Bab 375 Pengakuan Romantis, Cinta Tulus Seumur Hidup
Gu Qingyou seketika mendorong Jiang Jun, wajahnya memerah.
Jiang Jun menyeka lipstik Gu Qingyou yang menempel di bibirnya, agak kesal berkata pada anaknya, "Sayang, Ayah ingatkan, meski masuk ke kamar Ayah Ibu, harus ketuk pintu dulu. Ini sopan santun, mengerti?"
Jarang melihat ayah bersikap tegas, Mumu berdiri tegak dengan tubuh mungilnya, patuh menjawab, "Ayah, Mumu mengerti."
Gu Qingyou menghampiri, mengusap kepala kecil anak itu. "Mau bawa beruang boneka ya?"
Mumu mengedipkan bulu mata panjangnya, "Mama, bolehkah?"
Gu Qingyou mengangkat Mumu dengan penuh kasih, lembut berkata, "Tentu boleh. Nilai ujian akhir Mumu dapat A+, Mama sedang berpikir hadiah apa yang pantas. Jadi boneka itu pasti boleh dibawa."
"Benar-benar akan memberi hadiah?" Mata bening Mumu berbinar penuh harap.
Gu Qingyou mengangguk, "Tentu. Kapan Mama pernah bohong padamu?"
Mumu berseri-seri, "Kalau begitu Mama cepatlah melahirkan adik perempuan untuk teman main... Mumu sudah menunggu lama sekali."
"Blup", Gu Qingyou hampir tersedak air liurnya sendiri. "Ini..." Sayang, kalau tadi kau datang lebih lambat, mungkin keinginan itu sudah terwujud.
Untung Jiang Jun menyambung pembicaraan saat dia canggung. "Besok pasti ada adik perempuan yang menemani kamu main."
"Benarkah, Ayah?" Mumu menatap ayahnya dengan bersemangat.
Ketidaksenangan sebelumnya telah digantikan oleh kasih sayang, Jiang Jun berkata sabar, "Ayah janji pasti ditepati."
Entah mengapa mendengar perkataan Jiang Jun, pipi Gu Qingyou yang baru saja memudar merahnya kembali memerah.
Mumu memeluk leher Gu Qingyou dengan gembira. "Wah, tahun depan ada adik perempuan yang main bersamaku..."
Jiang Jun tak kuasa menahan senyum. Saat itu, ponselnya berdering.
Melihat nomor yang terpampang di layar ponsel, wajah Jiang Jun menggelap sepersekian detik sebelum akhirnya mengangkat telepon.
Gu Qingyou yang melihat ekspresi aneh Jiang Jun segera menurunkan Mumu dan menyuruhnya bermain, lalu menghampiri Jiang Jun.
Setelah Jiang Jun menutup telepon, barulah Gu Qingyou bertanya, "Ada urusan? Bukan masalah perusahaan kan?"
Jiang Jun menjawab santai, "Tidak... Barang-barang sudah siap semua?"
Menyadari Jiang Jun tak ingin bicara, Gu Qingyou tak banyak bertanya. Lagipula Jiang Jun selalu bertindak penuh pertimbangan, bahkan lebih matang darinya. "Ya, sudah semua."
"Ayo berangkat!"
Jiang Jun menarik koper sambil merangkulnya.
Gu Qingyou tertegun, "Kita berangkat sekarang?"
Wajah tampan Jiang Jun perlahan merekah dalam senyuman lembut. "Tidakkah lebih baik kita cepat sampai di Nice?"
Ngapain buru-buru ke sana?
Gu Qingyou bergumam dalam hati.
Tiba-tiba ia teringat "urusan" yang tadi terpotong oleh Mumu.
Jangan-jangan ia ingin cepat sampai Nice untuk...
Pipi Gu Qingyou langsung memerah. Tak berani bertanya lagi, ia pun segera melangkah.
……
Nice, kota wisata terbesar kedua di Prancis, terkenal dengan Pesir Biru-nya.
Tak disangka Gu Qingyou, vila yang dulu dibeli Jiang Jun untuknya ternyata terletak di tepi pantai Nice dengan pemandangan yang memabukkan.
Mumu yang kelelahan setelah belasan jam perjalanan, sekarang sudah terbaring di ranjang tertidur lelap.
Gu Qingyou berdiri di balkon yang menghadap langsung ke laut. Jiang Jun memeluknya dari belakang.
Gu Qingyou memegang tangan Jiang Jun dengan puas, membiarkan dirinya bersandar di pangkuannya, menikmati hembusan angin laut yang asin tapi sejuk. "Waktu itu kan pertama kali kau mengaku padaku?"
Jiang Jun menciumi daun telinganya sambil berkata setengah hati, "Apa?"
"Aku ingat waktu kau memberi vila ini, kau bilang tak lama lagi perceraian dengan Xia Qingchen akan selesai. Kau berharap aku tetap di sisimu."
Setiap kalimat yang pernah ia ucapkan, terukir jelas dalam ingatannya.
Semua kejadian itu terasa seperti baru terjadi kemarin.
