Bab 405 Mencintai Satu Orang...
Keesokan paginya, kicau burung dan aroma wangi bunga, mentari mulai terbit, sebuah pagi musim semi yang begitu indah.
Dia bangkit duduk hendak mengantar Mumu ke kampus, tapi ditariknya kembali hingga merebah di dadanya, ia membelai rambut panjangnya yang halus. "Tidur lagi sebentar denganku."
"Aku tidak mau tidur lagi. Aku harus mengantar Mumu ke TK."
"Sudah kusuruh Cui Hao yang mengantar."
Rupanya dari tadi ia sudah menyiapkan siasat.
Perempuan itu tetap mengangkat kepalanya, membalas bertanya, "Kau hari ini tidak pergi ke perusahaan?"
Tatapan malasnya tertuju padanya, "Pagi ini tidak ada urusan."
"Kalau tidak ada urusan ya temani jelitamu, bukankah itu bisa mempererat perasaan kalian?" Usai bicara, ia sendiri bangkit, menarik kerah piyama yang melorot.
Jiang Jun ikut bangkit, sepasang lengan panjang memeluknya, tak puas menyembunyikan wajah di lehernya. "Percayalah, bahkan aku masih samar-samar mengingat wajahnya, karena di mataku hanya ada dirimu."
Wanita adalah makhluk yang mulut dan hati tidak sejalan, namun ia berulang kali memberikan komitmen dan mengucapkan rayuan manis ini. Benteng pertahanan di kamar hatinya yang susah payah dibangun, dalam sekejap mata telah runtuh. Pada ketukan ini, ia membiarkan dirinya dipeluk.
Demikianlah, ia ikut pindah kembali ke vila Lanxi. Semua urusan seolah tak pernah terjadi, hanya menanti datangnya Hari ketika ia akan diantar ke Nice.
……
Di suatu siang mentari cerah berkilauan, ia duduk di sofa empuk depan jendela kaca vila Lanxi sambil membaca buku dengan sunyi. Tiba-tiba Rui'er terengah-engah berlari dari pintu, panik berkata, "Nyonya, Direktur Jiang terluka!"
Mendengar kabar lukanya, ia segera melepas buku dan berlari ke ruang tamu.
Ye Shuo yang saat ini sudah membawa kotak P3K buru-buru turun dari lantai dua. Melihatnya, tak lupa menyapa dengan hormat, "Nyonya."
Mana ada waktu untuk menjawab Ye Shuo. Ia sudah berada di depan Jiang Jun. Melihat lengan kiri Jiang Jun yang sudah terkotori darah, dengan luka dalam di lengannya, wajahnya langsung pucat. Bahkan bicara pun jadi tidak lihai, "Kenapa... kenapa? Kok bisa terluka? Apa orang dari Dark Angel? Tapi bukannya Kak bilang Chi Yifeng tidak minta bantuan Dark Angel?"
Menghadapi rentetan pertanyaannya, Jiang Jun yang wajahnya agak pucat malah tersenyum, seolah sama sekali tidak terluka. Tangan satunya masih menopang bahunya, "Aku baik-baik saja, tidak ada hubungannya dengan Dark Angel..."
Mendengar bahwa itu tidak terkait dengan Dark Angel, dia menghela napas lega, tapi masih terkejut melihat luka parah yang mengerikan di tubuhnya. Ia menarik kerahnya dengan satu lengan, segera duduk di sofa, lalu cepat mengambil kotak P3K dari tangan Ye Shuo dan mengeluarkan perlengkapan disinfeksi serta perban.
Jiang Jun bersandar di sofa, kedua matanya tak lepas memandanginya.
Perempuan yang sibuk membungkuk itu merasakan tatapannya, tak tahan bergumam, "Kenapa kau memandangiku seperti ini? Apa kau tidak merasa sakit?"
Pria itu mengangkat sudut bibirnya yang indah, "Jika luka kecil ini bisa membuatmu begitu khawatir padaku, aku rela terluka seperti ini setiap hari."
"Kau ngawur..." Suaranya tersekat di leher, hatinya tersayat ingin menangis.
Darah sebanyak itu, berapa lama harus dipulihkan?
Sambil membersihkan lukanya dengan alkohol dan membalut perban, barulah dia bertanya, "Bagaimana bisa terluka? Nanti harus ke rumah sakit, lukamu terlalu dalam."
Seolah baru merasakan sakit sekarang, mengingat alkohol disinfeksi itu memang menyengat seperti menggerogoti daging. Alisnya yang tegas berkerut, tapi suaranya tetap tenang, "Su Mo yang melukai."
"Su Mo?"
Secara refleks mengangkat kepala, ia memandangnya dengan tatapan tak percaya.
Pria itu menatapnya dalam-dalam, senyum tipis di bibirnya, "Bukankah kau yang menyuruhku membantu Shan Yan dan Su Mo?"
Perempuan itu hanya mengangguk kaku.
Ia berkata dengan suara lemah, "Aku memberitahukan Su Mo, sebenarnya saat itu Qi Yuanheng sudah mengirim Shan Yan untuk menemui aku. Agar bisa lolos, aku bilang ke Shan Yan bahwa aku bisa menyerahkan Su Mo padanya. Setelah itu, Shan Yan baru pergi mencari Su Mo dan mengancam nyawa saya untuk memaksa Su Mo..."
