Bab 423 Pesan Suara——Aku Mencintaimu
Dia agak kesal, "Bukankah sudah kukatakan jika Direktur Jiang menelepon langsung membangunkanku?"
Rui'er bergumam pelan, “Awalnya aku ingin membangunkan Nyonya, tapi Direktur Jiang yang tahu Nyonya sedang istirahat melarangku membangunkannya...”
Dia menghela napas, “Sudahlah, sekarang aku akan meneleponnya!”
Rui'er menyela, “Barusan Direktur Jiang bilang sepertinya ada rapat. Katanya akan menghubungi Nyonya setelah rapat selesai.”
Oh iya, ia buru-buru ke Kota H, pasti ada urusan penting yang harus ditangani.
Perlahan ia menurunkan ponsel dari telinga, rasa kecewa menggelayut di relung hati. Tiba-tiba matanya menangkap pesan suara belum terbaca di SMS, pengirimnya Jiang Jun.
Tak disangka ia masih ingat mengirim pesan suara. Dengan girang ia membuka SMS itu——
Sayang, hari ini sibuk. Tidak bisa menelepon. Besok akan cepat pulang. Kau istirahatlah yang cukup. Aku mencintaimu.
Entah mengapa, mendengar ia mengucapkan "Aku mencintaimu", hidungnya langsung pedih. Orbit matanya bereaksi hebat, segera diselubungi kabut air tipis.
Saat pingsan waktu itu, ia benar-benar mengira ia takkan pernah kembali...
Saat ini ia hanya ingin berterima kasih pada Tuhan, syukur Tuhan tidak membiarkannya pergi darinya!
……
Malam ini meski Jun tak di sampingnya, ia bisa tidur nyenyak.
Bangun lalu duduk di ranjang mendengarkan berulang pesan suara Jun semalam, lalu turun ranjang dengan riang untuk menjenguk Pasangan Direktur Jiang di rumah sakit.
Setelah melewati segalanya, ia yakin Direktur Jiang takkan mempermasalahkan kejadian sebelumnya lagi.
Berganti pakaian dari lantai dua, teringat Yaru yang semalam pergi menemui Que Yan untuk berterus terang, dia segera menelepon Yaru. Tak disangka, ponsel Yaru tak bisa dihubungi.
Ada kebingungan di relung hati, tapi mengingat Que Yan dan Yaru bersama pasti tak ada masalah, dia menunda urusan ini sementara. Hanya mengirim pesan suara ke Yaru agar segera menghubunginya kembali.
Sampai di rumah sakit, dari rektor dia tahu Pasangan Direktur Jiang tak apa-apa. Kemarin hanya tersedak asap sampai pingsan, semalam rawat inap, keduanya sudah bangun dan kondisinya baik-baik saja. Barulah hatinya yang menggantung itu rileks. Membawa buket bunga menuju kamar pasien tempat orang tua itu beristirahat.
"Ayah, Ibu..."
Melihat Pasangan Direktur Jiang terbaring di dua ranjang terpisah, dia memanggil dengan keakraban seperti masa lalu.
Nyonya Jiang Dong memandangnya, pertama kali menjawab, "Qingyou, kau datang."
Dia mendekati sisi ranjang Nyonya Jiang Dong, memegang tangan sang nyonya yang terletak di atas selimut, berkata lembut, "Ibu, sudah merasa lebih baik?"
Nyonya Jiang Dong mengangguk, "Ibu tak apa-apa. Ayahmu juga hanya luka ringan." Sambil berkata demikian, sang nyonya melirik ke Direktur Jiang, memberi isyarat mata seolah mengingatkan suaminya untuk tak bersikap dingin padanya.
Direktur Jiang merasakan tatapan istrinya, namun pandangannya masih tertancap di langit-langit. Suara yang biasanya segar bugar kini terselip keparauan, berkata, "Qingyou, apa kau menyalahkan Ayah?"
Ia seketika menoleh ke Direktur Jiang, mata berkilatan air mata sukacita gemetar penuh rasa tak percaya, "Ayah... Apakah Ayah sudah memaafkanku?"
Direktur Jiang perlahan menatapnya, mata memerah dengan tatapan penuh kasih, "Aku tak pernah menyalahkanmu. Hanya saja dalam situasi saat itu, aku tak punya pilihan... Kau harus tahu, setiap orang tua akan berusaha keras melindungi anak mereka."
Ia menatap Direktur Jiang, suara tersekat, "Tentu saja aku bisa memahaminya. Karena itu aku juga tak pernah marah pada Ayah. Aku hanya ingin keluarga kita bisa kembali seperti dulu, hidup rukun seperti masa lalu..."
"Sekarang semuanya sudah berakhir." Nyonya Jiang Dong menggenggam tangannya erat-erat, tersenyum penuh kasih, "Jun'er sebelumnya memberitahuku, Dark Angel hanya akan membantu Grup Mu sekali saja. Meski kali ini Dark Angel tidak membantu Mu Ying melukai Jun'er, mereka tak akan menyerang Jun'er lagi..."
