Bab 292 Satu Tamparan
“Nona, sudilah Anda makan sedikit!”
Saat suara Rebeka terdengar lagi, Su Mo baru tersadar dari pikirannya. “Aku tak mau makan, tak ada nafsu.”
Rebeka berkata dengan khawatir, “Jika terus tak makan, tubuhmu akan ambruk.”
Su Mo menggeleng, tetap berdiri di jendela kaca, tatapannya sedikit membeku, “Tenang, aku takkan membiarkan diri ambruk.”
Rebeka memandang wajah pucat Su Mo, tak kuasa menghela napas, “Nona, sejujurnya, menurutku Tuan Shan masih cukup baik pada Anda.”
“Jangan sebut namanya!” bentak Su Mo dengan kemarahan.
Rebeka membelai punggungnya perlahan, “Baik, baik, takkan kusebut lagi. Tapi Anda juga harus berhenti marah, kondisi tubuh Anda sudah lemah.”
Mata Su Mo dengan cepat berkaca-kaca, suaranya tersekat, “Semua karena Shan Yan, aku dan Jiang Jun tak bisa bersatu.”
“Aku tahu selama bertahun-tahun relung hati Nona hanya untuk Direktur Jiang. Tapi sekarang beliau sudah menikah, juga secara langsung menyatakan tak mungkin kembali bersama...” Rebeka kembali menghela napas.
Su Mo mengusap air mata di pipi, bertanya, “Mobil yang diatur Jiang Jun sudah datang?”
Rebeka mengangguk, “Sudah di bawah kantor. Tapi tadi kukatakan pada mereka Nona ingin makan dulu.”
“Aku tidak mau makan, barang-barang sudah siap?” sambil berkata demikian, Su Mo menuju ke kamar.
Rebeka menjawab dengan hormat, “Barang-barang sudah siap semua, apakah sekarang kita akan berangkat?”
“Ya.” Menanggapi sebentar, Su Mo masuk ke dalam kamar.
Xiao Xi sedang serius membaca buku.
Su Mo mendekati anaknya, mengelus kepala Xiao Xi dengan penuh kasih, “Barang-barangmu sendiri sudah siap semua?”
“Ya... Mama, kali ini kita mau pergi ke mana?” Xiao Xi memiringkan kepalanya, bertanya dengan sungguh-sungguh.
Melihat keteguhan di balik sorotan mata anaknya, Su Mo tak kuasa menahan diri memeluk Xiao Xi ke dalam pangkuannya, bertanya dengan suara serak, “Xiao Xi, maafkan Mama, selama beberapa tahun ini Mama selalu membuatmu hidup berpindah-pindah.”
“Mama...” Xiao Xi memeluk Su Mo, bola matanya yang jernih memandang penuh harap, “Setelah sampai tujuan kali ini, bisakah kita menetap di sana?”
Teringat perkataan Jiang Jun kemarin, hidung Su Mo memerah, ia mengangguk, “Ya, kali ini Mama janji padamu, kita tidak akan lari-larian lagi...”
“Apakah Paman Shan juga ikut bersama kita?” Xiao Xi bertanya lagi.
Su Mo seketika menarik napas pendek, berkata serius, “Dia orang luar, mana mungkin ikut bersama kita?”
“Mama, aku sangat suka Paman Shan, bisakah aku berpamitan dengannya?” Sorot mata Xiao Xi menyiratkan permohonan.
Su Mo tidak ragu sedikit pun, menggelengkan kepala, "Paman Shan sekarang berada di Kota H, tapi kita harus segera naik pesawat, jadi..."
"Aku bisa menelepon Paman Shan!" Xiao Xi berkata dengan serius, "Paman Shan pernah bilang, aku boleh telepon dia kapan saja."
Apakah ini hubungan sedarah alami antara ayah dan anak? Sepertinya sejak pandangan pertama pada Shan Yan, Xiao Xi langsung menyukainya.
"Tidak boleh." Su Mo mengangkat Xiao Xi yang sudah cukup berat di usia tujuh tahun lebih. "Xiao Xi, apa yang pernah Mama katakan?" tanyanya dengan sungguh.
Xiao Xi perlahan menunduk, berkata lemah, "Mama bilang, Paman Shan hanya teman Mama. Xiao Xi tidak boleh merepotkan Paman Shan, juga tidak boleh diam-diam meneleponnya."
Su Mo mencium lembut dahi Xiao Xi, "Kamu harus ingat perkataan Mama, mengerti?"
Xiao Xi bersandar lesu di bahu Su Mo, tapi tetap mengangguk penuh pengertian, "Aku mengerti, Mama."