"Apa?" Matanya melotot seperti lonceng perunggu, seluruh tubuhnya terpaku. Baru setelah beberapa saat ia tersadar, "Kau menipu Su Mo?"
Jiang Jun kemudian melirik lengan lukanya sendiri, lalu berkata dengan elegan, "Akhirnya tujuan tercapai."
Dalam sekejap, ia telah memahami alasan di balik luka itu.
Pasti karena perkataannya tadi, Su Mo percaya. Tiba-tiba menyadari selama ini salah mempercayai Jiang Jun, akhirnya Su Mo melukai Jiang Jun.
"Mengapa Su Mo percaya omonganmu?" Keraguan menghiasi wajahnya. Kepercayaan Su Mo pada Jiang Jun begitu besar, seharusnya tidak mudah goyah!
Jiang Jun menjawab, "Dia punya alasan untuk percaya. Lagipula saat itu aku mengira dia bersekongkol dengan Qi Yuanheng. Aku mengorbankannya demi menyelamatkan nyawa sendiri - logika ini masuk akal."
"Kalau begitu..." Ia menelan air liur, dalam pikirannya sudah membayangkan ekspresi hancur Su Mo saat itu.
Su Mo selalu menganggap tragedi hidupnya berawal dari Shan Yan. Andai bukan karena ancaman hina Shan Yan dulu, mungkin masih ada harapan bersama Jiang Jun. Kini tiba-tiba tahu bahwa tindakan Shan Yan waktu itu adalah pengkhianatan Jiang Jun, bagaimana mungkin dia bisa menahan pukulan ini?
“Meskipun di relung hati Su Mo mungkin ada banyak keraguan terhadap kenyataan ini, tapi Jiang Jun pasti sudah menyiapkan persiapan yang sempurna untuk membuat Su Mo hanya bisa mempercayai kenyataan ini...”
Ye Shuo berbisik di samping, "Setelah Direktur Jiang selesai berbicara dengan Nona Su, beliau mengambil hiasan logam dari meja kerja perusahaan dan melemparkannya ke arah Direktur Jiang. Saat itu Direktur Jiang tidak menghindar, hingga lengannya terluka oleh sudut tajam hiasan logam itu... Awalnya rencana mau ke rumah sakit, tapi mengingat akhir-akhir ini banyak berita tentang Direktur Jiang, wartawan setiap saat mengikuti, takut ada komplikasi, akhirnya pulang untuk dirawat."
"Pantas saja lukanya sedalam ini." Dia bergumam, mulai melanjutkan membalut perban di lengannya. "Kurasa saat itu Su Mo mungkin ingin menghancurkan hatimu."
Jiang Jun malah bisa tertawa ringan, "Ini juga baik, akhirnya di masa depan dia bisa benar-benar melepaskan diriku..."
Dia mengangkat pandangan, menatap wajahnya.
Hingga detik ini, dia bisa benar-benar yakin bahwa ia sudah melupakan Su Mo, dan di relung hatinya sudah tidak ada lagi tempat untuk Su Mo...
Jika masih ada sedikit kepedulian, pasti tidak akan tega menyakiti Su Mo seperti ini.
Saat ini Su Mo mungkin sedang menahan rasa sakit sementara, tapi bagi Su Mo, ini justru hasil terbaik... Lagipula selamanya mempertahankan seseorang yang sudah tak mencintainya, itu sungguh menyedihkan.
……
Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa hampir 40 hari telah lewat.
Di hari-hari ini dia hidup tanpa kegelisahan, sepenuhnya fokus menjaga janin di perutnya. Tak disangka hari yang ditunggu-tunggu ini datang begitu cepat.
“Ini malam hari, setelah kemesraan di ranjang, Jiang Jun berbaring menyamping, memeluk erat bahunya, wajahnya terkubur di lehernya, berkata dengan suara parau, „Setengah tahun akan berlalu cepat. Aku akan menemuimu, menemanimu saat kau membutuhkku.””
Dia sebenarnya sudah mempersiapkan diri, tapi air mata tetap mengalir tanpa disadari. Untungnya ia tak bisa melihat, sehingga harga dirinya tak sampai hilang.
„Lalu bagaimana aku menjelaskan pada Mumu?”
„Tak perlu kau yang jelaskan. Aku yang akan bicara dengan Mumu.” Bisiknya pelan.
Matanya berkedip, air mata jatuh diam-diam membasahi bantal. „Lalu, akankah kau umumkan perceraian kita?”
Entah mengapa, firasat buruknya mengatakan: bagaimana keluarga Mu bisa mempercayainya tanpa bukti nyata?
„Aku tak mau menipumu. Ini hanya persepsi orang luar, takkan ada hasil yang konkret.”
Wajahnya basah oleh air mata. Dia tak ingin lagi berbicara.
Ia memeluknya erat, terus-menerus memohon maaf, merangkulnya sambil menyeka air mata di wajah dan sudut matanya.
