Bab 306 Tinggal Beberapa Hari di Lanxi
Di sebuah hari musim dingin yang cerah, Gu Qingyou dan An Yaruo duduk di bukit kecil Taman Jiang Zhai menikmati mentari hangat, di depan mereka Mumu menuntun layangan sambil berlarian riang.
"Sungguh iri padamu... Direktur Jiang memperlakukanmu begitu baik, kau juga punya anak laki-laki pintar dan menggemaskan." An Yaruo tak kuasa mengeluarkan kata-kata haru lagi.
Belakangan ini setiap ada waktu luang, An Yaruo selalu datang ke Jiang Zhai menemani Gu Qingyou, sekaligus mengusir rasa bosannya.
"Kau juga bisa, asalkan mau melangkah keluar." Gu Qingyou menoleh ke sahabatnya, wajah cantiknya berseri dengan senyum bahagia, berucap lembut.
“Aku tak mau lagi memikirkannya……” An Yaruo mendesah, tangan mengelus perut bagian bawah, bicara terbata-bata, “Saat ini aku hanya berharap anak ini sehat-sehat saja, hal lain tak kupedulikan lagi……”
Membahas kesehatan anak, Gu Qingyou teringat janin dalam perutnya sendiri.
Meski pemeriksaan kehamilan terakhir menunjukkan tak ada masalah, kegelisahan masih menggerogoti relung hatinya.
Melihat ekspresi kontemplatif Gu Qingyou, An Yaruo berkata tulus, “Qingyou, kau tak perlu terlalu khawatir… Meski tak bisa menjamin anakmu pasti selamat, tapi dengan Direktur Jiang di sisimu, apapun yang terjadi ia akan menemanimu, bukan?”
Gu Qingyou mengangguk, menunduk memandangi perutnya. “Jika Tuhan ingin menghukum, hukumlah aku. Anak ini tak bersalah.”
An Yaruo menepuk lembut bahu Gu Qingyou, “Jangan overthinking. Mungkin janinmu benar-benar baik-baik saja.”
Desahan panjang meluncur dari bibir Gu Qingyou, berharap ramalan Yaru menjadi kenyataan.
Tiba-tiba kepala rumah tangga menghampiri mereka.
“Nyonya Muda.”
Menangkap raut wajah sang pelayan yang tak biasa, Gu Qingyou buru-buru bertanya, “Ada masalah, Pak?”
“Tuan Ye dan Direktur Jiang bertengkar di ruang kerja. Bahkan Nyonya tak bisa melerai.” Jawab sang kepala rumah tangga.
Alis Gu Qingyou berkerut, “Jun sudah pulang?”
Sang pelayan mengangguk, “Awalnya Direktur Jiang hendak menemui Nyonya di taman, tiba-tiba Tuan Ye memanggil Direktur Jiang ke ruang kerja, kemudian mereka bertengkar di sana.”
Gu Qingyou segera bangkit dari padang rumput. "Yaru, mohon bantu jaga Mumu sebentar, aku mau lihat ada urusan apa."
"Baik, segera pergilah!" ujar An Yaruo.
Sepanjang perjalanan kembali, Gu Qingyou bertanya dengan khawatir, "Kau tahu penyebab pertengkaran mereka?"
Kepala rumah tangga menjawab jujur, "Mereka berdiskusi di ruang kerja dengan pintu terkunci, bahkan Nyonya pun tak tahu alasannya."
"Cepatlah!" Gu Qingyou tahu Jiang Jun selalu menghormati Direktur Jiang, bahkan jarang sekali menentangnya. Pertengkaran kali ini sepertinya menyangkut urusan serius.
……
Saat Gu Qingyou tiba di ruang kerja lantai satu, Jiang Jun sudah tidak ada di sana. Wajah Direktur Jiang memerah marah, dadanya gemetar tak terkendali.
Nyonya Jiang Dong melotot dingin pada suaminya, "Sudah sepuh masih punya tenaga untuk marah-marah pada anak sendiri?"
Untuk mencegah pertengkaran lanjutan, Gu Qingyou segera menghibur ibu mertuanya. "Ibu, jangan marah pada Ayah. Mari bicara baik-baik."
"Bicara baik bagaimana?" Suara Nyonya Jiang Dong kembali lembut penuh kasih. "Jun'er jarang pulang awal. Tadinya mau mencarimu di taman, tiba-tiba dipanggil ke ruang kerja dan dimarahi tanpa alasan jelas..."
