Bab 289 Qingyou, Aku Mencintaimu
Jiang Jun pulang dari perusahaan, hanya melihat Mumu sedang bermain mainan baru di sofa.
“Mumu, mana Mama?”
“Anak yang fokus bermain dengan cambuk mainannya mendengar suara ayah, baru kemudian dengan berat hati mengalihkan tatapannya dari mainan, berkata penurut, “Mama sedang mencoba baju di kamar!”
“Di kamar mencoba baju?” Jiang Jun mengangkat Mumu, menciumnya dengan penuh kasih.
Mumu memegang mainan dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memeluk leher Jiang Jun, “Mama langsung pergi mencoba baju begitu masuk kamar...”
“Lalu Nenek dan Kakek?”
“Kakek menemani Nenek jalan-jalan di taman.”
“Pekerjaanmu hari ini sudah selesai?”
Mumu mengangguk kuat-kuat, “Ayah, begitu pulang aku langsung menyelesaikan pekerjaan, karena Mama bilang aku baru boleh main kalau sudah selesai mengerjakan tugas.”
“Ya.” Jiang Jun mengusap kepala mungil si kecil, baru kemudian menurunkannya. “Pergi mainlah!”
Si kecil baru merebahkan diri di depan sofa, melanjutkan penelitiannya pada cambuk mainan barunya.
Jiang Jun menuju lantai dua.
……
Tak disangka Jiang Jun, mendorong pintu justru menemukan situasi ini——Gu Qingyou sedang berganti pakaian.
Cahaya senja berpendar menerobos tirai kerudung tipis putih, menciptakan keindahan estetis dan kelembutan. Tubuhnya yang cantik sempurna bagai Dewi Yunani, sekali pandang sudah mampu membuatnya menahan napas.
“Ah——”
Gu Qingyou memeluk erat gaun pesta di tangannya sambil memutar tubuh. Melihat yang masuk adalah dia, barulah menghela napas lega. Dengan nada kesal berkata, “Kenapa kau selalu masuk tanpa mengetuk pintu?”
Karena keluarga Jiang sebelumnya tak pernah sembarangan masuk ke kamar mereka, bahkan Nyonya Jiang Dong pun akan mengetuk pintu terlebih dahulu, maka Gu Qingyou tak pernah memiliki kebiasaan mengunci pintu kamarnya di rumah.
Jiang Jun meletakkan mantel jas yang dipegangnya, melonggarkan dasi, baru kemudian mendekati Gu Qingyou. "Aku harus mengetuk pintu untuk masuk ke kamar sendiri?"
Sambil berkata demikian, ia merangkul pinggang ramping Gu Qingyou, tatapan penuh hasratnya telah tertancap di tubuhnya sejak saat itu.
"Hei..." Gu Qingyou mencengkeram lengan Jiang Jun perlahan, malu dilihat seperti ini. "Biarkan aku berpakaian dulu..."
Tatapan Jiang Jun akhirnya terangkat dengan enggan dari tubuh Gu Qingyou, memandang wajah merah padamnya dengan manja. "Baru pulang sudah kau beri kejutan besar seperti ini..."
Ucapan ini membuat Gu Qingyou semakin merah. "Jangan nakal, aku sedang ada urusan serius!"
Namun Jiang Jun tak mau menurut, menggendong Gu Qingyou secara horizontal.
"Hei, kau ini mau apa..." Baju yang akan dicoba berjatuhan di lantai kayu, Gu Qingyou menghajar seseorang dengan keras.
Jiang Jun menunduk dan dengan lembut mencuri ciuman di bibir Gu Qingyou. "Aku takkan menyia-nyiakan kejutan yang kau persiapkan untukku."
"Kejutan apa sih, aku hanya sedang mencoba baju, aku..."
Lebih banyak kalimat yang hendak terluapkan Gu Qingyou, kembali dibungkam Jiang Jun dengan bibirnya, kali ini dengan cara yang semakin arogan dan tak terkendali.
"Hmm..."
Gu Qingyou sudah tak mampu mengucapkan sepatah kata pun lagi.
Di ranjang putih besar, Gu Qingyou wajah memerah, menahan kedua tangan di dada Jiang Jun, terengah-engah perlahan, "Tidak, obat itu habis..."
"Apa?" Jiang Jun melepaskan tangan Gu Qingyou, mengurung kepalanya di kedua sisi, lalu menunduk menyembur ke lehernya.
"Aku bisa hamil..." Suara Gu Qingyou yang berubah parau karena rangsangan, terengah-engah berkata.
"Kita memang sudah merencanakan punya anak lagi..." Suara Jiang Jun yang tak jelas terdengar.
