Bab 343 Mempertahankan Hati
Di kantor yang sunyi, hanya terdengar suara gesekan pena di atas kertas putih.
Saat kantor benar-benar hening, barulah Gu Qingyou mengangkat kepala, menatap pria yang duduk berhadapan.
Sementara di seberang, orang itu sudah bersandar di kursi kulit asli hitam, wajahnya hanya menyisakan kedinginan dan kefakuman.
Pengacara memasukkan dokumen yang baru mereka tanda tangani ke dalam tas kerja, lalu berkata, "Kedua pihak telah menandatangani surat cerai yang sah secara hukum. Jika tidak ada hambatan, pernikahan kalian akan resmi bubar dalam seminggu. Tentu saja selama masa ini kalian tidak bisa lagi mengubah keputusan, karena perjanjian sudah berlaku... Jadi, bisa dikatakan kalian sekarang sudah resmi bercerai."
Mendengar penjelasan pengacara, Gu Qingyou menunduk memandang permukaan meja.
Setelah merapikan tas kerjanya, pengacara berpamitan pada Jiang Jun lalu keluar dari kantor.
"Masih ada urusan?"
Suara Jiang Jun terdengar, membuat Gu Qingyou akhirnya mengangkat kepala.
Sepertinya tak menyangka nada bicaranya bisa menjadi sedingin ini, Gu Qingyou terdiam sejenak sebelum perlahan bertanya, "Bolehkah aku bertemu Mumu sekali lagi? Yang terakhir?"
"Tidak."
Melemparkan dua suku kata itu, Jiang Jun langsung bangkit dari kursi kulitnya. Tanpa sekalipun melirik ke arah Gu Qingyou, ia menekan tombol interkom di meja kerjanya. "Ye Shuo, tolong antar Nona Gu keluar."
Saat tiga kata "Nona Gu" itu masuk ke telinga Gu Qingyou, hatinya seperti dipukul berat. Sesak dan perih tiba-tiba menyergap, membuatnya ingin memeluk dada.
Beberapa saat kemudian, Ye Shuo masuk dari luar. Di balik tatapannya, terpancar kedinginan yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya pada Gu Qingyou. "Silakan, Nona Gu."
Perlahan Gu Qingyou bangkit dari kursi. Ia hendak pergi, tapi tanpa sengaja bertemu dengan tatapan Jiang Jun yang mengawasinya.
"Kau masih ada urusan?" tanya Gu Qingyou pelan.
Jiang Jun menatap wajah sempurna Gu Qingyou, suaranya dingin. "Aku tak pernah menyesali satu pun keputusan atau kesalahan yang kubuat. Tapi sekarang, aku menyesal telah meninggalkan Su Mo dan memilihmu. Itu satu-satunya kesalahan seumur hidupku."
Gu Qingyou memaksakan senyum tipis. "Benarkah? Kesalahan terbesarku adalah pernah mencintaimu." Setelah mengucapkan itu, ia berbalik dan langsung meninggalkan kantor.
"Tunggu."
Suara Jiang Jun tiba-tiba terdengar saat ia hampir mencapai pintu.
Gu Qingyou membeku di tempat, tapi tak menoleh. "Masih ada urusan apa?"
"Kau lupa mengembalikan sesuatu." Jiang Jun melangkah keluar dari balik meja kerja, postur jangkungnya penuh tekanan di hadapannya.
Gu Qingyou menahan napas. "Apa itu?"
Semua hadiah darinya - termasuk cincin nikah dan gelang kristal bening - tetap tertinggal di rumah keluarga Jiang.
Jiang Jun tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan kirinya.
Gu Qingyou terkejut, baru menyadari cincin bola kristal di jari manisnya.
Dadanya sesak, rasa sakit menusuk tiba-tiba menyebar di dada.
"Kau yang melepas, atau aku?" Suaranya datar tanpa emosi.
"Maaf, aku tak sengaja masih memakainya."
“Entah sejak kapan sudah terbiasa memakai cincin ini, sampai-sampai cincin nikah pun tertinggal di Jiang Zhai, namun lupa melepasnya.”
Bayangan saat Jiang Jun memberikannya cincin itu melintas di pikiran Gu Qingyou, sambil perlahan melepas cincin dari jarinya.
Wajah Jiang Jun dingin membeku, seluruh tubuhnya memancarkan hawa sedingin ruang es.
Saat Gu Qingyou menyerahkan cincin itu, Jiang Jun bahkan tak melirik, langsung melemparkannya ke tempat sampah lalu berjalan menjauh dengan langkah tegas dari balik celana panjang yang membalut kakinya yang jenjang.
Gu Qingyou membeku di tempat, sampai An Yaruo dan Sheng Jingchuan masuk dari luar.
“Qingyou, kau baik-baik saja?”
