BAB 443 HAL ROMANTIS
Setelah tinggal tiga hari lagi di Kota H, mereka kembali ke Kota C dari H.
Saat ini leher Gu Qingyou sudah hampir pulih, hanya masih perlu dibalut perban agar salep obat bisa bekerja optimal, mencegah bekas luka di leher nantinya.
Tiba di Kota C saat senja, dia menyuruh Jiang Jun menjemput Mumu di Kediaman Gu, sementara dirinya pergi ke rumah sakit.
Pasangan Direktur Jiang sudah pulang dari rumah sakit, jadi dia segera mengunjungi Yaru yang masih dalam masa nifas.
Sebelum masuk ke kamar pasien, dia sudah mendengar suara Yaru yang sedang mengajak bayi bermain.
“Kecil manis Mama... Matamu cantik sekali, hitam berkilau seperti buah anggur hitam, jauh lebih indah dari Mama...”
Dia berdiri di pintu, entah mengapa, melihat Yaru sendirian menggoda anak, relung hatinya terasa getir.
Tapi dia tahu tak boleh melembut dan bocorkan kondisi Que Yan pada Yaru, jika tidak semua usaha keras Que Yan akan sia-sia.
Yaru masih punya banyak waktu di masa depan. Jika benar-benar bisa melupakan Que Yan, ini mungkin hal baik untuknya...
Yaru seperti merasakan tatapan mengarah padanya. Saat mengangkat mata, tak disangka melihat Gu Qingyou. Wajahnya langsung berbinar, "Qingyou!"
Gu Qingyou menggunakan kemampuan kendalinya yang baik untuk menutupi rasa bersalah yang lama disembunyikan, tersenyum manis, "Iya Sayang, aku baru kembali dari Kota H." Sambil berkata, merangkai setangkai bunga yang baru dibeli dari toko bunga ke dalam vas di meja.
"Kau tak punya nurani... Pergi ke Kota H cari suami tanpa pamit, benar-benar seperti ucapanku dulu: Hanya peduli suami, lupa sahabat!" gerutu Yaru.
Gu Qingyou menoleh, membuat wajah jelek pada Yaru, "Aku kan tak lupa sama kamu. Aku belikan hadiah dari Kota H, besok kubawa."
Yaru mendengus, "Syukurlah kau masih punya sedikit nurani."
"Cepat biarkan ibu tiri ini memeluk si kecil manis." Gu Qingyou duduk di tepi ranjang, tatapannya penuh harap.
Yaru dengan hati-hati mengangkat anak itu ke pangkuan Gu Qingyou, tanpa sengaja mengangkat pandangan, baru menyadari ada selembar perban menempel di leher Gu Qingyou. "Lehermu kenapa?"
Gu Qingyou sudah mempersiapkan penjelasan untuk sahabatnya sejak tadi. Sambil perlahan menggoyang-goyangkan bayi mungil yang sedang menatap langit-langit dengan mata bulat, ia berkata santai, "Bukan apa-apa... Nyamuk di Kota H terlalu ganas. Digigit nyamuk jelek, kubalut pakai obat oles biar tidak kelihatan."
Mendengar itu, Yaru tertawa terbahak-bahak sambil mengejek, "Nyamuk sebesar itu mana ada di Kota H! Kalau benar ada... Pasti Direktur Jiang itu 'nyamuk'nya!"
Gu Qingyou mengerutkan alis, memandang sahabatnya dengan malu-malu bercampur genit. "Kulitmu gatal ya? Awas kugaruk sampai luka operasi caesarmu sakit!"
Yaru segera menangkupkan tangan, bersikap memohon ampun.
Baru puas menarik kembali tatapan, Gu Qingyou malas-malasan berkata pada bayi dalam dekapannya, "Iya kan, sayang... Mamamu ini kulitnya memang gatal..."
Yaru menunduk memandang bekas luka jelek di perutnya, menghela napas. "Awalnya mau melahirkan normal... Tak disangka ada komplikasi... Sekarang dapat bekas luka sepanjang ini. Karier model tamat sudah. Mencari suami ideal pun mungkin sulit nantinya."
Mendengar nada santai Yaru yang mengejeknya, Gu Qingyou menggigit bibirnya perlahan, bertanya, "Kau...kau benar-benar bisa melupakan Que Yan di masa depan?"
