Bab 262 Hadiah untuknya
Berkat pengalaman di Mo Qing, proses wawancara Gu Qingyou berjalan lancar. Ia yakin akan diterima di Zhong Zheng Law Firm.
“Karena baru akan menjemput Mumu sore nanti, dia tidak kembali ke Gunung Boming. Sebagai gantinya, dia mencari kafe terbuka di pinggir jalan dan memesan kopi dengan santai.
Saat menunggu kopi, ponselnya berdering. Melihat itu panggilan dari An Yaruo, dia mengangkat telepon dengan senyuman manis. "Akhirnya kau menelepon juga?"
Selama beberapa hari kepergian An Yaruo, Gu Qingyou sebenarnya sudah mencoba menghubunginya. Namun An Yaruo terlalu sibuk bahkan untuk sekadar menerima panggilan, sampai-sampai di malam hari pun masih sibuk dengan peragaan busana.
"Tebak aku di mana?" tiba-tiba An Yaruo bertanya dari ujung sana.
Gu Qingyou menjawab kesal, "Mana mungkin kau di tempat lain? Bukannya masih di Korea?"
"Sudah kuduga kau tidak akan bisa menebak." kata An Yaruo dengan nada penuh kemenangan.
Gu Qingyou menyandar ke kursinya, malas-malasan bertanya, "Lalu di mana kau sekarang?"
"Angkat kepalamu dan lihatlah." ujar An Yaruo.
Secara refleks Gu Qingyou mengangkat kepala. Matanya terbelalak... Detik berikutnya dia bangkit dari kursinya, tak percaya melihat An Yaruo yang sedang menarik koper mendekatinya. "Kau..."
An Yaruo sudah menutup telepon, melambai-lambaikan tangan dengan riang sebelum bergegas menghampiri.
Gu Qingyou masih tak percaya melihat An Yaruo yang seharusnya berada di Korea tiba-tiba muncul di jalanan Kota C. Dia memasukkan ponselnya kembali ke tas, lalu segera memeluk An Yaruo.
An Yaruo juga meletakkan kopernya, memeluk erat Gu Qingyou.
Setelah lama berpelukan, suara An Yaruo terdengar parau. "Sayang... Ya, kau tidak salah lihat. Aku kembali lagi."
“Apa yang terjadi?” Meski berseri-seri menyambut kembalinya An Yaruo ke Kota C, Gu Qingyou tidak lupa menjaga logika untuk menanyakan.
“Soal ini...” An Yaruo tiba-tiba bergumam tanpa kata, setengah hari hanya mampu menahan beberapa patah kata, “Aku akan jelaskan perlahan... Aku duduk dulu pesan kopi.”
Gu Qingyou kembali duduk di kursi, menunggu pelayan memesan kopi untuk An Yaruo, baru dia berkata lagi, “Kau sebelumnya bilang sudah tanda kontrak sepuluh tahun dengan Korea Selatan...”
An Yaruo langka menundukkan kelopak mata, seolah menyimpan kesulitan tak terucapkan, lama baru menjawab Gu Qingyou, “Aku... aku hamil.”
Gu Qingyou seketika menutupi mulutnya yang terkejut, setelah beberapa detik, dia bertanya halus, “Que Yan?”
An Yaruo mengiyakan secara implisit dengan kesunyian.
Gu Qingyou melepas tangan dari mulut, berkerut alisnya, perlahan berkata, “Aku kira kau dan Que Yan...”
“Aku dan Que Yan benar-benar tidak punya hubungan.” An Yaruo tiba-tiba mengangkat level kepalanya, dengan tegas berkata, “Tapi hari itu dia mabuk arak, aku juga tak tahu kenapa gila datang mencariku, lalu... Setelahnya aku juga minum pil kontrasepsi, tak kusangka pil kontrasepsi bisa batal.”
“Tidak ada cara kontrasepsi yang 100% efektif.” Gu Qingyou bersuara berat.
An Yaruo mengangguk, tatapan tiba-tiba menjadi jauh melayang-layang, perlahan berkata, “Aku pikir-pikir, memutuskan untuk menahan anakku ini, sekaligus juga memutuskan memberi tahu orang tua Que Yan urusan ini, lalu menikah dengan Que Yan.”
Gu Qingyou menatap An Yaruo, “Kau sudah pertimbangkan matang-matang?”
