nyonya Jiang Dong tiba di ruang kerja tepat melihat Gu Qingyou masuk sambil tersenyum cerah, "Sudah selesai?"
Gu Qingyou buru-buru bangkit dari kursi saat melihat sang ibu mertua, memanggil penuh hormat, "Ibu."
Nyonya Jiang Dong mendekati meja kerja dengan wajah penuh kasihan, "Kamu sibuk sepanjang sore ini, tak istirahat sama sekali... Cepat minum sup ini."
Sang kepala rumah tangga segera meletakkan mangkuk sup di atas meja kerja.
Patuh, Gu Qingyou mulai menyuap sup itu perlahan dengan sendok, suhunya pas di lidah.
Nyonya Jiang Dong melihat ekspresi rileks Gu Qingyou yang telah menyapu suramnya hari-hari sebelumnya, hati Nyonya Jiang Dong juga tak bisa menahan rasa puas. "Minumlah lebih banyak, Ibu yang masak sendiri."
"Ya."
Gu Qingyou menghabiskan sampai tak bersisa. Kepala rumah tangga menerima mangkuk sambil tersenyum, "Nyonya Muda, minumlah lagi, Nyonya sudah memasak berjam-jam."
"Baik." Gu Qingyou menjawab dengan perasaan senang.
Kepala rumah tangga segera berbalik turun tangga untuk mengisi lagi.
Nyonya Jiang Dong mengambil "pekerjaan" yang baru saja diselesaikan Gu Qingyou, bertanya, "Ini bagian tes tertulis?"
Gu Qingyou mengangguk, "Zhongzheng Group memberi kita beberapa kasus, meminta pendapat kami. Ini draft, teks utamanya nanti akan kukirim via email ke pewawancara Zhongzheng. Jika lulus, besok sore bisa interview..."
"Seribet itu?" Nyonya Jiang Dong mengerutkan alis. "Masuk Jiang Group saja tak serumit ini!"
"Siapa bilang." Gu Qingyou keluar dari belakang meja kerja, menggandeng Nyonya Jiang Dong dengan mesra. "Masuk Jiang Group jauh lebih rumit... Prinsip kami di Jiang Group adalah——‘Jangan terima orang elit, hanya elit dari elit’. Jadi kalau aku melamar ke Jiang Group, mungkin ambang pintunya saja tak bisa kulewati."
Nyonya Jiang Dong tak tahan tertawa, "Sejak Ayahmu pensiun, urusan perusahaan tak pernah kucampuri. Tak kusangka Jun'er sekarang seketat ini..."
“Sungguh ketat.” Gu Qingyou berkata dengan malas, “Semua yang masuk ke Grup Jiang, tak peduli berpengalaman atau tidak, harus lulus dari akademi top dalam dan luar negeri. Jadi, bagaimana mungkin orang seperti aku yang bahkan tidak lulus universitas bisa masuk ke Jiang Group?”
Nyonya Jiang Dong menatap Gu Qingyou dalam-dalam, “Mama yakin, kalau kau punya masa kecil normal, kau pasti juga akan lulus dari akademi ternama.”
Melihat kilasan kesedihan di kedalaman mata Nyonya Jiang Dong, Gu Qingyou segera menebak apa yang dipikirkan sang nyonya. Dia buru-buru menghibur, “Mama jangan lagi memikirkan masa lalu, karena ibuku sudah melupakan semuanya…”
“Benarkah?” Nyonya Jiang Dong terbelalak tak percaya.
Gu Qingyou mengangguk serius, “Aku lupa memberi tahu, waktu itu aku mengunjungi ibu, dia bilang langsung dari mulutnya bahwa dia tak akan lagi memilih mengakhiri hidup untuk memaksaku. Dia hanya berharap aku lebih sering menjenguknya…”
Mata Nyonya Jiang Dong berbinar-binar, seolah dipenuhi gemerlap bintang.
Gu Qingyou merangkul perlahan Nyonya Jiang Dong, bersandar lembut di bahunya. “Kurasa karena beberapa hari ini aku tak mengunjunginya, dia mengira aku tak ingin berhubungan lagi. Jadi dia mulai mengerti… Tentu, kebencian ibuku terhadap Keluarga Jiang masih sangat dalam. Mungkin kebencian di relung hatinya masih ada, tapi setidaknya sekarang dia tak akan mengakhiri hidup lagi.”
Nyonya Jiang Dong menghela napas pelan, lalu mengangguk.
