Bab 337 Mengajukan Diri
“Benarkah?” Ekspresi mencibir muncul di wajah An Yaruo. “Kenapa aku ingat, dia pernah menyebabkan Direktur Sheng masuk penjara demi akuisisi Grup Shengyuan? Apakah Direktur Sheng juga orang materialistis?”
Que Yan mendengus, "Setelah itu, Jun sudah memberikan kompensasi pada Sheng Jingchuan. Kalau tidak, kau kira Sheng Jingchuan bisa bermitra denganku membuka lahan baru di Prancis?"
"Apa gunanya kompensasi setelah kejadian?" An Yaruo membentak. "Apa aku harus melupakan permusuhan lama hanya karena kau menampar lalu memberi kue manis?"
Que Yan menatap dingin An Yaruo, suaranya berat, "Kau tak paham urusan dunia bisnis. Jangan ukur tindakan Jun dengan moralitas! Semua yang terjun ke bisnis pasti punya noda, termasuk aku!"
"Jadi kau dan Direktur Jiang itu sama buruknya!" An Yaruo berbalik pergi setelah melontarkan kalimat itu.
Que Yan menggigit giginya melihat wanita yang tubuhnya sedikit lebih berisi karena hamil itu, "An Yaruo, berhenti! Jelaskan maksudmu!"
An Yaruo melambaikan tangan acuh, "Lebih baik kau jelaskan pada saudaramu apakah dia benar-benar menjerumuskan orang atau tidak!"
……
Dari taman, Que Yan langsung menuju lantai dua Jiang Zhai.
Di ruang kerja lantai dua, ia menemukan Jiang Jun.
Jiang Jun bersandar di sofa. Siluet bayangan menyelimuti tubuhnya yang membelakangi cahaya. Segelas anggur merah di tangannya mempertegas aura dinginnya yang mengerikan.
“Que Yan yang biasanya selalu bicara sembarangan, saat ini pun tak berani ngomong sembarangan. Bahkan dengan sangat resmi ia mengetuk pintu kamar sebelum akhirnya masuk ke ruang kerja. "Situasi umumnya baru saja Yaru sudah ceritakan padaku... Sejujurnya, secara lahiriah kecurigaan terhadapmu memang yang terbesar!" ujar Que Yan pelan sambil duduk.
Jiang Jun diam-diam mengangkat gelas dan meneguk anggur merah, tanpa berkata sepatah kata pun.
Que Yan berpikir sejenak, lalu melanjutkan, "Karaktermu bahkan aku yang sudah mengenalmu bertahun-tahun sulit memahaminya, apalagi Qingyou... Jadi, kalau Qingyou salah paham, jelaskan baik-baik! Wanita akan baik-baik saja begitu kemarahannya reda!"
Namun Jiang Jun seolah tak mendengarkan perkataan Que Yan. Setelah meneguk anggur merah lagi, barulah ia berbicara datar, "Pergi ke kantor polisi untuk memberi tahu bahwa Qingyou mencabut tuduhan terhadap Chi Yifeng."
"Ah?" Que Yan mengira salah dengar, bertanya lagi, "Kau berniat melepaskan Chi Yifeng?"
Jiang Jun tetap diam, mengiyakan secara implisit.
Que Yan terkejut hingga bangkit dari sofa, bola matanya melotot, "Kalau bukan Chi Yifeng si pembunuh, lalu siapa? Kalau kau lepaskan dia, aku jamin dia pasti akan membuat keributan lagi... Sekarang saja dia sudah membuatmu dan Qingyou bertengkar, belum lagi tipu muslihat licinnya nanti! Yang paling parah, Chi Yifeng ini orang keluarga Mu. Begitu sayapnya berkembang, tidak akan semudah sekarang untuk menghadapinya!"
"Qingyou bagaimana?" Jiang Jun sepertinya sudah tak ingin melanjutkan diskusi, bertanya lembut.
Que Yan mengerutkan alis, "Jun, kau tak benar-benar mau aku ke kantor polisi menyapa ya?"
Jiang Jun memandang Que Yan dengan tatapan tenang.
Que Yan seketika membuat gerakan tutup mulut, lalu berkata, "Qingyou pergi ke apartemen Bibi Shu, katanya mau tinggal di sana dua hari."
Jiang Jun meletakkan gelas arak di tangannya, bangkit dari sofa.
Que Yan buru-buru bertanya, "Hei, mau ke mana?"
Jiang Jun tak menjawab, hanya menyisakan bayangan punggung dingin yang menjauh.
……
Di dalam apartemen, Gu Qingyou mengangkat bingkai foto, menatap lama senyum penuh kasih Bibi Shu yang berkilau tanpa mengalihkan pandangan.
A Ling melihatnya, menghibur, "Nyonya Muda, Ibu Bi sudah pergi, Anda tak perlu terlalu sedih. Percayalah di alam baka pun Ibu Bi tak ingin melihat Anda begini."
Gu Qingyou bersuara lemah, "Aku tak pernah memberi imbalan apapun pada Bibi Shu, tapi dia malah kena imbasku..."
A Ling merangkulnya pelan, "Nyonya Muda, ini bukan urusan Anda, tak perlu menyalahkan diri..."
Gu Qingyou memejamkan mata sebentar, kepedihan di relung hati baru sedikit mereda, lalu mengembalikan bingkai foto ke lemari. "Aku baik-baik saja."