An Yaruo menarik napas dalam, tatapannya menyelami Gu Qingyou, berkata dengan tenang, "Aku tahu bagaimana Que Yan akan memandangku atas keputusan ini, tapi sekarang baik untuk anak maupun keluargaku, aku harus melakukan ini."
"Keluargamu?" Gu Qingyou mengerutkan kening, "Ada apa dengan keluargamu?"
An Yaruo menghela napas panjang, "Kau tahu bisnis kecil keluargaku. Kali ini partner bisnis Ayahku menghilang dengan semua uang, tiba-tiba kami punya utang 1.000.000... Jika aku menikah dengan Que Yan, mahar dari keluarga Que saja sudah cukup melunasi utang ini."
"Mengapa tidak kau beri tahu aku?" Gu Qingyou menatap erat An Yaruo, berkata lembut, "Harusnya kau tahu, sekarang meminjamkanmu 1.000.000 itu mudah bagiku."
Benar, meski hubungannya dengan Jiang Jun sudah sampai di titik ini, ia tetap harus berterima kasih padanya.
Ia memberikannya kehidupan berkecukupan dan status sosial yang tinggi.
Kilasan kesedihan muncul di mata An Yaruo, suaranya serak, "Aku sempat ingin mencarimu, tapi saat itu Kak Sheng meneleponku... Ia bilang Direktur Jiang menipumu, dan kau sedang mempertimbangkan untuk meninggalkannya."
Gu Qingyou terpaku sejenak.
Ia mengira sahabatnya tidak tahu, ternyata...
Gu Qingyou perlahan menundukkan kelopak matanya, warna darah perlahan menghilang dari wajahnya.
An Yaruo menatap Gu Qingyou, perlahan berkata, "Di pesawat aku terus khawatir tentangmu, awalnya mau cari ke Jiang Zhai, kebetulan lihat kau minum kopi di pinggir jalan ini... Cuma... make-up mu hari ini agak aneh."
Di relung hati Gu Qingyou tiba-tiba menyebar rasa sakit samar, ia memaksakan senyum tipis, "Hari ini aku melamar kerja di firma hukum, takut dikenali orang, makanya pakai make-up tebal."
"Oh." An Yaruo terlihat bergulat dalam hati sejenak, baru bertanya, "Jadi, kau mau pertahankan pernikahan dengan Direktur Jiang?"
Gu Qingyou masih tak mengangkat pandangan, menatap cangkir kopinya di meja bundar, datar menjawab, "Aku lelah, sekarang cuma mau hidup tenang. Hal-hal yang dulu kukejar, takkan kupaksakan lagi."
"Qingyou..."
An Yaruo mengulurkan tangan.
Gu Qingyou ragu beberapa detik, lalu juga menjulurkan tangannya.
Dua sahabat seperti saudari ini erat menggenggam tangan masing-masing, hanya dinginnya telapak tangan Gu Qingyou yang membuat An Yaruo panik, tapi saat ini ia hanya bisa menghibur, "Apapun keputusanmu, aku pasti mendukung."
Gu Qingyou mengangguk, sekali lagi dalam hati bersyukur pada Tuhan yang memberinya sahabat baik. Ia menarik napas dalam, berkata serius, "Meski cinta antara aku dan Jiang Jun sudah pupus, tapi soal uang ia selalu dermawan. Satu juta pun bisa kuminta padanya."
An Yaruo menggelengkan kepala, "Aku tahu perasaanmu sekarang, kau pasti tak mau meminta bantuan Jiang Jun. Aku memang akan menikahi Que Yan demi anak, jadi biarkan keluarga Que yang menyelesaikan masalah keluarga kami!"
Gu Qingyou mengangkat matanya yang muram, "Kau benar-benar memutuskan menikah dengan Que Yan demi anak..."
An Yaruo menggenggam erat tangan Gu Qingyou, gemetar ringan karena kegelisahan dalam hati, namun dengan tegas berkata, "Kesalahan Que Yan, tak adil jika hanya aku yang menanggung konsekuensinya!"
Gu Qingyou tahu ucapan An Yaruo hanya luapan emosi. Tapi keputusan An Yaruo memberi rumah untuk anak itu tidak salah. Bagaimanapun, merekalah yang membawa anak itu ke dunia, mereka harus bertanggung jawab.
Tentu saja, Gu Qingyou paham betul alasan utama An Yaruo memilih ini: An Yaruo masih belum bisa melupakan Que Yan.
"Seperti yang kau katakan padaku tadi, aku akan mendukung setiap keputusanmu." Ucap Gu Qingyou, namun matanya yang jernih berkilauan sembulan air.
