Bab 376 Sayang, kau percaya padaku?
Gu Qingyou menyadari, selama di Nice beberapa hari ini, Jiang Jun benar-benar bebas dari kesibukan.
Biasanya saat mereka bepergian seperti ke Mauritius dulu, Jiang Jun masih punya sedikit urusan bisnis. Tapi kali ini, ia sama sekali tak membawa pekerjaan.
Meski di akhir tahun, Direktur Utama mustahil seleluang ini.
Hal ini membuat Gu Qingyou merenungkan alasan Jiang Jun tiba-tiba mengajaknya libur ke luar negeri kali ini.
Dia sebenarnya yakin perjalanan ini ada beberapa hal yang memicu, tetapi karena Jiang Jun tidak bilang, dia juga tidak ingin banyak bertanya, agar tidak merusak minat perjalanan.
Namun, waktu perjalanan sudah lewat seminggu, Jiang Jun sama sekali tidak menyebutkan urusan pulang ke negeri, dia mulai agak khawatir akan keseriusan urusan ini.
Menyeduh secangkir kopi, membawanya ke balkon.
Jiang Jun setengah berbaring di kursi panjang santai, mendengar derap langkah kaki, mata hitam yang tajam di balik kacamata hitam baru berbalik, sekejap mata telah berubah menjadi kelembutan.
Gu Qingyou menyerahkan kopi padanya, lalu duduk di sampingnya. "Aku pikir bahkan Eileen yang telah membantumu bertahun-tahun, mungkin juga tidak bisa membayangkan penampilanmu dengan pakaian liburan santai."
"Kau mau pulang ke rumah?" Setelah berkata demikian, Jiang Jun meneguk kopinya.
Berurusan dengan orang pintar memang mudah.
Gu Qingyou melingkari leher Jiang Jun. "Sekarang belum mau pulang, tapi ingin tahu perkiraan waktu kembalinya."
Jiang Jun meletakkan kopinya, memandangnya dengan penuh kasih. "Bagaimana jika kita menetap di Prancis dan tidak kembali?"
Gu Qingyou seketika menarik tangannya dari leher Jiang Jun, terkejut, "Jangan kau main-main seperti ini denganku."
Melihat ekspresi tegang Gu Qingyou, Jiang Jun menunduk tersenyum, lalu menggenggam tangan Gu Qingyou, menautkan jari-jari mereka. "Kenapa, menetap di Nice tidak baik?"
Gu Qingyou baru yakin bahwa Jiang Jun tadi hanya bercanda, berkata dengan serius, "Meski ini ide bagus, orang tuamu dan ibuku ada di Kota C, kita tak mungkin benar-benar menetap di sini."
Jiang Jun kembali tersenyum, tiba-tiba, tatapannya menancap dalam di wajah anggun Gu Qingyou, penuh makna.
Gu Qingyou menyadari belakangan Jiang Jun selalu menatapnya seperti ini, tatapannya begitu dalam, seolah menganggapnya harta karun langka. Ini membuatnya makin yakin ia menyembunyikan sesuatu, dan urusan itu terkait dengannya.
Ia terbaring dalam dekapan Jiang Jun, masih menggenggam tangan pria itu, bertanya santai, "Jun, apakah kita pulang setelah tahun baru?"
Jiang Jun menundukkan kepala mendekati dahinya, suara beratnya penuh kasih, "Ya, pulang setelah tahun baru."
Gu Qingyou menutup mata, puas menikmati aroma maskulin segar darinya. "Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu, tapi benarkah tak mau memberitahuku?"
Jiang Jun sama sekali tak terkejut Gu Qingyou bisa menebak, dagunya bersandar lembut di bahu perempuan itu. "Sayang, percayakah kau padaku?"
Mendengar itu, Gu Qingyou perlahan menoleh, bibir merahnya hampir menyentuh bibir tipis hangat Jiang Jun. "Tentu saja aku percaya, hanya saja... ada sedikit kekhawatiran." Katanya tulus.
Jiang Jun memutuskan untuk mematuk bibirnya, suara bernada merdunya berkata, "Tak perlu khawatir, akan kuhandle. Kau hanya perlu menemaniku di sini, hidup bahagia tiap hari, lalu melahirkan anak perempuan secantik giok pahatan untukku."
“Mendengar perkataannya, pertimbangan dalam relung hati dia menghilang sebagian besar.”
“Dengan kehadirannya, dia tahu bahwa dirinya benar-benar tidak perlu khawatir apa pun, semuanya bisa diserahkan padanya.”
Gu Qingyou tidak mengejar lebih jauh, bertanya manis, “Bagaimana kalau anak berikutnya bukan perempuan?”
“Laki-laki juga tidak apa.”
Kalimat ini jelas menunjukkan kecenderungan Jiang Jun yang lebih menyukai anak perempuan.
Gu Qingyou menangkup wajah tampan Jiang Jun. “Aku bisa membayangkan, jika aku memberimu seorang anak perempuan seperti harapanmu, kau pasti akan menjadi budak anak perempuan...”
“Aku juga akan menjadi budak istri.” Suara berat tertekan keluar, lalu bibirnya menyentuh bibirnya dalam-dalam.
……
Kota C.
Shan Yan menyelipkan tangan ke saku celana, memandang jauh ke bayangan kesepian yang berdiri di depan jendela kaca.
“Katanya sudah tidak memikirkan dia lagi, tapi sepertinya sulit untuk melepaskannya.”