Jiang Jun menghentikan gerakannya, erat merapat pada tubuhnya. "Saat itu aku sudah yakin masa depanku akan kulewati bersamamu seumur hidup. Hanya saja harus kuakui, waktu itu lebih karena ingin memberi jawaban pada orang tua."
Gu Qingyou menolehkan kepala, tatapannya penuh kasih sayang tertuju pada pria yang dicintainya. "Sebenarnya, jika kau ingin mencari wanita untuk melahirkan anakmu, pasti banyak yang bersedia. Mengapa sejak dulu sudah memastikan aku?"
Jiang Jun merangkul erat Gu Qingyou dengan kedua lengannya, bersandar di bahunya berterus terang, "Waktu itu hanya tak ingin repot. Baru sekarang kusadari, saat itu karena tertarik padamu."
Gu Qingyou menggigit bibir bawahnya, rasa manis di dadanya hampir meluap. "Suamiku, terima kasih tak pernah menyakitiku." Ucapnya tulus.
Jiang Jun menanamkan ciuman dalam di rambut Gu Qingyou. Tanpa sadar ia memejamkan mata. Suara beratnya bergema di telinganya, "Dan tolong Nyonya juga jangan sakiti hamba."
Senyum tipis mengembang di wajah Gu Qingyou, sudah paham maksud suaminya.
Jiang Jun langsung mengangkat tubuh Gu Qingyou, melangkah menuju kamar lain di vila ini.
……
Gu Qingyou terlalu lelah untuk membuka mata, tapi ponsel terus berdering. Akhirnya ia mengulurkan tangan dari balik selimut, meraba-raba mencari ponsel di tepi ranjang lalu mengangkatnya. "Halo..."
Suara An Yaruo di ujung sana langsung menyambar, "Wanita tak berhati ini... Pergi liburan ke Nice dengan Direktur Jiang tanpa beri tahu aku."
Gu Qingyou merasa dirinya tak bersalah. "Jiang Jun sudah bilang pada suamimu, kukira..."
“Aku tidak punya hubungan dengannya, tidak punya hubungan, tidak punya hubungan, mengerti?” An Yaruo dengan baik menerapkan prinsip 'urusan penting harus diucapkan tiga kali'.
Gu Qingyou yang terganggu suaranya langsung menutup telinga. "Baiklah... Ini salahku, Nenek, paling-paling nanti di Nice kubelikan hadiah buatmu sebagai permintaan maaf, setuju?"
"Nah baru bener."
Gu Qingyou tersenyum memelas. "Nona Besar An sekarang bolehkah kau membiarkanku melanjutkan tidur?"
An Yaruo berkata nakal, "Di Nice sekarang masih siang bolong... Sayang, dari suaramu yang terdengar lelah begitu, Direktur Jiang dia..."
"Dadah."
Wajahnya memerah tanpa sadar, sebelum An Yaruo menyelesaikan kalimatnya, Gu Qingyou sudah mengakhiri telepon.
Perjalanan ditambah aktivitas berdua, Gu Qingyou memang sangat lelah, tapi bolak-balik di kasur, perlahan jadi tak bisa tidur, akhirnya dia mengenakan pakaian dan pergi ke kamar Mumu.
Awalnya mengira Jiang Jun mungkin sedang menemani Mumu di kamar, tapi ternyata tidak melihat ayah dan anak itu di sana, Gu Qingyou lalu menuju balkon.
Di pantai indah nan memesona, dari kejauhan terlihat Jiang Jun yang mengenakan celana santai sedang menemani anaknya membangun istana pasir, Gu Qingyou tak kuasa menahan senyum.
Dia belum pernah melihat sisi ini darinya, rupanya saat bermain dengan anak, dia bisa seperti pemuda berusia 2-8 tahun.
Mungkin karena terlalu lama menatapnya, ditambah kewaspadaan khas Jiang Jun, akhirnya ia merasa diperhatikan.
Jiang Jun mengangkat tubuh mungil Mumu tinggi-tinggi, menyuruh Mumu menyapanya.
Mumu bermain dengan gembira, memanggil dengan lantang, "Mama, Mama... cepat turun main..."
Gu Qingyou membalas dengan suara keras, "Mama akan segera turun." Dia ingin mandi dulu.
Saat itu Jiang Jun menurunkan Mumu, mulai menggambar di pasir pantai menggunakan kaki bersama Mumu.
Gu Qingyou pun bersandar di pagar balkon, memandangi mereka dengan manis.
Tiba-tiba, Jiang Jun menggendong Mumu menjauh, memperlihatkan gambar utuh di hadapannya.
Di pantai, dia dan Mumu menulis "ILOVEYOU" dalam bahasa Inggris di dalam bentuk hati raksasa, sementara Jiang Jun menambahkan catatan dalam Mandarin——"Aku mencintaimu, cinta sejati seumur hidup". Sepasang kekasih di samping mereka melihat adegan ini, bertepuk tangan dengan penuh restu dan kekaguman...
Dia berdiri di balkon, diterpa angin laut, melalui rimbun pohon kelapa, air mata tiba-tiba membasahi pipinya.
Detik berikutnya, bahkan tanpa alas kaki, dia berlari ke pantai dengan kaki telanjang...