Yaru menyilangkan tangan di dada, bersandar di tepi ranjang, berkata serius, "Dia tak menyukaiku, buat apa aku memaksakan diri? Masih panjang waktu ke depan, aku yakin pasti akan bertemu pria lain yang bisa membuatku tertarik!"
Dari mata Yaru tak terlihat jejak apa pun. Qingyou tahu dirinya tak punya kemampuan membaca pikiran seperti Jiang Jun, tapi ia paham Yaru sangat ahli menyembunyikan perasaan agar tak membuat orang sekitar khawatir. Ia melanjutkan, "Que Yan sudah kembali ke Prancis...dari pembicaraan dengan Jiang Jun, sepertinya dia tak akan kembali ke Kota C dalam waktu dekat."
Ucapan ini selain memberi tahu lokasi Que Yan, juga menjadi cara untuk menguji ketulusan Yaru melepaskan sang mantan.
"Benarkah?" Yaru merapikan baju anaknya dengan santai, berkata datar, "Dia memang takut kami akan merepotkannya...tapi justru bagus. Dari awal pun setelah melahirkan kami akan bercerai juga. Sekarang dipersingkat, aku bisa menghemat lebih banyak waktu hidupku."
Qingyou mengamati setiap kerutan dahi dan ekspresi halus Yaru dengan saksama. Dari gemetar tak terkendali di tangan dan kilatan tak menentu di mata, ia menyimpulkan: dalam hati, Yaru tak sesantai yang ditampilkannya.
Dia tak kuasa menahan rasa tersayat hatinya pada Yaru, karena menyadari betapa sulitnya berpura-pura menjadi kuat seperti itu.
Persis seperti pertemuan pertama mereka setelah tiga tahun berpisah dengan Jiang Jun, saat dia pura-pura tak terjadi apa-apa padahal hatinya seolah ditusuk pisau.
Memejamkan mata sebentar, akhirnya dia tak tega membocorkan fakta lebih kejam pada sahabatnya. "Ngomong-ngomong, sudahkah Tante Que menjengukmu?"
Yaru menjawab jujur, "Mengapa dia mau menjengukku? Dari dulu dia tak suka padaku. Pernikahanku dengan Que Yan pun hanya demi janin di perutku... Sekarang Que Yan sudah terang-terangan menolakku, kandunganku pun perempuan - artinya aku sudah tersingkir... Untuk apa lagi dia datang?"
Dadanya sesak menahan pilu. "Lalu apa rencanamu ke depan?"
Yaru memandang lembut si kecil dalam pangkuannya, berbisik pelan, "Sementara ini fokusku merawat putri kecilku... Setelah usianya enam bulan, akan kuberi tahu Ayah dan Ibu tentang keberadaannya, minta bantuan mereka merawatnya. Nanti aku akan mencari kerja..."
Membayangkan beratnya perjuangan Yaru nanti, dia menggeleng prihatin. "Tak usah cari kerja. Aku akan..."
"Aku tak butuh bantuanmu. Anakku harus kubesarkan dengan kemampuanku sendiri. Daripada mengandalkanmu, lebih baik minta nafkah pada Que Yan - itu hak kami yang sah." Yaru memotong tegas.
Matanya berkaca-kaca. Saat ini, entah lagi apa yang bisa dilakukannya untuk sahabatnya.
Yaru kesal melotot penuh kasihan padanya, "Suapi, jangan lihat aku dengan tak punya ambisi seperti ini, ibu tunggal di era modern sangatlah normal, aku akan lebih kuat daripada saat kau membawa Mumu di London dulu."
Dia masih tak bisa mengendali air mata yang menetes, karena di relung hati terlalu menyesali perasaan antara Yaru dan Que Yan, tapi demi masa depan Yaru, dia tak punya pilihan lain selain menyembunyikan urusan ini.
Yaru mengulurkan tangan menghapus air mata di sudut matanya, merayu, "Baik, baik... jangan nangis... paling-paling saat aku kesulitan, pasti akan minta tolong padamu... tak perlu tangisi aku lagi, Sayang... segera beritahu, apa yang Direktur Jiang lakukan padamu di Kota H yang romantis ini?"
