Bab 400 Mencintai, Terlalu Sulit
Malam itu di Jiang Zhai, tidur di ranjang tempat pertama kali mereka bertemu, dalam pikiran bermunculan banyak kenangan antara mereka.
Ada yang manis - ia mengajaknya ke Hantian, Sukresih, Nice; ada ujian hidup - saat menghadapi kecelakaan laut di proyek Kota N, ia mencarinya; saat Qu Liyuan hendak menjerumuskan mereka, ia menahan peluru untuknya hingga bahunya masih menyisakan bekas luka; saat Bibi Shu dipengaruhi Chi Yifeng berpura-pura menyakitinya, demi menyelamatkannya, pisau buah yang dipaksakan Bibi Shu tertancap di bahu belakangnya...
Baru kini ia sadar, dirinya dan dia ternyata telah melalui begitu banyak...
Tapi dia tak mengerti, setelah melewati begitu banyak cobaan bersama, bahkan nyawanya pun rela ia korbankan untuknya, mengapa kini ia tega menyakitinya demi Kelompok Jiang?
Dia percaya kesulitan yang ia katakan, tapi tak adakah cara lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya?
Tahukah ia betapa hancur hati perempuan ini sekarang?
Begitu terbayang kemungkinan ia berdua Mu Ying sedang mesra, dadanya sesak hingga hampir tak bisa bernapas.
Dia adalah suaminya...
Bagaimana mungkin dia membiarkan diri sendiri membagikannya ke orang lain?
Malam yang sunyi, insomnia terus menyiksanya hingga fajar menyingsing barulah ia terlelap dengan susah payah.
……
Mentari kembali bersinar terang, setelah menitipkan Mumu di Jiang Zhai untuk menemani kedua orang tua Jiang, ia pergi ke pusat kota sendirian.
Hari ini ia hanya ingin menyendiri, karenanya tak menelepon Yaru apalagi kondisi Yaru yang sedang hamil tua.
Duduk sendiri di kafe terbuka tepi jalan, ia memesan segelas jus segar.
Cui Hao berdiri sekitar tiga meter darinya, bertugas menjaga keamanannya. Tapi ia sama sekali tak ingin ditemani, karena tahu Cui Hao akan melaporkan keberadaannya pada Jiang Jun.
Ia tak ingin Jiang Jun tahu aktivitasnya, sengaja bersikap kekanak-kanakan agar sang suami tak tenang.
Sayangnya Cui Hao adalah salah satu bodyguard andalan Jiang Jun, mustahil baginya menghindar dari pengawasan ini.
Meneguk jusnya dalam-dalam seolah minuman itu bisa menghapus duka, tiba-tiba suara yang familiar menggema di telinganya.
Adalah Chi Yifeng. "Kau berani menghalangiku?"
"Kalau begitu Tuan Chi harus menginjak mayatku dulu." Cui Hao balas dengan suara dingin.
Dia memandang Chi Yifeng yang mengenakan setelan jas abu-abu metalik dengan tubuh ramping dan tegap, terkejut sejenak.
Kenapa ia datang ke sini?
Bagaimana pula ia tahu keberadaannya di tempat ini?
Chi Yifeng mendengus menghina, "Tidak mau menerima jamuan anggur malah mencari cambukan... minggir!"
Seorang pria berpostur mirip Cui Hao yang tampak berpendidikan menghampiri Chi Yifeng, sambil menatap tajam dengan wajah suram ke arah Cui Hao.
Untuk mencegah pertarungan, dia segera bangkit dari kursi dan bersuara datar, "Cui Hao, tunggu di mobil."
Cui Hao mengerutkan alis mendengar perintahnya, "Nyonya..."
Dia menatap teguh ke arah Cui Hao, "Pergilah, aku juga ada urusan dengan Tuan Chi."
Perintah yang diterima Cui Hao jelas melarang siapa pun yang berbahaya mendekatinya - termasuk Chi Yifeng. Tapi karena keteguhan di sorot matanya, akhirnya Cui Hao mundur. Namun bukannya ke mobil, ia justru menepi sambil mengawasi Chi Yifeng bagai elang berparuh runcing, waspada terhadap setiap gerak-gerik mencurigakan.
Chi Yifeng kemudian juga menyuruh bawahannya minggir, lalu melangkah langsung mendekatinya dengan kaki panjangnya.
Sejak Chi Yifeng menerima grup usaha Mu, perasaannya terhadapnya semakin asing. Lagipula, di relung hati dia selalu berharap Chi Yifeng tetap menjadi pengacara sopan yang dulu dikenalnya.
Setelah duduk, Chi Yifeng menyandarkan diri ke sandaran kursi, memulai percakapan. "Xiao You, sudah lama kita tak bertemu."
Sebenarnya dia tak punya topik dengan Chi Yifeng. Tindakannya tadi hanya untuk menghindari konflik, sekaligus sedikit psikologis tersulut emosi - jika ia bisa dekat dengan Mu Ying, mengapa dia tidak boleh mendekati Chi Yifeng?
