Bab 362 Bau Parfum
Sebenarnya hanya pergi beberapa hari, tapi saat kembali ke kamar yang familiar ini, terasa seperti sudah berpuluh tahun.
Dulunya dia benar-benar mengira takkan kembali ke sini.
Meski Jiang Jun dan pasangan Direktur Jiang telah memaafkannya, rasa bersalah di hatinya akan selamanya ada.
Jiang Jun yang baru masuk dari luar melihat Gu Qingyou berpakaian piyama sutera putih terpaku di depan jendela kaca."Menungguku?" Setelah melepas jas dan dasi untuk merilekskan diri, barulah ia mendekatinya.
“Gu Qingyou telah tersentak dari lamunannya, menoleh, memandang dengan lembut pada pria jangkung tampan yang mendekatinya. "Tentu saja menunggumu... Tapi kau pulang lebih awal dari perkiraanku."
Jiang Jun melingkari pinggangnya, senyuman menggoda yang hipnotis menghias wajahnya.
Gu Qingyou menikmati rasa dimanja dalam pelukannya, berkata santai, "Apa yang kau tertawakan?"
Jiang Jun mengangkat alis, "Tidak ada... Hanya senang melihatmu sudah menunggu sepulangku, perasaan ini begitu indah sampai aku ingin tertawa saja."
"Manisnya mulut." Gu Qingyou tetap memeluk lehernya.
Jiang Jun hendak menciumnya, tapi dihalangi jari telunjuknya di bibir tipisnya. "Mandilah dulu... Bau parfum masih menempel di tubuhmu."
"Bau parfum?" Jiang Jun mengerutkan kening, mencium kemejanya.
Gu Qingyou menarik kerah kemejanya, bergumam, "Jujur, apa ada wanita yang mendekatimu malam ini?"
"Ada?" Jiang Jun kembali mengendus kemejanya.
Gu Qingyou mencengkeram kemejanya lebih kencang, "Jangan berpura-pura tak mengerti di hadapanku... Kalau tidak ada yang mendekat, mana mungkin bau parfum ini?"
Jiang Jun tiba-tiba tertawa melihatnya yang tampak garang tapi lemah di dalam.
Gu Qingyou mengernyit, "Masih berani tertawa?"
Jiang Jun langsung serius, "Sudahlah Nyonya, aku pasti akan memberikan penjelasan yang memuaskan."
Gu Qingyou baru melepaskan Jiang Jun, namun dengan ekspresi puas diri. "Bagus, kau mau menjelaskan padaku?"
Jiang Jun melengkungkan bibirnya, berbalik menuju sofa tempat mantelnya tergantung.
Melihatnya mengeluarkan ponsel, Gu Qingyou tampak bingung, "Kau mau minta orang lain membuktikan?"
Jiang Jun langsung memencet deretan nomor, baru berkata, "Menelepon Eileen, tanya apakah ada wanita dalam acara bisnis tadi."
Mendengar itu, Gu Qingyou segera mendekat, buru-buru mematikan telepon yang sudah terhubung, malu-malu berkata, "Aku hanya bercanda, kau benar-benar telepon Eileen?!"
Jiang Jun serius menjawab, "Tidak boleh begitu, aku pernah janji akan memberimu penjelasan."
Tahu ia sengaja menggoda, Gu Qingyou menyipitkan mata penuh arti. "Benar mau menjelaskan?"
Sudut bibir Jiang Jun naik, "Tentu aku harus membuat Nyonya merasa tenang."
Gu Qingyou mendongak, "Baiklah! Jelaskan, apa maksudmu menanyakan ada tidaknya wanita dalam acara bisnis? Apa kau sampai tidak tahu sendiri? Ini keterlaluan!"
Kalau dia mau main, temani saja!
Sebenarnya untuk statusnya, wajar jika pulang dari acara bisnis membawa aroma parfum.
Lagipula, meski dia tak bermaksud, para wanita itu pasti akan berusaha mendekatinya.
Tapi anehnya, sejak mereka berkenalan hingga kini, meski kadang ada wangi parfum di tubuhnya, Gu Qingyou tak pernah menanyakan - seolah yakin ia takkan pernah menggoda pria lain.
Jiang Jun dengan lembut menggenggam dagu Gu Qingyou, tersenyum ramah. "Kau tidak tahu? Sejak bertemu denganmu, tak ada lagi wanita lain di mataku."
Siluet samping Gu Qingyou memperlihatkan bulu mata panjang yang bergetar halus. "Jun, kau..." Lehernya tiba-tiba terasa mengganjal tanpa alasan.
Wajah tampan Jiang Jun tak lagi bercanda, berubah menjadi tatapan penuh kasih. "Sayang, kau percaya kata-kataku?" ujarnya dengan serius.