"Tapi aku belum mau sekarang... Aku..." Baru saja mulai bekerja, jika hamil, Qingyou tak akan bisa bekerja lagi!
"Mumu terlalu kesepian sendirian..."
"Aku tahu, tapi..."
Jiang Jun menggigit daun telinga Gu Qingyou, merayu, "Belum tentu sekali langsung berhasil..."
Saat hembusan napas membara Jiang Jun menyapu, seluruh tubuh Gu Qingyou seperti dialiri listrik, menggigil terus-menerus, akhirnya perlahan kehilangan pertahanan...
……
Ketika Rui'er memanggil mereka makan malam di luar, Gu Qingyou masih lemas merebah di dada Jiang Jun, napasnya belum teratur.
"Ini semua salahmu..."
Pasangan Direktur Jiang di bawah kantor dengan jari kaki saja sudah tahu penyebab anak dan menantu mereka tidak turun makan.
Jiang Jun menunduk mencium rambut basah Gu Qingyou, "Qingyou..."
"Ya?" Gu Qingyou hanya bisa menjawab lemah.
Jiang Jun penuh kasihan mencium lagi rambutnya, "Aku belum pernah merasakan kebahagiaan seperti ini seumur hidupku."
“Mendengar perkataan Jiang Jun, Gu Qingyou dengan susah payah mengangkat kepalanya perlahan, tatapan mata lelahnya penuh kerinduan menatapnya, \"Benarkah?\"”
Jiang Jun memeluk bahu putih Gu Qingyou yang terbuka, \"Aku tahu di relung hatimu selalu ada benjolan, yaitu masa laluku dengan Su Mo.\"”
Gu Qingyou menatap wajah tampannya yang sempurna, perlahan menggigit bibirnya, \"Lagi pula bukankah kau pernah mencintainya?\"”
Jiang Jun menatapnya dengan ketulusan, \"Tapi masa lalu tidak penting, yang penting adalah saat ini.\"”
\"Tapi hari-hari kita berkenalan tidak lebih panjang dari hubunganmu dengan Su Mo.\"”
Tatapan lembut Jiang Jun menyimpan senyuman, \"Apakah perasaan bisa diukur dengan lamanya waktu?\"”
\"Tentu saja, semakin lama waktunya, perasaan pasti semakin dalam.\"”
\"Benarkah?\" Jiang Jun mengangkat dagu Gu Qingyou perlahan, melihat secarik kepedihan yang tersembunyi di balik matanya. \"Yang kau maksud adalah cinta yang tumbuh seiring waktu, tapi di dunia perasaan juga ada yang namanya cinta pada pandangan pertama.\"”
Gu Qingyou memalingkan wajah. \"Jangan bilang kau jatuh cinta padaku pada pandangan pertama, aku ingat saat pertemuan pertama kita, kau bahkan tidak menatapku dengan benar...\"”
Jiang Jun tersenyum lembut, memutar wajah Gu Qingyou. \"Benarkah? Aku tidak menatapmu?\"”
\"Tentu...\"”
\"Itu karena saat pertama bertemu kau langsung menciumku, bagaimana aku bisa menatapmu dengan benar?\"”
Gu Qingyou, \"...\"”
Jiang Jun akhirnya berkata dengan tegas, "Sayang, aku juga pernah mengira seumur hidup tak mungkin melepas Su Mo, tetapi entah sejak kapan, kau telah menggantikan posisinya dan berakar dalam-dalam di relung hatiku..."
Gu Qingyou menatapnya, tatapannya sedikit berkedip. "Benarkah?"
Jiang Jun merangkul punggung halus Gu Qingyou, tak berkedip memandanginya. "Sejak aku tak bisa rujuk dengan Su Mo, kau mulai menempati hatiku, hanya saja aku tak pernah menyadarinya..."
Hidung Gu Qingyou tiba-tiba terasa pedih, ia kembali merebahkan diri di dada Jiang Jun, kedua tangan erat memeluk tubuhnya.
Jiang Jun menunduk dan mencium leher Gu Qingyou dalam-dalam. "Qingyou, Aku mencintaimu."
……
Awalnya Jiang Jun tak berencana makan malam, tetapi mengkhawatirkan lambungnya, Gu Qingyou akhirnya menarik Jiang Jun turun ke lantai bawah.
Setelah makan malam, Jiang Jun pergi ke ruang kerja, sementara Gu Qingyou menemani Pasangan Direktur Jiang di lantai bawah.
