Bab 436 Disandera
Hotel.
Siluet tegak nan dingin berdiri di depan jendela kaca ruang tamu suite, kedua tangan terbenam di saku celana jas. Alis Jiang Jun yang berkerut seolah tengah merenung.
Derap langkah kaki terdengar, mengembalikan pikirannya ke realita.
Yang datang adalah Ye Shuo. Dengan kepala tertunduk hormat, ia melapor, "Direktur Jiang, hasil investigasi menunjukkan tak ada media di Kota H yang mengetahui kondisi fisik Anda. Jadi tak ada wartawan yang dikirim ke hotel ini untuk memotret diam-diam... Selain itu, semua bodyguard telah ditanya. Mereka tak membocorkan jejak pergerakan Anda kepada siapapun. Jadi seharusnya tidak ada orang luar yang tahu. Lenssa panjang yang Anda rasakan semalam mungkin hanya pantulan cahaya dari sumber tak dikenal. Hamba akan segera menyelidiki sampai tuntas.."
Mendengar itu, mata hitam Jiang Jun semakin dalam, bertanya dengan khidmat, "Apakah ada kelainan dalam pergerakan Qingyou?"
Ye Shuo buru-buru menjawab, "Tenang Direktur Jiang, orang saya terus memantau jejak Nyonya. Jika ada keanehan, akan segera dilaporkan. Saat ini Nyonya dan Anda masih di bandara, tepatnya di ruang istirahat VIP lantai dua."
“Aku masih tidak tenang.” Mata gelap Jiang Jun yang pekat menatap tegang deretan gedung tinggi di luar jendela kaca, ekspresinya kaku, di baliknya tersimpan emosi yang lebih dahsyat dan dalam daripada kekakuan itu. “Kau pergi ke bandara menjemput Qingyou, bawa dia pulang sekarang juga.”
Ye Shuo terkejut, “Direktur Jiang, sekarang... sekarang menjemput Nyonya?”
Jiang Jun mengerutkan alis, berkata dengan nada dingin, “Apa kau tidak mendengar perintahku?”
Ye Shuo segera mengurungkan keraguannya, buru-buru mundur, “Hamba segera melaksanakannya.”
Ekspresi muram Jiang Jun mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, mengirim pesan ke ponsel Gu Qingyou——Aku sudah mengirim orang menjemputmu, kau hanya perlu mencari alasan untuk lolos dari sisi Chi Yifeng.
……
Ye Shuo keluar dari ruang tamu, bertemu dengan Cui Hao.
Cui Hao melihat gerak-gerik terburu-buru Ye Shuo, buru-buru bertanya, “Ada apa?”
Ye Shuo berkata serius, “Direktur Jiang memerintahkanku menjemput Nyonya dari bandara sekarang.”
Cui Hao seketika mengerutkan alis, tegang bertanya, “Terjadi apa?”
“Semalam Direktur Jiang agak merasa ada cahaya dari kamar seberang hotel menyapu ke sini, beliau mencurigai itu pantulan lensa kamera tele. Tapi pagi ini kuselidiki, kamar seberang itu hanya dihuni tamu biasa, bukan wartawan media mana pun. Selain itu semua bawahan sudah kuperiksa, tak ada yang membocorkan jejak Jiang Jun. Jadi kurasa cahaya itu hanya kepekaan berlebihan Direktur Jiang... Tapi beliau tetap tidak tenang dan memutuskan membatalkan rencana semula.” Ye Shuo perlahan menjelaskan.
Ekspresi Cui Hao sama terkejutnya dengan Ye Shuo tadi, "Membatalkan rencana yang sudah ditetapkan, lalu memanfaatkan Chi Yifeng untuk mendapatkan proyek internasional Inggris, ini kan..."
Ye Shuo menjawab dengan suara berat, "Bagi Direktur Jiang, Nyonyalah yang terpenting." Setelah berkata demikian, Ye Shuo menelepon bawahannya untuk mempersiapkan keberangkatan segera ke bandara.
Cui Hao merenung sejenak, tiba-tiba membelalakkan mata seolah teringat sesuatu, lalu bergegas masuk ke ruang tamu. "Direktur Jiang."
Jiang Jun menunjukkan sedikit ketidaksenangan atas kecerobohan Cui Hao, "Apa urusannya?"
Cui Hao menunduk, berkata dengan serius, "Ada satu hal yang tiba-tiba hamba ingat, tapi tidak tahu apakah perlu disampaikan."
"Sejak kapan kau menjadi begini plin-plan?"
Cui Hao akhirnya memaparkan, "Beberapa hari lalu hamba tidak sengaja bertemu Nona Xia di Kota C. Ia menanyakan jejak Direktur Jiang kepada bawahan hamba. Melihatnya baru keluar penjara tanpa tempat berpijak, hamba tanpa sadar timbul rasa kasihan, lalu memberitahunya bahwa Anda di Kota H... Baru sekarang hamba sadar ini mungkin mengakibatkan hasil akhir yang buruk."
Jiang Jun tiba-tiba berbalik badan, matanya yang tajam bagai bintang dingin sanggup menusuk hati manusia.