Melihat wajah pucat lemah Gu Qingyou, An Yaruo bertanya penuh perhatian.
Beberapa saat lamanya Gu Qingyou baru tersadar, lalu menggelengkan kepala pelan.
An Yaruo masih merangkulnya khawatir, berbisik, “Kalian sudah tandatangani dokumen?”
Gu Qingyou tak menjawab, malah melangkah perlahan menjauh.
……
Sepulang dari Kelompok Jiang, Gu Qingyou mengurung diri di kamar dengan alasan ingin menyendiri.
An Yaruo yang tak tega membiarkannya sendirian, masuk dan duduk di tepi ranjang memandangi Gu Qingyou yang masih terduduk lesu di sana.
“Sudah terjadi, jangan dipikirkan lagi... Anggap saja orang ini tak pernah ada dalam hidupmu,” bujuk An Yaruo menghibur.
“Yaru, aku baik-baik saja... Biarkan aku sendiri sebentar, aku takkan melakukan hal sebodoh itu.” Suara Gu Qingyou terdengar lemah seolah baru sembuh dari penyakit berat.
An Yaruo merangkul bahu Gu Qingyou, suaranya serak, “Kau jarang melakukan penilaian yang salah, jadi kurasa kecurigaanmu pada Direktur Jiang pasti benar. Jika kalian memang tak sejalan, lebih baik menyerah daripada terus memaksakan... Hanya saja melepaskan orang yang lama dicintai memang sulit. Harap kau bisa bangkit.”
“Aku benar-benar baik-baik saja, silakan kau keluar...” Gu Qingyou memalingkan wajah sambil perlahan menutup matanya.
An Yaruo mendesah, terakhir mengusap bahu Gu Qingyou sebelum meninggalkan tepi ranjang.
Setelah An Yaruo pergi, air mata mulai menetes tak terbendung dari sudut mata Gu Qingyou. Tangannya menutup mulut erat-erat, akhirnya mampu menangis tersedu-sedu...
……
Keesokan harinya.
Cuaca cerah tak berawan sejauh sepuluh ribu li. Gu Qingyou dan An Yaruo tiba di kantor polisi.
Fakta bahwa Jiang Jun membebaskan Chi Yifeng sesuai dugaan Gu Qingyou. Sebagai mantan suami-istri, selama masih ada sedikit rasa pada kerja sama sebelumnya, tentu dia akan menyetujui permintaan perceraiannya.
Karenanya, di ruang pengunjung kantor polisi, Gu Qingyou akhirnya bertemu Chi Yifeng.
Setelah seminggu di kantor polisi, penampilan Chi Yifeng hanya berbeda pada tambahan janggut di wajah, tanpa perubahan berarti lainnya.
Gu Qingyou menyandarkan diri di kursi, berkata dengan datar, "Kemarin aku sudah menandatangani perceraian dengan Jiang Jun, sekarang kau puas?"
Chi Yifeng tersenyum lembut, memandangi wajah lesu Gu Qingyou. "Kulihat, kau menangis sepanjang malam kemarin."
Gu Qingyou berkata tanpa emosi, "Aku sudah melakukan sesuai permintaanmu, kapan kau akan membebaskan Bibi Shu?"
"Aku akan menepati komitmen, tapi urusan yang kuminta belum selesai." Chi Yifeng terus memandanginya dengan kelembutan, seolah wanita ini adalah harta karun langka yang paling berharga.
"Biarkan aku melihat Bibi Shu, baru aku bisa melanjutkan sandiwara yang kau mau." Suara Gu Qingyou hampa seperti mayat berjalan.
"Tentu, jika tidak memperlihatkan Bibi Shu masih hidup, mana mungkin kau mau ke Amerika denganku?" Chi Yifeng mengulurkan tangan hendak menggenggamnya.
Gu Qingyou langsung menarik kembali tangannya dengan gerakan penuh kejijikan.
Menghadapi sikapnya, Chi Yifeng hanya tertawa kecil. "Dua hari lagi setelah keluar dari kantor polisi, kita makan steak dan anggur merah di Hotel XX... Masakan mereka selalu membuatku ingin kau ada di sini."
Tanpa menjawab, Gu Qingyou bangkit dari kursi. "Aku akan mengurus prosedur penjaminan dan pencabutan kasusmu sekarang."
“Sudah susah payah.” Chi Yifeng bersandar santai di sandaran kursi, menikmati wajah Gu Qingyou yang berlarian untuknya.
Gu Qingyou seolah tak mendengar ucapan Chi Yifeng, langsung pergi meninggalkan ruang jenguk.
Chi Yifeng terus menatap Gu Qingyou hingga bayangannya hampir lenyap di pintu, akhirnya ia bersuara, "Kau hanya bisa milikku... Meski hatimu selamanya menjadi milik orang lain, aku tetap ingin kau di sisiku seumur hidup."