"Pasti Ayah punya alasan penting." Gu Qingyou mengusap lembut dada ibu mertuanya. "Ibu, biarkan Ayah tenang dulu sebentar."
“Ia seharusnya instropeksi diri!” Nyonya Jiang Dong melemparkan kalimat itu, lalu menuntun tangan Gu Qingyou, langsung meninggalkan ruang kerja.
Di pintu, Nyonya Jiang Dong berkata dengan kelembutan, "Qingyou, kau pergilah menjenguk Jun'er. Tak perlu khawatir tentang Ayahmu di sana."
Gu Qingyou juga tak tahu bagaimana menghibur Direktur Jiang, hanya berpesan pada Nyonya Jiang Dong, "Ibu, Ayah dan Jiang Jun selalu rukun. Kali ini mungkin benar-benar ada urusan. Janganlah Ibu menyalahkan Ayah dulu, biarkan aku tanyakan ke Jiang Jun sampai jelas."
Nyonya Jiang Dong melirik suaminya di ruang kerja dengan kesal, mengangguk sebentar.
Gu Qingyou tersenyum pada Nyonya Jiang Dong, baru kemudian menuju kamar tidur.
Di kamar tidur mewah bernuansa rendah hati, Jiang Jun bersandar di sofa. Dasi di lehernya sudah kendur ditariknya, dua kancing kemejanya juga terbuka.
Gu Qingyou duduk di samping Jiang Jun, tersenyum lembut. "Sepertinya kau marah... Tapi perseteruan antara ayah dan anak takkan bertahan semalam, bukan?"
Wajah Jiang Jun sangat muram dan dingin, bibir tipisnya yang sempurna melengkung terkunci rapat.
Gu Qingyou menangkup wajah Jiang Jun, tersenyum manis menatapnya. "Sudahlah, jangan marah lagi..."
Ekspresi dingin Jiang Jun perlahan mencair, tapi tiba-tiba ia menariknya duduk di pangkuannya.
"Mau apa?" Gu Qingyou tersipu menepuk lengan Jiang Jun.
Jiang Jun tak menjawab, hanya terus menatapnya.
Gu Qingyou mengangkat kepala, baru melihat dengan jelas kekacauan perasaan kompleks di balik sorotan matanya.
Ia memeluknya erat, melingkari tubuhnya ke dalam pangkuannya sendiri.
Kepalanya terkubur di lehernya, dengan penuh gairah menciumi lehernya sambil bergerak perlahan. "Jangan begini..." Gu Qingyou perlahan mendorongnya. "Mama masih menungguku untuk memberitahukan situasi."
Baru kemudian, Jiang Jun perlahan melepaskannya, melirik foto gaun pengantin mereka di meja samping tempat tidur. "Keluarga Jiang memiliki vila di Lanxi, lingkungannya sangat baik. Maukah kita tinggal di sana beberapa hari?"
"Mengapa?" Gu Qingyou bertanya dengan keraguan.
Tatapan Jiang Jun kembali dingin, "Tidak ada alasan khusus. Hanya tidak ingin lagi bertengkar dengan Ayah."
"Jiang Jun..."
Jiang Jun memeluk bahunya sambil sudah menekan nomor telepon Ye Shuo. "Siapkan mobil ke Lanxi."
……
Saat Ye Shuo dan Rui'er membawa barang yang sudah dipersiapkan dari lantai dua, Gu Qingyou masih membujuk Jiang Jun. "Tidak bisakah masalah ini diselesaikan dengan baik melalui dialog? Mengapa harus bersikap keras seperti ini dengan Ayah?"
Jiang Jun mencium pipi Gu Qingyou, "Aku masih ada urusan di perusahaan. Nanti sore aku akan langsung ke Lanxi." Setelah berkata demikian, Jiang Jun pergi meninggalkan ruang tamu.
Gu Qingyou mendesah. Saat itu, Nyonya Jiang Dong sudah mendekatinya.
"Bagaimana bisa terjadi seperti ini?"
Nyonya Jiang Dong menatap bayangan tubuh anaknya yang menjauh, berkata dengan khawatir.
“Gu Qingyou menggandeng Nyonya Jiang Dong, menghibur, “Ibu, kurasa Jiang Jun dan Ayah hanya sedang emosi sesaat, berpisah beberapa hari biar amarah keduanya reda juga baik.”