Tak disangkanya, dia dan sahabatnya sama-sama melewati liku-liku perasaan yang begitu berliku...
Masih teringat sebelum bertemu Jiang Jun dan Que Yan, mereka mengira cinta akan membawa kebahagiaan dan manisnya...
Tapi nyatanya, cinta justru terasa pahit, bahkan lebih getir dari kopi yang mengalir di tenggorokan.
Setelah itu, Gu Qingyou dan An Yaruo secara sepaham tidak lagi membahas masalah perasaan, seperti dulu, mereka mengobrol tentang berbagai hal...
Mereka terus mengobrol lebih dari dua jam. Waktu hampir tiba saat Gu Qingyou harus menjemput Mumu pulang dari TK, An Yaruo segera memanggil pelayan untuk membayar. Tak disangka, tatapan An Yaruo tiba-tiba terpaku, ia memandang ke depan dengan terkejut. Gu Qingyou yang bingung dengan ekspresi An Yaruo hendak menoleh ke belakang, ketika suara laki-laki yang familiar terdengar, "Yaru, sudah beberapa hari tidak bertemu."
Gu Qingyou sudah tidak perlu menoleh ke belakang karena tahu orang di belakangnya adalah Jiang Jun.
Ia ternyata sudah kembali dari London!
"Direktur Jiang, aku baru kembali dari Korea Selatan untuk urusan kerja hari ini." An Yaruo menjawab dengan tenang dan sopan sambil anggun bangkit dari kursi, kedua matanya memandang penuh kekaguman pada Jiang Jun seperti bertemu dewa.
"Oh, aku sudah melunasi hutang kalian." Jiang Jun tersenyum pada An Yaruo lalu menuju sisi Gu Qingyou. "Jemput Mumu?"
Gu Qingyou menyadari meski beberapa hari tak bertemu, saat Jiang Jun mulai berbicara dengannya, hatinya masih terasa sakit. Namun ia berhasil menahannya dengan baik, wajahnya terlihat tanpa sedikit pun keanehan sambil mengangkat tas tangan dan bangkit. "Ya, ayo pergi!"
Ye Shuo mendekat membantu An Yaruo memasukkan koper ke bagasi mobil, An Yaruo seketika menggandeng lengan Gu Qingyou.
Jiang Jun berjalan sampai di belakang mereka, terlihat masih ada urusan pekerjaan London yang belum selesai, ponselnya berdering.
Saat Jiang Jun menerima telepon, An Yaruo menggandeng lengan Gu Qingyou, diam-diam berkata padanya, "Dia terlihat masih sangat memperhatikanmu... Kalau bukan karena langsung mencarimu setelah turun pesawat, mana mungkin dia tahu kau sedang minum kopi di sini!"
Gu Qingyou tidak menjawab An Yaruo, dia berpikir, mengapa Jiang Jun tidak tinggal lebih lama di London?
Setelah menjemput Mumu dan mengantar An Yaruo ke apartemen, Gu Qingyou dan Jiang Jun bersama-sama tiba di rumah.
Pasangan Direktur Jiang melihat mereka kembali bersama, tersenyum menganga, seketika mengambil Mumu dan meninggalkan ruang tamu yang begitu luas untuk berdua.
Gu Qingyou tahu kebiasaan Jiang Jun, setiap kali turun dari pesawat, ia selalu mandi dulu. "Kau mandi dulu!" katanya padanya.
Jiang Jun menatapnya dengan fokus penuh, berbisik lembut, "Aku sangat merindukanmu selama di London."
Kalau dulu mendengar kalimat seperti ini dari mulut Jiang Jun, relung hati Gu Qingyou pasti akan manis seperti terendam madu. Tapi sekarang...
Gu Qingyou hanya merasakan debar sakit di dada.
"Ada urusan yang harus kukerjakan." Tanpa menjawab ucapan tadi Jiang Jun, Gu Qingyou memilih untuk berbalik.
Ini tentu hanya alasan, lagipula dia baru bisa memastikan besok apakah bisa bekerja di Zhong Zheng Law Firm, hari ini dia benar-benar tidak ada urusan.
“Aku membeli hadiah untukmu.” Jiang Jun berkata saat Gu Qingyou memutar tubuh.
Gu Qingyou dengan ketidakberdayaan menghentikan langkah, menjawab, “Oh, benarkah? Hadiah apa?” Baru kemudian dia berbalik.