"Aku tahu." Ia menempelkan tangan Nyonya Jiang Dong ke pipinya yang basah oleh air mata, mengetahui semua urusan buruk telah sirna bagai kabut muram pada ketukan waktu ini.
Direktur Jiang tersenyum ramah bertanya, "Qingyou, di mana Mumu?"
Dia segera menyeka air mata, dengan wajah kemalangan berkata, "Ayah, Ibu tenang saja, Mumu ada di tempat Ibu, dia tidak tahu apa-apa. Aku berencana menjemputnya dalam dua hari setelah Ayah Ibu pulang dari rumah sakit."
Nyonya Jiang Dong mengangguk, "Benar, seharusnya begitu... Aku tidak mau cucu kesayanganku melihatku dalam kondisi sangat tua dan lemah di ranjang pasien."
Dia tersenyum merayu, "Ibu sama sekali tidak tua. Mumu bilang, Nenek adalah nenek termuda di dunia..."
Nyonya Jiang Dong terhibur olehnya, menggenggam erat tangannya seolah tak mau melepas, dengan kilatan air mata di mata berkata, "Sungguh baik... Qingyou-ku memang selalu pandai merayu."
Air matanya berubah menjadi senyuman.
……
Pada saat yang sama, Kota H.
Setelah operasi lebih dari sepuluh jam, Ye Shuo yang tak sempat menutup mata sepanjang malam akhirnya melihat Rektor Su, otoritas racun, keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana, Profesor Su?" Ye Shuo segera menyambut dan bertanya.
Profesor Su melepas masker, serius menjawab, "Untung Direktur Jiang tahu racun yang menyerangnya adalah neurotoksin VX. Sebelumnya sudah meminta Dokter Chen menyuntikkan penawar racun. Kalau tidak, dalam waktu kurang dari dua puluh menit setelah keracunan..."
Ye Shuo menyeka keringat dingin di dahinya, "Lalu bagaimana kondisi Direktur Jiang sekarang?"
Profesor Su lelah mengedipkan mata sebentar, "Kau mungkin tak tahu bahaya racun saraf VX, meski Direktur Jiang sudah disuntik penawar racun dan nyawanya tertolong, tapi racun saraf VX adalah zat beracun yang sangat mematikan. Ini bisa dengan mudah melumpuhkan seseorang, bahkan jika hanya tersisa sedikit dalam tubuh... Jadi, kami menghabiskan belasan jam untuk membersihkan racun dari tubuh Direktur Jiang. Tapi apakah masih ada sisa, tergantung kondisi Direktur Jiang setelah sadar..."
Ye Shuo tak paham maksud panjang lebar Profesor Su, hatinya mulai cemas. "Profesor Su, tolong jelaskan dengan lebih jelas?"
Profesor Su akhirnya berkata ringkas, "Direktur Jiang sekarang sudah tak ada ancaman nyawa, tapi racun saraf VX terlalu kuat. Meski kami habiskan belasan jam membersihkan racun dari tubuhnya, kami tak bisa memastikan apakah sudah benar-benar bersih..."
"Kalau begitu lanjutkan pembersihan!" Ye Shuo buru-buru menyela.
Profesor Su menggelengkan tangan, "Proses pembersihan racun sangat menyiksa pasien. Kalau bukan karena fisik Direktur Jiang kuat, orang biasa tak akan tahan menjalani proses belasan jam ini... Jadi sekarang kami tak bisa melanjutkan pembersihan lagi, atau kondisi fisik Direktur Jiang akan menjadi terlalu lemah sampai nyawanya taruhan..."
Ye Shuo kaget, lalu bertanya lagi, "Lalu sekarang harus bagaimana? Bagaimana jika racun dalam tubuh Direktur Jiang belum sepenuhnya dibersihkan?"
Profesor Su menjawab sejujurnya, "Ini tergantung takdir Direktur Jiang sendiri... Jika sisa racun masuk ke saraf setelah sadar..." Profesor Su berhenti sejenak di sini.
Ye Shuo tak sabar mendesak, "Apa yang akan terjadi setelah sadar?"
Profesor Su menghela napas, baru kemudian berkata, "Setelah sadar mungkin akan mempengaruhi kedua kaki Direktur Jiang."
"Kedua kaki?"
"Maksudnya lumpuh bagian bawah tubuh."
"Apa?" Ye Shuo terkejut sampai membeku di tempat, seluruh dirinya terpaku lama.
……
Kota C.
Gu Qingyou sedang berbicara dengan Nyonya Jiang Dong, tiba-tiba ponselnya berdering.
Melihat nama Yaru di layar ponsel, dia dengan tenang mengangkat telepon, "Halo..."
"Qingyou, perutku sakit... Aku mungkin... mungkin akan melahirkan... Kau... cepat... cepatlah..."
"Ah?"
Sebelum Gu Qingyou sempat menjawab, Yaru sudah mematikan telepon.
