BAB 281 Mencintaimu Abadi
Lelaki paham melindungi diri seperti Jiang Jun pasti tak mungkin celaka. Gu Qingyou berbalik ke kamar—ternyata Jiang Jun sudah ada di dalam.
Ia baru saja keluar dari kamar mandi, aroma segar sabun masih melekat. Saat ini ia sedang memasang jam tangan di meja samping ranjang.
Rupanya ia baru selesai mandi.
Mungkin karena mengira Jiang Jun tak akan kembali semalam, ditambah tak mendengar gemericik air dari kamar mandi, Gu Qingyou menyangka ia tak pulang. Padahal kedap suara kamar mandi ini sangat baik...
"Kenapa pergi ke pantai sendirian?"
"Pasang jam tangan dengan baik," Jiang Jun menghampiri Gu Qingyou, memegangi bahu kurusnya sambil bertanya lembut.
Gu Qingyou mana mungkin memberitahu Jiang Jun bahwa dia sedang mencari dirinya, dengan lincah mengeluarkan alasan, "Kudengar matahari terbit di laut sangat indah, ingin kulihat. Sayang hari ini mendung."
Mendengar itu, Jiang Jun tertawa, melepaskan bahunya dan mundur. "Bahkan jika cuaca cerah, kau tetap tak bisa melihat matahari terbit sekarang. Waktu terbaik menyaksikannya sekitar pukul lima."
Baru sekarang Gu Qingyou perhatikan kemeja Jiang Jun hari ini adalah yang biasa dipadukan dengan jas, bukan pakaian liburannya akhir-akhir ini. Dia bertanya bingung, "Ada urusan harus pergi?"
Jiang Jun mengenakan mantel jas, "Gantilah gaunmu, akan kuajak ke suatu tempat."
"Ah?"
Saat Gu Qingyou masih bingung, Jiang Jun sudah melingkari bahunya menuju lemari pakaian. Dari beberapa pakaian liburan yang dibawa, ia memilih gaun panjang elegan berwarna perak. "Pakai ini!"
Sejak berhenti berperan sebagai Xia Qingchen, gaya berpakaian Gu Qingyou cenderung kasual. Jarang memakai rok, namun untuk liburan ini Rui'er menyiapkan semua pakaiannya berupa gaun.
Menerima gaun itu, Gu Qingyou bingung sama sekali, "Ke mana?"
Jiang Jun memeluk pinggangnya sebentar. "Sampai di sana kau akan tahu."
……
Jiang Jun menuntun tangan Gu Qingyou menuju pusat pulau kecil itu.
“Gu Qingyou penasaran melihat sekeliling, menyadari selain pohon kelapa tak ada apa-apa, dia tak bisa menahan diri bertanya, ”Apa kita benar-benar harus terus ke tengah? Aku takut kita tidak tahu jalan, nanti tersesat.”
“Bahkan kalau tersesat, selama aku ada, kau tak perlu khawatir.” Jiang Jun mengaitkan jarinya di hidungnya, berkata dengan manja.
Gu Qingyou tak menyangka Jiang Jun bisa bersikap seolah tak ada yang terjadi semalam, perasaan sedih yang tak terucap merambat di hatinya.
“Sampai.”
Mendadak mendengar suara Jiang Jun, Gu Qingyou tersentak dari lamunan, baru menyadari dia telah membawanya ke depan villa kayu mungil di pulau itu.
Gu Qingyou bertanya penuh keraguan, “Ini bagian mana?”
Senyuman tak terbaca di bibir Jiang Jun, ia mengetuk pintu villa kayu. Setelah pintu terbuka, ia menuntun tangannya masuk bersama.
Gu Qingyou tak menduga villa ini menyimpan surga, tidak hanya luasnya luar biasa tapi ternyata tempat konser musik. Mereka termasuk datang terlambat karena konser telah dimulai, dikelilingi penonton yang paham musik.
Jiang Jun dan Gu Qingyou menemukan dua kursi. Mendengar alunan cello dan piano di panggung, ekspresi takjumpada Gu Qingyou, “Tak kusangka villa kayu ini tempat konser, dari luar sama sekali tak terlihat.”