Dengan tenang dia menyesap jus. "Aku kira Tuan Chi tidak akan lagi mencari aku."
Chi Yifeng sedikit mengerutkan alis, menatapnya dalam-dalam. "Mengapa memanggilku dengan sebutan formal? Jika panggilan lama sudah tak nyaman, kau bisa memanggilku Konselor Chi seperti dulu."
Teringat Chi Yifeng tak benar-benar menggunakan Dark Angel untuk menghadapi Jiang Jun, akhirnya dia mengangkat pandangan, menatap lawan bicaranya. "Aku tak mengerti. Sudah kujelaskan sedemikian rupa, mengapa kau masih memaksakan diri?"
Mata Chi Yifeng yang dalam tiba-tiba memancarkan kesedihan. Pada detik ini, kesombongan dan keangkuhannya di depan Cui Hao telah menghilang. Tatapannya penuh kelembutan, bagai angin sepoi-sepoi musim semi yang membeku di wajah putih mulusnya. Suaranya yang tiba-tiba menjadi parau perlahan berkata, "Mungkin bagimu itu hanya janji kekanak-kanakan yang tak perlu dianggap serius. Tapi bagiku, itu adalah ingatan yang tak terlupakan seumur hidup... Qingyou, kau tak tahu betapa aku merindukanmu selama tahun-tahun perpisahan kita. Setiap kali menghadapi kesulitan, senyum polosmu yang tak kenal khawatir selalu menjadi penyemangatku. Bisa kukatakan, kaulah yang membuatku bertahan hingga hari ini, menjadi pengacara hebat. Bahkan posisi di kelompok Mu yang tak kuhiraukan ini, semua kulakukan untukmu!"
Memang benar pada periode itu dirinya masih polos dan tak punya kekhawatiran. Saat itu ada Bibi Shu yang merawatnya, Qu Liyuan juga belum membuat masalah. Bisa dibilang itu adalah masa paling bahagia dalam masa kecilnya.
Ia akan selalu ingat bagaimana dirinya berulang kali mengambil inisiatif mengajak Chi Yifeng bicara, mengikuti dengan setia di belakangnya meski pria itu tak menggubrisnya.
Dulu ia tak mengerti mengapa justru ingin berteman dengan pria itu. Kini baru ia sadar, itu adalah gejolak masa pubertas.
“Ya, saat itu Chi Yifeng adalah anak paling tampan di panti asuhan. Meski tak banyak bicara, dia juga yang paling pandai. Jadi seperti gadis-gadis kecil lain di sana, aku ingin mendekatinya.”
“Setelah dia menyelamatkanku dengan menggigit ular sendiri, perasaanku padanya langsung terangkat jadi cinta.”
“Lama-lama, makin dalam.”
“Aku tak tahu bagaimana mendefinisikan cinta saat itu. Tapi yang pasti, jika tak melupakan Chi Yifeng, pasti akan mencarinya seperti dia. Bahkan setelah bertemu Jiang Jun pun, hatiku tak akan tertarik.”
“Sayang dunia ini tak terduga. Ingatanku hilang, dan saat kami bertemu lagi, aku sudah jatuh cinta pada Jiang Jun.”
Menarik napas panjang dari kenangan, dia berkata datar, “Aku sudah jadi istri Jiang Jun. Apapun yang pernah terjadi antara kita, kenyataan ini takkan berubah.”
“Sampai sekarang juga?” Chi Yifeng menatapnya dengan ekspresi tak terbaca,
Dengan serius dia balas menatap, “Kenapa kau bilang begitu?”
Matanya tiba-tiba redup, “Jangan lupa, aku kakaknya Mu Ying. Lagipula kabar ini sudah menyebar di Kota C.”
Baru sadar maksudnya hubungan Jiang Jun dan Mu Ying, dia memejamkan mata sebentar. “Lalu?”
“LALU?” Chi Yifeng terkesima. “Meski tahu mungkin dia cuma memanfaatkan Mu Ying, tindakannya yang tak peduli perasaanmu ini, kau benar-benar bisa memaafkan?”
“Ucapan Chi Yifeng sebenarnya menyentuh nestapanya, tapi dia tak ingin menunjukkan di depan pria ini, karena dia ingin mempertahankan harga diri terakhir ini. ‘Dengan syarat jiwa raganya tidak mengkhianatiku, itu sudah cukup.’”
“Ini bukan kebenaran darimu. Xiao You yang kukenal, dia jelas membedakan benar-salah, takkan pernah mengizinkan tindakan seperti ini.” Chi Yifeng menatap tajamnya, berusaha menemukan jejak-jejak hubungan di balik ketenangan matanya.
Perlahan dia menundukkan mata, tersenyum tipis, “Benarkah? Mungkin aku sudah berubah... Seperti Tuan Chi, tak pernah kuduga kau sampai menculik ibu sendiri demi mencapai tujuan.”