Gu Qingyou tertegun memandangnya. Tiba-tiba, ia perlahan menundukkan pandangan.
Jiang Jun merangkul Gu Qingyou ke dalam pelukannya. Aroma harum setelah mandinya menyelinap ke hidungnya bagai tarikan hasrat. "Ada apa?" bisiknya sambil mencium ringan dahinya.
Gu Qingyou mengangkat tangan memeluknya, wajahnya tenang dan damai. "Aku hanya berpikir... Kebahagiaan yang kini kumiliki dulu hanyalah mimpi. Tapi ternyata aku beruntung mendapatkannya."
Jiang Jun terkekik lembut, tawanya penuh kelembutan. "Kau pantas mendapatkan semua ini, bahkan lebih dari ini."
Mendengar itu, Gu Qingyou mengangkat kepala dari pelukan. "Aku tak butuh lebih. Asal ada kau, sudah cukup," katanya lembut.
Tatapan dalam Jiang Jun bertemu pandangan penuh maknanya. Mata hitamnya semakin dalam, semakin membara. Tiba-tiba, ia perlahan mengangkat dagunya, merunduk mendekat.
Siapa sangka, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar. "Ayah, Mama..."
Mendengar suara Mumu, Gu Qingyou perlahan mendorong Jiang Jun. "Mumu..."
Tanpa bisa mencium bibir merah yang diharapkan, Jiang Jun mengerutkan alisnya, tapi tetap melepaskan Gu Qingyou.
Gu Qingyou mengenakan jubah piyama dan segera membuka pintu.
Di luar, Mumu mengenakan piyama kartun memeluk bantalnya, memandang orang tuanya dengan tatapan memelas. "Ayah Mama, bolehkah aku tidur bersama kalian malam ini?"
Gu Qingyou segera mengangkat Mumu dan mencium penuh kasihan. "Tentu saja... Mumu malam ini akan tidur bersama Ayah Ibu."
Mumu langsung merebahkan diri di bahu Gu Qingyou, matanya terpejam lelap bahkan tak menyadari bantal yang terjatuh dari tangannya.
Rui'er yang mengantar Mumu segera mengambil bantal itu, berkata sopan, "Tuan Muda terbangun tengah malam dan ingin tidur dengan Mama... Jadi saya antar ke sini."
Gu Qingyou mengangguk, lalu duduk di sofa sambil memangku Mumu.
Jiang Jun duduk berseberangan, memandangi wajah mungil anaknya yang tampak lugu namun penuh pengertian dalam tidurnya. "Selama beberapa hari ini kamu tidak di rumah, dia kadang juga ingin aku menemaninya."
Gu Qingyou tak berkedip memandangi anak itu. "Mumu setia penuh pengertian... Sebelumnya saat aku bilang mau menjenguk Bibi Shu, ia pasti sudah mencurigai, jadi kali ini aku kembali, ia sangat takut aku akan keluar lagi..."
Jiang Jun menatap wajah jernih Gu Qingyou yang beraura kesedihan. "Masa lalu tidak penting, yang utama adalah... masa depan kita bertiga sebagai keluarga takkan terpisahkan lagi."
Setelah beberapa saat, Gu Qingyou mengangkat kepala, bertatapan dengan mata gelap nan dalam Jiang Jun. "Benar, mustahil terpisah lagi untuk selamanya."
……
Keesokan harinya, Kelompok Jiang.
Ye Shuo berdiri di depan meja kerja, dengan hormat melapor, "Direktur Jiang, Chi Yifeng telah resmi mengambil alih grup usaha Mu. Konon dalam rapat dewan, ia menyatakan pada semua anggota dewan bahwa ia akan memimpin grup Mu melampaui Jiang Group."
Jiang Jun mengubah pose, santai menyandarkan diri di kursi kulit asli. "Harapan gerakannya tak membuatku menanti terlalu lama."
Ye Shuo menundukkan kepala, lalu melanjutkan, "Hamba pernah menyelidiki dokter yang dulu menangani luka di kepala Nyonya saat kecil... Menurutnya, luka Nyonya saat itu sangat parah. Saat diantar ke rumah sakit, Nyonya sudah dalam kondisi tak sadarkan diri. Untungnya Nyonya akhirnya sadar, tapi setelah bangun ingatan tentang periode itu hilang. Namun dokter itu masih ingat, saat itu Nyonya terus memanggil..." Ye Shuo terhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Selama tak sadar, Nyonya terus memanggil tiga kata 'Kak Feng'. Dokter juga mengatakan, ini termasuk jenis amnesia patologis. Jenis lupa seperti ini mungkin tak akan pernah pulih, atau tiba-tiba ingat saat mengalami sesuatu yang mirip dengan kejadian masa lalu... Sulit dipastikan."