Mendengar suara itu, Shan Yan tersentak dari pikirannya, berkata datar, “Kau tidak seharusnya bekerja sama dengan Qingyou menipunya.”
Gu Xinmei menggerakkan kursi rodanya, perlahan mendekati Shan Yan.
Dia menghela napas sebelum berkata, “Ibu melihat betapa kau menyukainya, jadi berharap adikmu bisa membantumu.”
Ekspresi Shan Yan tidak berubah signifikan, hanya terlihat lebih suram dari sebelumnya. “Urusan perasaan adalah yang paling tidak bisa dipaksakan. Karena tidak bisa dipaksakan, tidak perlu memaksa.” Setelah mengucapkan ini, Shan Yan berbalik hendak pergi.
"Mungkin karena mendengar samar-samar percakapan di sini, Su Mo menoleh dan kebetulan melihat bayangan tubuh yang jenjang dari Shan Yan yang pergi. Ia segera memanggil, 'Shan Yan.'"
Shan Yan mempertahankan postur punggungnya yang tegak, menghentikan langkah, namun tidak menoleh.
Su Mo kemudian berjalan mendekat dari area jendela kaca.
Menyaksikan situasi ini, Gu Xinmei yang paham situasi segera mundur dari kamar, memberikan ruang dan waktu bagi mereka berdua.
Saat Su Mo berada sekitar dua meter dari Shan Yan, dia menghentikan langkahnya dan menatapnya intens. "Terima kasih telah menjemputku secara pribadi di Kota W. Tanpa itu, sebagai orang yang tak punya sepeser pun dan alat komunikasi, mungkin aku akan mengalami banyak kesulitan."
Shan Yan menjawab dingin, "Menjemputmu hanya karena urusan ini bermula dari ibuku."
Hati Su Mo bagai disirami air dingin.
Sejak pertama kali berkenalan dengan Shan Yan, pria ini belum pernah memperlakukannya seperti ini. Namun dalam beberapa pertemuan terakhir, sikapnya semakin hari semakin dingin.
"Bagaimanapun, tetap harus kusampaikan terima kasih," ujar Su Mo tulus.
Shan Yan tidak merespons, langsung melanjutkan langkahnya.
"Tunggu!" Su Mo mencoba menahan Shan Yan, masih ada yang ingin disampaikannya.
Namun Shan Yan tidak menghentikan langkahnya.
Dengan perasaan tak berdaya, Su Mo cepat-cepat melingkar ke depan Shan Yan.
Shan Yan menatap Su Mo dengan datar, tanpa emosi terlihat di matanya.
Su Mo terbata-bata, "Ada sesuatu... ingin kutanyakan."
Dengan suara dingin Shan Yan menjawab, "Jiang Jun dan Qingyou sedang berlibur di Nice, mungkin baru kembali setelah Tahun Baru... Tapi meski kau mencari Jiang Jun setelah tahun baru, mungkin tetap tak bisa bertemu. Saat ini dia sedang menghadapi banyak masalah."
Su Mo menatap tajam Shan Yan, suara memberat, “Mengapa kau pikir aku bertanya padamu tentang urusan Jiang Jun?”
Shan Yan dengan tenang menaikkan alis, berkata datar, “Apakah tidak begitu?”
Sebenarnya Su Mo ingin membahas urusan Xiao Xi dengan Shan Yan.
Kondisi Xiao Xi sudah mulai meluapkan, sering demam tinggi mendadak, akhirnya Shan Yan dan Su Mo bermusyawarah, untuk sementara Xiao Xi mengikut Shan Yan, lagipula Shan Yan lebih mampu merawat Xiao Xi dengan baik.
Tapi selama Xiao Xi mengikut Shan Yan, Su Mo terus khawatir tentang Xiao Xi.
Meski Xiao Xi juga menyukai Shan Yan, tapi toh Xiao Xi belum pernah meninggalkannya, dia takut Xiao Xi tidak terbiasa.
Namun, menghadapi jawaban sinis Shan Yan, Su Mo tiba-tiba tidak mau menjelaskan detail.
Tentang kondisi Xiao Xi, dia bisa tanya Bibi Gu nanti, lalu bertanya, “Kau bilang Jiang Jun punya masalah?”
Shan Yan menyipitkan mata yang muram, “Tidakkah kau lihat berita dua hari ini?”
Su Mo berkerut alis, “Berita apa?”
Shan Yan langsung melewati Su Mo, tidak menjawab lagi.
Menyadari hal yang disebut Shan Yan tidak sederhana, Su Mo cepat-cepat ke ruang tamu Kediaman Keluarga Gu menyalakan TV.
……
Gu Qingyou sedang melipat pakaian ketika dering ponsel tiba-tiba berbunyi.
Awalnya mengira itu Yaru lagi, setelah mengangkat ponsel, baru tahu telepon dari Su Mo.
Akhirnya ragu sebentar, baru mengangkat telepon.
“Halo.”
“Qingyou, urusan waktu lalu, setelah dipikir-pikir aku memang tidak berada di posisi yang sama denganmu. Di sini aku minta maaf padamu.” Suara tulus Su Mo terdengar dari ujung sana.
Gu Qingyou duduk di tepi ranjang, berkata tenang, “Aku tidak menyalahkanmu... Kenyataannya, sebelumnya aku memilih Bibi Shu dan meninggalkan Jiang Jun, memang ada rasa bersalah padanya. Tapi jika harus memilih lagi, aku tetap akan melakukan itu.”