……
Gu Qingyou awalnya menunggu mobil Jiang Jun di persimpangan jalan dekat firma hukum, tapi karena Jiang Jun tiba-tiba bilang ada urusan, akhirnya dia terpaksa menghentikan taksi.
Jalan menuju Gunung Boming yang belakangan ini sering dilalui ternyata mengalami kecelakaan transportasi hari ini, membuat supir taksi memutar ke jalan lain.
Sepanjang siang yang sibuk, Gu Qingyou bersiap untuk beristirahat di taksi, namun saat hendak menutup mata, tanpa sengaja melihat Su Mo dan anaknya keluar dari sebuah hotel bintang lima bersama pelayan Rebeka.
Karena Ye Shuo yang membantu membawa koper Su Mo, Gu Qingyou segera meminta supir taksi untuk berhenti.
Setelah membayar, Gu Qingyou berdiri di pinggir jalan, tertegun memandangi Su Mo dan anaknya di seberang jalan, serta mobil baru milik Jiang Jun.
Apakah Jiang Jun ada di dalam mobil?
Setelah pikiran ini muncul dalam benaknya, Gu Qingyou memperhatikan lalu lintas sekitar lalu Hati-hati menyeberang.
Ye Shuo yang melihat Gu Qingyou tampak terkejut, "Nyonya..."
Mendengar suara Ye Shuo, Su Mo yang sedang membungkuk hendak masuk ke mobil menghentikan gerakannya.
Gu Qingyou menghampiri Su Mo, menyadari Jiang Jun tidak ada di mobil. "Nona Su mau... ke mana?" ujarnya lembut.
Su Mo tidak langsung menjawab. Setelah menatap Gu Qingyou beberapa detik dalam-diam, bertanya, "Qingyou, bisakah kita berbincang empat mata?"
Gu Qingyou memandang Su Mo tanpa memberi respons.
Ye Shuo mendekati Su Mo dan berbisik, "Nona Su, Direktur Jiang berpesan agar jangan menunda waktu keberangkatan Anda."
Su Mo melirik, "Tenang saja Asisten Khusus Ye, aku hanya butuh lima menit."
"Nona Su..." raut Ye Shuo menunjukkan kesulitan.
Saat itu, Gu Qingyou berbicara dengan tenang, "Ye Shuo, biarkan aku berbicara dengan Nona Su selama lima menit!"
Ye Shuo tak bisa melanggar perintah Gu Qingyou, terpaksa mundur ke samping.
Su Mo dan Gu Qingyou keluar dari mobil, berjalan menjauh sekitar sepuluh meter dari Ye Shuo dan mereka.
Su Mo memulai pembicaraan, "Gu Qingyou, aku yakin kau pernah berpesan pada Jiang untuk tak ada hubungan lagi denganku. Tapi kenyataannya, selama aku menghadapi kesulitan, Jiang tetap memperhatikanku, seperti sekarang dia membantuku pergi lagi!"
Gu Qingyou tak menyangka ekspresi lembut di wajah Su Mo justru mengeluarkan kata-kata sindiran tajam. Seketika seluruh tubuhnya terpaku.
"Kenapa? Tak menyangka melihat sisi lain dariku?" Su Mo menyipitkan mata penuh ejekan.
Setelah lama terdiam, Gu Qingyou akhirnya berbicara datar, "Jiang Jun menduga ada dalang di balik layar yang menyuruhmu merusak hubungan kami. Ternyata, tak ada sama sekali dalang itu."
"Ini bukan salah Jiang Jun. Sejak aku mengenalnya hingga hari ini, dia tak pernah melihat sisi gelapku." Kilatan kepuasan diri muncul di sorot mata Su Mo.
Wajah Gu Qingyou mengeras. Ia menatap Su Mo sambil bertanya tenang, "Dulu kau bukan orang seperti ini. Kalau tidak, sejak awal kau tak akan memuluskan hubunganku dengan Jiang Jun."
“Manusia memang bisa berubah.” Su Mo tiba-tiba menyipitkan matanya, berkata dengan suara berat, “Dulu kukira aku bisa menjadi orang yang rela berkorban, asalkan Jiang bahagia. Tapi ketika kulihat betapa baiknya ia padamu, kedengkian bagai pedang tajam yang terus menyiksa hatiku... Kutujuk ketidakadilan langit! Padahal sudah kurbankan segalanya untuk Jiang, tapi akhirnya kau yang tak pernah berbuat apa-apa untuknya malah mendapatkan semuanya!”