……
Setelah keluar dari ruang istirahat, Gu Qingyou bersiap menjalankan rencana kedua Jiang Jun untuk membuat Chi Yifeng mengizinkannya tinggal beberapa hari di Kota C. Tiba-tiba terdengar bunyi SMS dari ponselnya.
Teringat ucapan Jiang Jun semalam bahwa jika ada perubahan rencana sementara akan menggunakan SMS untuk komunikasi, ia segera mengeluarkan ponsel dari tas dengan wajar.
“Aku sudah mengirim orang untuk menjemputmu, kau hanya perlu mencari alasan untuk lolos dari sisi Chi Yifeng.”
Melihat SMS ini, alisnya berkerut.
Apakah maksud Jiang Jun tiba-tiba memintanya mundur berarti rencana dibatalkan?
Mengapa tiba-tiba seperti ini?
"Ada apa?" Chi Yifeng memperhatikan ekspresinya, bertanya penuh perhatian.
Dia menggelengkan kepala, dengan sangat natural mengubah ekspresinya, berkata datar, "Ini dari Mama. Dia bertanya kapan aku pulang, dia belum tahu kondisi Jiang Jun." Setelah berkata demikian, dia memasukkan ponsel kembali ke dalam tas tangannya.
Karena Jiang Jun tiba-tiba membatalkan rencana, pasti ada alasannya.
Bagaimanapun, dia akan melakukan sesuai yang dikatakan Jiang Jun terlebih dahulu.
Maka, kalimat yang semula ingin meyakinkan Chi Yifeng agar mengizinkannya pergi ke Kota C, seketika berubah menjadi, "Aku ke toilet dulu... Tunggu aku kembali, kuharap kau akan memberitahukan nama racun itu padaku."
Chi Yifeng sepertinya menyadari hubungan antara kepergiannya ke toilet dan SMS yang baru diterimanya, berpura-pura merenung sejenak, "Aku akan menunggumu di luar."
Ternyata meloloskan diri tidak semudah itu, kewaspadaan Chi Yifeng terlalu tinggi. Sekarang hanya bisa pergi ke toilet dulu lalu mencari cara lain. Dia pun mengangguk.
Masuk ke toilet, dia hanya berpikir untuk segera menghubungi Jiang Jun. Tak disangka, begitu dia menunduk mengambil ponsel dari tas, lehernya langsung merasakan dinginnya besi. Detik berikutnya dia menyadari bilah pedang telah menempel di lehernya.
Seketika dia menarik napas tajam, kepala mendongak ke belakang, wajah pucat pasi.
“Kemudian, suara wanita muda terdengar, "Gu Qingyou, kau seharusnya masih ingat padaku?"”
Hati Gu Qingyou tiba-tiba mengguncang, matanya terbelalak kaget, "Xia Qingchen?"
Xia Qingchen tertawa perlahan, "Ya, adikku tercinta. Kau hidup bahagia sampai mungkin lupa bahwa aku masih ada di dunia ini?"
Alisnya berkerut ketat, dia menahan napas, "Apa yang kau inginkan?"
Tatapan Xia Qingchen mengelus perut bagian bawahnya yang sedikit menggembung, menyeringai dingin, "Sepertinya kau sudah hamil anak kedua. Timing-ku menemukanmu kali ini tepat sekali!"
“Berani kau sentuh dia sedikit saja, aku akan menghancurkanmu!”
Suara Chi Yifeng tiba-tiba terdengar di telinganya. Secara refleks dia menoleh ke sumber suara, melihat Chi Yifeng sudah memasuki toilet dengan tatapan penuh kebengisan ke arah Xia Qingchen.
Tak ada wanita lain di toilet. Langkah Chi Yifeng mendesak semakin dekat ke arah mereka.
Xia Qingchen menekan bilah pedang tajam ke leher Gu Qingyou, menatapnya tanpa rasa takut, "Aku baca berita. Aku tahu kau, Direktur Utama Grup Mu Chi Yifeng yang terus bersaing dengan Kelompok Jiang... Bagaimana caranya Gu Qingyou menggoda sampai kau pun tergila-gila padanya?"
“Percaya tidak kalau sekarang juga peluru perak akan kutembakkan ke pelipismu?” Chi Yifeng menyipitkan mata, mengeluarkan ancaman dengan nada muram.
Xia Qingchen mengarahkan mata pedang lebih dekat ke lehernya, hampir menyentuh kulit. Ia tertawa terbahak, "Kau pikir setelah melakukan ini aku masih mau hidup? Tidak... Jangankan kau, bahkan Jiang Jun pasti takkan membiarkanku. Jadi jika kau nekat menembak peluru perak ke kepalaku, aku pasti akan menyeret Gu Qingyou sebagai pengikut setia! Satu-satunya harapanku sekarang adalah menghancurkan perempuan itu!"
"Kau berani!" Sorot mata tajam Chi Yifeng menyala. Seorang bodyguard di belakangnya mengeluarkan senjata hitam legam yang langsung diarahkan ke Xia Qingchen.
Xia Qingchen malah menatap lubang hitam senjata itu dengan senyum lebar, tak gentar sedikitpun. "Chi Yifeng, kau begitu khawatir pada wanita ini. Tapi tahukah kau, saat ini dia sedang menyiapkan jebakan untukmu?"