Tak disangka urusan bisa separah ini, bahkan bujukan dia pun tak didengar Jiang Jun, terlihat perselisihan antara Jiang Jun dan Direktur Jiang kali ini cukup serius.
“Masalahnya pasti ada di Jiang Huai.” Nyonya Jiang Dong berkata pasrah. “Jun'er selalu menghormatinya.”
Gu Qingyou terkejut, “Jadi, Ayah juga tidak memberitahu Ibu penyebab pertengkaran mereka?”
Nyonya Jiang Dong mengangguk, “Ayahmu juga tutup mulut...Dengar aku bilang Jiang Jun dan kau akan tinggal di Lanxi beberapa hari, dia juga tak bereaksi.”
“Ibu, sepertinya kita harus bergerak terpisah.” Untuk mencairkan suasana tegang di rumah, Gu Qingyou tersenyum ke Nyonya Jiang Dong. “Ibu tenangkan Ayah, aku yang urus Jiang Jun.”
Nyonya Jiang Dong ikut tersenyum, “Baik, fasilitas di Lanxi kurang memadai, akan kusuruh Rui'er ikut denganmu.”
Gu Qingyou menyandarkan kepala di bahu Nyonya Jiang Dong, “Ibu tenang saja, aku akan merawat baik-baik Jiang Jun dan Mumu.”
Nyonya Jiang Dong memiringkan kepala, meliriknya, “Kau harus merawat dirimu sendiri, sekarang kau bukan satu orang...”
Gu Qingyou mengangguk penurut, “Patuh pada perintah.”
Nyonya Jiang Dong seketika tertawa dibuatnya.
……
An Yaruo ikut pergi bersama Gu Qingyou ke vila di Lanxi.
Ini adalah vila bergaya manor Eropa lainnya. Meski kemegahannya tak sanggup melawan Jiang Zhai, lingkungan sekitarnya tak kalah dari Jiang Zhai, sangat sunyi dan elegan.
An Yaruo berkeliling di taman sambil berkata, "Ck ck, orang kaya memang paham nikmatnya hidup. Vila mewah ini sepertinya harganya minimal ratusan juta!"
Gu Qingyou tak berperasaan memikirkan nilai vila ini. Dengan perasaan kehilangan dia berkata, "Ayah dan Jiang Jun sama-sama tak mau mengungkap alasan pertengkaran mereka. Aku punya firasat buruk."
"Kau tak perlu repotkan urusan rumit ini. Direktur Jiang pasti bisa menanganinya sendiri," kata An Yaruo.
Gu Qingyou menunduk melihat si kecil. "Mumu, kita tinggal di sini beberapa hari, setuju?"
"Mama, kenapa kita harus tinggal di sini? Kenapa Nenek dan Kakek tidak ikut?" tanya si kecil.
Gu Qingyou merayu, "Ini semacam liburan. Beberapa hari lagi kita pulang."
"Oh."
An Yaruo segera mengangkat si kecil dalam dekapan. "Mumu, Bibi Yaru baru lihat ada ayunan di taman. Mau main ayunan?"
Mata bening si kecil langsung terbelalak cerah. "Di bagian mana... Aku mau..."
An Yaruo mengelus hidung mungilnya. "Bibi antar sekarang..."
Gu Qingyou menarik pergelangan tangan An Yaruo. "Kau bercanda? Bagaimana bisa kau temani Mumu main ayunan?"
Dia tak lupa tubuh si Nizi ini baru saja membaik sedikit, jika ada masalah dengan anak, dia tak tahu bagaimana harus memberi tahu Que Yan!
"Kau tak perlu khawatir, aku sedang bernostalgia masa kecil. Nanti aku suruh pelayan mengayunkan Mumu, aku hanya akan menonton dari samping, takkan ikut campur." An Yaruo menjamin.
Gu Qingyou akhirnya melepas pergelangan tangan si kecil itu. "Kalau begitu pergilah... Malam ini makan di sini saja."
"Nanti lihat lagi." Sambil berkata demikian, An Yaruo mengedipkan mata ke arah Gu Qingyou. "Kau tahu aku selalu benci jadi lampu neon..."
Gu Qingyou, "..."
An Yaruo menggendong Mumu, berjalan riang menuju ayunan di taman.
Gu Qingyou berencana merapikan kamar terlebih dahulu. Tiba-tiba, ponsel di sakunya berdering.