Jiang Jun, agar tidak mengganggu orang-orang yang asyik menikmati musik, membisik di dekat telinga Gu Qingyou, "Meski tempat ini terlihat biasa, banyak musisi yang memimpikan bisa mengadakan konser di sini..."
"Mengapa?"
Alunan musik yang merdu selalu mampu menghibur hati, sehingga suasana hati Gu Qingyou saat ini pun mulai cerah, mengusir kesuraman yang selama ini mengendap di relung hatinya.
"Beberapa musisi dunia terkenal... Martin Allens, Cullen Cage, sebelum meraih ketenaran, mereka semua pernah tampil di sini."
Meski tak terlalu mendalami musik, Gu Qingyou pernah mendengar nama-nama besar tersebut. Dengan rasa ingin tahu, dia bertanya, "Mengapa mereka memilih tampil di sini?"
"Karena musisi terhebat abad keenam belas, Qiong Disi, pertama kali menggelar konser di tempat ini. Saat itu reputasinya belum terkenal, penontonnya hanya segelintir warga pulau. Tapi kabar itu menyebar bak jamur di musim hujan, hingga konsernya semakin ramai sampai akhirnya dia mendunia... Makanya tempat ini dijuluki 'Tanah Mimpi Para Musisi'. Itulah sebabnya banyak musisi brilian dunia yang tampil di sini." Jiang Jun menjelaskan dengan sabar.
Gu Qingyou melirik sekeliling.
Semua penonton konser berpakaian formal, terlihat elegan, dan memiliki aura yang mengesankan.
"Tapi aku tidak paham musik, mungkin hanya bisa membedakan enak didengar atau tidak." Terkejut mengetahui Jiang Jun juga mendalami musik, Gu Qingyou berkata dengan malu.
Jiang Jun tersenyum memandangnya, "Cukup bisa kau dengar indah tidaknya, karena bukan untuk menikmati konser mereka kau ke sini."
"Ya?" Gu Qingyou kembali bingung sama sekali.
Saat itu, di atas panggung seseorang menyebut nama Inggris "Myron", Gu Qingyou merasa agak familiar. Baru ketika menyadari itu nama Inggris Jiang Jun, pria itu telah bangkit dari kursinya.
Sekejap, semua cahaya menyorot Jiang Jun dan dirinya. Di hadapan semua orang, Jiang Jun menjatuhkan ciuman di dahinya.
Gu Qingyou melotot penuh keheranan, memandang tak berkedap pada Jiang Jun.
Jiang Jun tak memberi penjelasan. Ia mengancingkan setelan jasnya, menuju panggung konser.
Pemain cello dan pianis yang baru selesai tampil turun dari panggung. Jiang Jun naik ke atas.
Gu Qingyou memandang Jiang Jun yang penuh semangat di panggung, sama sekali tak paham rencana pria itu. Hingga terdengar suaranya memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris fasih——
"Semuanya, nama saya Myron. Sebenarnya saya tidak ahli musik. Karena ada urusan dengan kurator aula ini, saya minta kesempatan tampil. Yang mendorong saya berdiri di sini adalah satu komposisi piano yang ingin saya persembahkan untuk istriku."
Saat kalimat terakhir terucap, seberkas cahaya terfokus menyinari tubuh Gu Qingyou. Perempuan itu tak tahu berbuat apa, hanya memandang Jiang Jun.
Jiang Jun tersenyum pada Gu Qingyou, lalu mengangguk pada penata cahaya.
Seluruh aula musik menjadi gelap, Jiang Jun duduk di depan piano yang ditinggalkan pianis sebelumnya.
Gu Qingyou tidak pernah tahu Jiang Jun bisa bermain piano, dia menutup mulutnya dengan terkejut.
Jari-jari panjang Jiang Jun dengan ruas tulang yang jelas berhenti di atas piano, mulai memainkan lagu dengan fokus.
Semua penonton di bawah panggung adalah orang-orang yang paham musik, namun setelah Jiang Jun mulai bermain, tidak satu pun yang mundur - mereka semua ternyata menyimak permainannya dengan penuh perhatian.