Gu Qingyou tidak menjawab.
Su Mo melanjutkan, “Aku beri tahu kebenaran: kepergianku kali ini hanya taktik sementara... Akan kubuktikan bahwa di relung hatinya, orang yang paling Jiang perhatikan tetaplah aku! Ia hanya bersamamu karena orang tua dan anak!”
“Ucapan itu sudah kau lontarkan sebelumnya, jelas tak ada dampaknya.” Gu Qingyou menjawab datar. “Sekarang apapun yang kau katakan, aku akan percaya pada Jiang Jun. Kecuali ia sendiri yang mengakui masih punya perasaan padamu, tak akan ada lagi kesalahpahaman antara kami.”
“Kau yang bahkan belum lulus kuliah, sedangkan Jiang lulusan universitas top Amerika, tak malu jugakah merasa diri layak untuknya?” Sorot mata Su Mo dipenuhi cemooh, mendengus sinis. “Gu Qingyou, jujur saja, kau benar-benar tak tahu malu... Hubunganmu dengan Jiang terjalin karena kau menjual diri! Kalau bukan karena kau merayu mati-matian di ranjang, mana mungkin Jiang tertarik? Nyatanya, kau bahkan kalah dari Xia Qingchen yang punya nama asli saja tak dianggap Jiang, masa iya...”
Pak——
Gemuruh tamparan menggema. Ye Shuo dan yang lain yang mendengarnya langsung membeku.
“Contoh Teks A-1.”
Gu Qingyou dengan dingin berkata pada Su Mo, “Tamparan ini adalah balasan untuk penghinaanmu padaku tadi... Benar, aku memang tidak punya latar belakang keluarga bagus atau pendidikan tinggi, tapi aku tak pernah merasa tidak layak untuk Jiang Jun. Bagiku, Jiang Jun hanyalah manusia biasa. Selain itu, kata-kata kotor yang kau ucapkan untuk menghinaku tadi justru menunjukkan kekampungan dan keburukanmu. Jadi, keputusan Jiang Jun untuk tidak memilihmu memang tepat.”
Su Mo tidak menjawab. Dia menutupi pipinya sendiri, air mata mengalir deras dari matanya.
Melihat ekspresi menyedihkan Su Mo saat ini, Gu Qingyou tidak begitu mengerti. Bagaimanapun, 15 menit lalu Su Mo masih bersikap arogan.
Tapi detik berikutnya, Ye Shuo langsung memberi jawaban pada Gu Qingyou.
“Direktur Jiang.”
Saat suara Ye Shuo masuk ke telinga Gu Qingyou, tubuhnya terkejut. Dia menoleh ke Jiang Jun dengan ekspresi terheran-heran.
Su Mo saat ini sudah menangis tersedu-sedu seperti kelopak pir tertiup hujan, meski hanya isak tangis tanpa suara.
Gu Qingyou tidak tahu sejak kapan Jiang Jun datang. Tapi gerakan Su Mo yang menutupi wajah jelas memberi tahu Jiang Jun apa yang baru saja terjadi.
Que Yan datang bersama Jiang Jun. Mobil yang parkir di pinggir jalan juga milik Que Yan.
Que Yan cepat-cepat berpindah dari samping Jiang Jun ke sisi Gu Qingyou, berbisik bertanya, “Apa yang terjadi? Dari jauh Jun dan aku melihat kau menampar Su Mo?”
Gu Qingyou akhirnya tahu bahwa Su Mo sengaja memancing amarahnya tadi. Tak disangka liciknya Su Mo sedalam ini. Gu Qingyou menarik napas dalam, lalu menghampiri Jiang Jun.
Ekspresi Jiang Jun tenang hingga tak terbaca isi hatinya.
Gu Qingyou menatapnya, mulai bicara. "Jika kukatakan tadi Su Mo menghinaku dengan kata-kata kasar, apa kau percaya?"
"Naik mobil dulu." Suara Jiang Jun lembut, namun tak menjawab pertanyaannya.
"Kau tak percaya padaku?" tanya Gu Qingyou.
"Nanti kita bicara di rumah." Setelah mengucapkan itu, Jiang Jun berjalan mendekati Ye Shuo.
Ye Shuo menunduk, berbisik gugup. "Direktur Jiang, ini semua kesalahan hamba. Hamba gagal mengantar Nona Su ke bandara tepat waktu, sehingga Nyonya bertemu dengannya."
Tatapan dingin Jiang Jun menyapu Ye Shuo. "Antar dia ke bandara sekarang! Jika terlambat lagi, kau tak perlu kembali!"
"Baik."