"Gu Qingyou baru perlahan melepaskan Nyonya Jiang Dong. Agar tidak terus memicu rasa bersalah dan penyesalan Nyonya Jiang Dong, dia segera mengalihkan topik, 'Ngomong-ngomong, Mumu di mana?'"
Nyonya Jiang Dong tiba-tiba teringat, "Mumu masih bermain di ruang tamu... Barusan Jun'er menelepon ponselmu, Mumu yang mengangkat. Mumu mau naik untuk bicara padamu, tapi aku khawatir mengganggumu jadi kusuruh tetap bermain di ruang tamu."
"Oh."
Gu Qingyou terlihat biasa saja menanggapi telepon dari Jiang Jun. Dia kembali ke belakang meja kerjanya, melanjutkan pemeriksaan atas jawaban ujian tulisnya untuk memastikan tidak ada celah.
Nyonya Jiang Dong memandang Gu Qingyou. Meski lega melihat suasana hatinya yang tak lagi muram, Nyonya Jiang Dong menyadari dalam hati bahwa luka yang ditorehkan Jiang Jun pada Gu Qingyou belum sembuh.
Apakah di masa depan masih ada perasaan Gu Qingyou terhadap Jiang Jun? Saat ini bahkan Nyonya Jiang Dong pun tak tahu.
"Qingyou..."
"Ya?" Mendengar panggilan Nyonya Jiang Dong, Gu Qingyou baru mengangkat wajah lembutnya.
Nyonya Jiang Dong sebenarnya masih berharap Gu Qingyou bisa memberi Jiang Jun kesempatan lagi. Tapi saat kata-kata itu hendak meluncur, Nyonya Jiang Dong tak punya keberanian mengutarakannya. Bagaimanapun Jiang Jun telah terlalu banyak menyakiti Gu Qingyou.
"Bukan apa-apa." Akhirnya Nyonya Jiang Dong menggeleng, "Fokuslah pada pekerjaanmu, buat dirimu sibuk!"
Gu Qingyou tersenyum, "Ya."
……
Malam hari.
Gu Qingyou bersandar di tepi ranjang, menatap diam layar ponselnya.
Layar ponsel sedang membeku pada catatan panggilan terhubung dari Jiang Jun, sorot mata Gu Qingyou yang tadinya fokus perlahan mulai kosong.
Apakah dia begitu mudah melupakan kepedihan?
Tidak...
Manusia sepertinya, karena pikirannya terlalu detail, akan sangat sulit melupakan suatu hal atau seseorang...
Sejujurnya, saat mendengar Nyonya Jiang Dong mengatakan ia meneleponnya tadi, hatinya sempat bergetar selama satu detik.
Ia adalah satu-satunya orang yang pernah aku cintai sepanjang hidupku, bagaimana mungkin aku bisa melepasnya dalam sekejap mata?
Namun...
Mulai hari ini, aku tak akan mencintainya lagi.
Meski melepas orang ini sangat sulit, aku akan berusaha melakukannya...
Mulai sekarang, aku hanya akan hidup saling menghormati seperti tamu dengannya, namun tak mungkin lagi ada perasaan di antara kami...
Sebenarnya awalnya aku berpikir, jika ia tidak membawa Su Mo kembali, aku akan terus menunggunya. Tapi kini aku sadar hatiku sudah lelah, letih...
Di perjalanan hidupku ini, aku sudah kehabisan tenaga.
Kini aku hanya berharap, anak kami bisa berkembang sehat, dan orang tua kedua belah pihak bisa baik-baik saja.
Memikirkan ini, Gu Qingyou mengambil ponsel dan memencet nomor telepon Jiang Jun.
Jiang Jun mungkin sedang di dalam mobil atau kamar, sekelilingnya sunyi hingga tak ada gemanya sama sekali.
"Apa ada urusan saat kau menelepon siang tadi?" tanya Gu Qingyou dengan nada sopan pada Jiang Jun, seolah telah menjadi orang yang berbeda dari masa lalu.
Jiang Jun jelas belum beradaptasi dengan kesopanan Gu Qingyou, perlahan menjawab, "Tidak, hanya ingin tahu sedang apa kau."
“Oh……” Gu Qingyou menjawab sambil tersenyum, “Aku melamar ke Kantor Hukum Zhongzheng, sepanjang sore mengerjakan ujian tertulis yang mereka berikan, jadi tidak menerima panggilanmu.”
“Tidak apa.”
“Masih ada urusan?”
“Tidak.”
“Kalau begitu, sampai jumpa.”
“Baik.”
Gu Qingyou segera mengakhiri panggilan.