Memang Gu Qingyou tidak mengerti musik, tapi dia bisa merasakan melodi indah yang dimainkan Jiang Jun, mengelilingi seluruh aula musik dan menciptakan nuansa romantis yang memesona...
Gu Qingyou pernah menonton Titanic, saat itu dia sangat terkesan dengan lagu "My Heart Will Go On" yang menurutnya adalah musik paling romantis di dunia. Tapi sekarang, mendengar sonata piano yang dimainkan Jiang Jun, dia merasa not-not romantis di ujung jarinya tak kalah mengguncang dari lagu itu...
Entah mengapa, selama Jiang Jun memainkan seluruh lagu, mata Gu Qingyou mulai berkaca-kaca. Sementara semua orang di sekitar masih terbuai dalam musik yang baru saja dimainkannya.
Saat ini Jiang Jun sama sekali tidak menunjukkan ketajaman khas dunia bisnis. Dia seperti anak muda pengejar mimpi musik yang bangkit dari piano, bayangan tubuhnya yang tinggi tampan kembali berdiri di depan mikrofon panggung.
Ia menatapnya tanpa berkedip, di hadapan semua yang hadir, di matanya berkilau cahaya air yang samar, dengan suara bernada merdu yang dalam dan berkarisma berkata, "Sebenarnya dulu aku sangat santai, aku suka musik, suka segala hal yang berhubungan dengan seni, jadi dulu aku membayangkan akan menjalani hidup bebas tanpa ikatan, mengembara di dunia ini. Tapi seperti yang kalian tahu, mimpi sering kali tetap menjadi mimpi. Setiap orang tak punya pilihan selain tunduk pada realitas, jadi... akhirnya aku menjadi seorang pedagang."
Karena Jiang Jun mengatakannya dengan nada humor, seketika seluruh ruangan pun tertawa.
Gu Qingyou tidak terkecuali, karena jarang melihat sisi humor Jiang Jun, tatapannya penuh kelekatan mengarah padanya.
Jiang Jun yang saling bertatapan dengannya melanjutkan, "Alasan aku menyentuh piano yang kupikir tak akan kusentuh lagi seumur hidup ini setelah menjadi pedagang, hanya karena aku ingin istriku mengingat momen ini selamanya."
Begitu kata-kata tulus Jiang Jun berakhir, semua pandangan yang hadir langsung tertuju pada Gu Qingyou.
Gu Qingyou menutup mulutnya perlahan karena hidungnya mulai terasa pedih.
Jiang Jun tersenyum, "Qingyou, kau bilang tadi tak mengerti musik, sebenarnya hatiku gembira. Sudah hampir sepuluh tahun aku tak menyentuh piano, jadi permainanku tadi payah. Tapi semua pendengar di sini memberiku toleransi... Bagi yang mengerti, komposisi piano ini seharusnya dikenal sebagai 《Cinta yang Mendalam》, karya pertama Qiong Disi yang membuatnya terkenal di dunia... Kuhadiahkan ini untukmu, semoga kau ingat 'cinta mendalam' pada detik ini."
Gu Qingyou tak paham mengapa ambang menangisnya semakin rendah. Saat ini kabut air telah mengaburkan penglihatannya, hidungnya merah menyala.
Saat wajah Gu Qingyou dipenuhi jejak air mata, Jiang Jun turun dari panggung menghampirinya.
Seperti biasa, ia mengusap jejak air mata di sudut mata dan wajahnya. "Ucapanmu semalam membuatku menderita, tapi juga menyadarkanku bahwa luka masa lalu yang kau tanggung ribuan kali lebih berat dari deritaku semalam. Karena kalimat seperti itu tak sekali kukatakan padamu..."
Gu Qingyou mendesah melalui hidung, tapi air mata tetap mengalir.
Jiang Jun dengan lembut menangkup salah satu sisi wajah Gu Qingyou, berbisik lembut, "Kuharap di hari-hari mendatang, seperti yang terkandung dalam komposisi 《Cinta yang Mendalam》, takkan lagi kubiarkan kau menderita, takkan kuingkari sumpah kita - mencintaimu seumur hidup."