Saat mereka sedang mengobrol, ponsel Gu Qingyou berdering. Melihat nomor ibunya, ia memohon maaf pada Pasangan Direktur Jiang lalu menuju ruang tamu kecil untuk mengangkat telepon.
"Qingyou."
Mengingat kebencian ibunya masih lebih besar daripada cintanya, hati Gu Qingyou terasa getir. "Ibu, bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?"
"Qingyou, ibu sudah meneleponmu beberapa kali tapi tak kau angkat. Apakah ini karena halangan dari Jiang Jun?"
Gu Qingyou menggelengkan kepala, lalu menarik napas dalam-dalam, tatapannya tertuju pada taman indah yang diselimuti cahaya kabut di luar. "Jiang Jun tidak menghalangiku, ini keputusanku sendiri."
Gu Xinmei tidak bisa mempercayainya, terdiam cukup lama.
Tatapan Gu Qingyou sedikit membeku, perlahan berkata, "Saat aku tahu Qu Liyuan bukan ibu kandungku, dan ibu kandungku terus mencariku serta berusaha mengenalku, aku sangat bahagia... Karena selama lebih dari 20 tahun ini, meski ada Qu Liyuan sebagai ibu, dia tak pernah merawatku, hanya menjadikanku alat pencari uang, jadi di relung hati aku sangat berharap punya ibu yang mencintaiku..."
"Aku mencintaimu, Qingyou... Ibu benar-benar mencintaimu."
"Tidak..." Gu Qingyou menggeleng, berusaha menekan kepahitan dan kepiluan yang mengganjal di leher. "Anda tidak mencintaiku, yang Anda cintai sejak awal adalah kebencian..."
"Bukan begitu, Qingyou..."
Gu Qingyou memotong ucapan Gu Xinmei, "Ibu, kehadiranmu tidak membawa perubahan baik dalam hidupku, yang kau berikan justru lebih banyak luka..."
"Aku..."
"Aku ingin menghormatimu, merawatmu, melayanimu, tapi jelas Anda tak peduli pada anak ini. Jadi... maaf, mungkin aku tak akan sering mengunjungimu nanti..."
"Qingyou..."
“Gu Qingyou akhirnya menarik napas dalam, "Ibu ditemani Tante Qu, aku tenang... Aku hanya berharap Ibu mau mendengar nasihatku, jangan biarkan kebencian membuat Ibu kehilangan segalanya, saat Ibu masih bisa merasakan kehangatan."
Gu Xinmei terdiam lama, karena tak menyangka, setelah menelepon Gu Qingyou lagi, yang didapat tetap sikap dinginnya.
Gu Qingyou menunduk, tersekat, "Dulu aku janji akan bawa Mumu mengunjungi Ibu, maaf... aku khawatir Ibu akan berbuat jahat pada Mumu, jadi... maaf, terpaksa aku ingkari janji."
Suara rintihan Gu Xinmei terdengar dari ujung telepon.
"Selamat tinggal, Ibu."
Menahan air mata di pelupuk mata, Gu Qingyou langsung mematikan telepon.
"Qingyou."
Mendengar suara Nyonya Jiang Dong, Gu Qingyou buru-buru mengusap sudut matanya.
Nyonya Jiang Dong yang sejak tadi memperhatikan raut wajahnya, menghampiri. "Xinmei yang telfon?"
Gu Qingyou mengangguk.
Nyonya Jiang Dong merangkulnya pelan, "Maaf, kalau dulu Mama tidak melakukan kesalahan, mungkin kau dan ibumu tidak akan terpisah..."
Gu Qingyou menyandarkan kepala di bahu Nyonya Jiang Dong. "Ibu kandungku harus belajar melupakan, karena meski Ibu memisahkan kami, Ibu telah melengkapi kasih sayang ibu yang tak kudapat..."
Nyonya Jiang Dong membelai punggungnya. "Mama yakin Xinmei suatu hari nanti akan bisa memaafkan..."
“Aku juga berharap ada sedikit… Namun sekarang dia dan Shan Yan bersatu menghadapi Jiang Jun, aku tak bisa lagi menjaga komunikasi dengannya. Karena mungkin dia hanya ingin mengorek informasi tentang Jiang Jun dariku.”
Nyonya Jiang Dong menutup mata dengan berat. “Kau tenang saja, Jun'er pasti akan menangani urusan Xinmei dengan baik...”
Gu Qingyou melepaskan pelukan Nyonya Jiang Dong, dengan lembut mengusap air mata yang menggenang di sudut mata sang nyonya. “Ibu, kau juga harus mulai melupakan hal ini… Mulai sekarang, kita sekeluarga akan bersama selamanya.”