Tapi, bahkan dia sendiri tak menyangka, saat mengakhiri panggilan, matanya tiba-tiba berkabut air.
Kenyataannya, bukan hanya Jiang Jun yang tak terbiasa dengan basa-basi seperti ini, dirinya pun sama...
Tapi mau bagaimana lagi?
Pernikahan mereka bukan dipertahankan karena cinta, interaksi mereka memang seharusnya seperti ini.
Menarik napas dalam-dalam untuk menahan rasa sakit di dada, Gu Qingyou melepas cincin nikah berlian merah muda di jari manisnya, menguncinya diam-diam di kotak dalam laci meja samping tempat tidur.
……
Gu Qingyou lulus ujian tertulis, pagi-pagi sudah pergi ke Kantor Hukum Zhongzheng.
Tak disangka peserta yang lulus masih lebih dari seratus orang, dan semuanya datang lebih awal, membuatnya mendapat nomor urut 94 untuk wawancara.
Karena bosan, Gu Qingyou mengambil koran pagi dan majalah yang ada di sebelah kantor hukum, mulai membalik-balik halaman dengan santai.
Beberapa pelamar di sekitarnya melihat ketenangannya, tak bisa menahan diri untuk melirik beberapa kali.
Gu Qingyou mengira orang di sebelahnya mengenalinya, segera mengeluarkan cermin kecil dari tas tangannya, diam-diam melihat diri sendiri.
“Di cermin, wajahnya yang tersembunyi di balik rias tebal terasa asing bahkan bagi dirinya sendiri. Barulah dia sedikit merasa rileks.”
“Meski pasangan Direktur Jiang tidak mempermasalahkannya bekerja, dia tak ingin menimbulkan masalah.”
“Dia berharap jika suatu hari bekerja di sini, tak ada yang pernah mengenalinya.”
“Setelah menunggu sepanjang pagi, Gu Qingyou akhirnya mendengar petugas Zhongzheng memanggil namanya. Buru-buru dia bangkit, tak disangka orang di depannya tak sengaja menghantamnya, membuat resume di tangannya berhamburan ke lantai kayu.”
“Aku buru-buru, maaf ya.”
“Orang yang menabraknya segera meminta maaf sambil membungkuk mengumpulkan resume yang berserakan.”
“Gu Qingyou tersenyum ramah, 'Tidak apa-apa, aku bisa ambil sendiri...'”
“Gu Qingyou?”
“Tak sengaja melihat nama di resume itu, pria yang menabraknya berbisik pelan, lalu memandangnya dengan tatapan samping.”
“Gu Qingyou seketika membeku, tapi dengan refleks cepat segera mengeluarkan kalimat yang sudah dipersiapkan, 'Jangan tatap aku seperti itu, pasti aku bukan Gu Qingyou yang kau pikirkan. Kalau tidak, buat apa aku melamar kerja di sini...'”
“Pria itu tersenyum, lalu berdiri.”
“Gu Qingyou ikut bangkit, tanpa sengaja melirik pria itu. Baru sekarang dia sadar, pria di hadapannya tak hanya tinggi tegap tapi juga tampan dengan aura elegan yang melekat.”
“Selain Jiang Jun, ini pertama kalinya Gu Qingyou melihat seseorang dengan aura kebangsawanan alami yang begitu memikat. Ini adalah yang kedua.”
Pria itu menyerahkan resume yang diambilnya ke tangan Gu Qingyou. "Tadi tidak sakit ya tertabrak?"
Gu Qingyou menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa."
"Anda sebelumnya bekerja di Mo Qing Law Firm?" pria itu bertanya lagi.
Gu Qingyou memperhatikan pria ini yang seumuran tapi memancarkan aura matang nan istimewa. Ia menduga pria ini minimal pengacara senior di firma ini. "Dulu Pak Mo membutuhkan pengacara bilingual Mandarin, saya lolos seleksi. Tapi saya baru dua tahun berpengalaman..."
Senyum pria itu terasa menyejukkan seperti angin semi. "Senang berkenalan, saya Chi Yifeng."
Gu Qingyou sedikit malu, "Saya Gu Qingyou. Senang juga berkenalan, semoga ada kesempatan kerja sama."
Pria itu melihat jam tangannya. "Maaf, ada urusan mendadak jadi..."
Meski terburu-buru, pria ini tetap sopan membantu mengambil resume. Sungguh pria berkelas dengan etika tinggi.
"Maaf menahan waktu Bapak, silahkan." Gu Qingyou minggir memberi jalan.