"Silakan duduk sebentar, aku akan ambilkan air untuk Anda." kata A Ling.
Gu Qingyou mengangguk perlahan.
Tiba-tiba bel pintu apartemen berbunyi.
A Ling yang sedang bersiap mengambil air langsung berbalik membuka pintu.
Begitu melihat tamunya Jiang Jun, A Ling membeku sejenak sebelum akhirnya memanggil hormat, "Direktur Jiang."
Gu Qingyou menyandarkan diri di sofa hendak menutup mata sejenak, tiba-tiba mendengar suara A Ling. Dia membuka matanya dengan ekspresi terkejut.
Saat itu, Jiang Jun sudah memasuki pintu, pandangannya bertaut dengan tatapan Gu Qingyou.
Melihat situasi ini, A Ling yang paham situasi segera pergi ke kamar apartemen untuk membersihkan.
Gu Qingyou langsung bangkit dari sofa, di matanya terlihat kebingungan, seolah tak percaya bahwa yang datang benar-benar Jiang Jun.
Jiang Jun seakan enggan melepas, menopang pinggang Gu Qingyou. Tatapannya yang dalam penuh kasihan menatapnya, suara parau berkata, "Kau bilang ada pembunuh, baik... aku bebaskan Chi Yifeng, akan kuselidiki pembunuh ini."
Pandangan Gu Qingyou sangat rumit, seolah tak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut Jiang Jun.
Jiang Jun tiba-tiba menekan punggung Gu Qingyou, merangkulnya ke arah diri sendiri. "Aku tak mau bertengkar denganmu... Sayang, kita tak perlu melukai perasaan kita karena orang luar."
Gu Qingyou menyandar di bahu Jiang Jun, tapi tak memeluknya seperti biasanya. Perlahan dia berkata, "Kau bisa memutuskan membebaskan Chi Yifeng, aku tahu ini tak mudah. Tapi Jiang Jun... kau tak boleh terus begini."
Tubuh Jiang Jun yang berat sedikit gemetar. Perlahan dia melepas Gu Qingyou, tak berkedip menatap wajah mungilnya. Suara parau penuh kekecewaan, "Apakah kau masih mengira aku yang menjerumuskan Bibi Shu sampai mati?"
"Manusia berbuat, langit yang menilai..." Suara datar Gu Qingyou yang menundukkan kelopak matanya menghindari tatapan kecewa Jiang Jun, "Sekalipun kali ini aku bisa memilih menutupi kesalahan, lain kali mungkin kau takkan bisa lolos dari hukuman. Karena benar dan salah pada akhirnya akan mendapat balasannya."
Tangan Jiang Jun yang semula menempel di punggung Gu Qingyou perlahan-lahan melepaskan genggamannya.
Di matanya tergambar kekalahan, kekecewaan, kepedihan, dan derita yang tak terucapkan.
Setelah keheningan yang terasa sangat panjang, suara parau Jiang Jun akhirnya terdengar, "Aku selalu mengira kaulah orang yang paling memahami diriku di dunia ini. Tapi kini baru kusadari, justru kaulah yang paling tak mengerti aku."
"Kau tak seharusnya berkata begitu." Gu Qingyou menarik napas dalam, menahan gumpalan kesedihan yang mengganjal di lehernya. "Seharusnya akulah yang mengira sudah memahami seluruh dirimu, tapi nyatanya sama sekali tak kumengerti."
Jiang Jun terkekeh getir. Pandangannya beralih ke jendela apartemen, hanya garis wajahnya yang dingin dan tegang yang mengungkapkan amarah dan depresi yang dipendamnya.
Gu Qingyou berbalik menghampiri jendela. "Urusan Bibi Shu... Aku bisa berpura-pura tak tahu apa-apa. Karena kau adalah ayah Mumu. Tapi aku tak sanggup melanjutkan hubungan ini bersamamu."
Tatapan dalam Jiang Jun menancap di bayangan ramping punggung Gu Qingyou. "Apa maksud ucapanmu itu?"
Gu Qingyou memejamkan mata, seolah mengalami pergulatan batin yang berat sebelum akhirnya membuka kelopak matanya. Dengan tempo bicara yang perlahan ia berkata, "Kita berbeda. Sekalipun dipaksakan untuk terus bersama, pada akhirnya perbedaan itu akan membawa kita ke hari perceraian."
"Maksudmu ingin bercerai denganku?" Jiang Jun menyipitkan mata, terlihat tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Gu Qingyou baru berbalik badan, berusaha melototkan matanya agar tidak berkaca-kaca. "Ya... Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini bersamamu, Jiang Jun."
"Tanpa menyelidiki sampai tuntas, kau sudah menghukum matiku begitu saja?"
"Aku mengenalmu... Yang kau pedulikan hanya orang tuamu, aku, Mumu - orang-orang terdekatmu. Sisanya kau anggap tidak penting sampai nyawa mereka pun kau abaikan... Bahkan Bibi Shu sekalipun, selama dia mengancam hubungan kita, kau akan bertindak."
Ucapan Gu Qingyou bagai bilah pedang tajam yang menusuk-nusuk jantung Jiang Jun.
Wajah Jiang Jun semakin muram, dinginnya bagai ruang es.
Dengan tenang Gu Qingyou melanjutkan, "Aku tidak akan memberitahu alasan perceraian kita pada Ayah Ibu. Kuharap kedepannya kau bisa mengundurkan diri... Kita semua bisa memulai kembali."
