BAB 446 Rahasia yang Tak Diketahui Orang
Pasti ada urusan penting, kalau tidak Kakak takkan tiba-tiba memanggilnya pulang.
Setelah berganti pakaian dan berpamitan pada Pasangan Direktur Jiang, dia menuju Kediaman Keluarga Gu.
Dari kejauhan, Shan Yan terlihat duduk bersandar di sofa dengan setelan jas mahal, wajahnya khidmat seolah tenggelam dalam pikiran.
"Nona."
Nyonya Ning memanggil, mengambil tas dari tangan dia.
Shan Yan baru tersentak, memandangnya dengan tatapan dalam.
Dari tatapan Shan Yan, dia menangkap kekhawatiran, sedikit mengerutkan alis lalu duduk di sebelahnya. "Ada apa?"
Shan Yan tidak menjawab.
Dia melirik sekeliling, bertanya, "Ibu dan Tante Qu tidak di rumah?" Sebenarnya dia berencana beristirahat hari ini dan baru besok mengunjungi Kediaman Keluarga Gu untuk menemui ibunya.
Shan Yan membuka bibirnya dengan datar, "Ibu sedang istirahat di lantai atas, Tante Qu sedang merawatnya."
"Ibu tidak enak badan?" tanyanya tegang.
Aneh, kalau ibu sakit, semestinya Jiang Jun yang kemarin menjemput Mumu ke sini akan memberitahunya?
"Tidak ada masalah besar, hanya sedikit terprovokasi," jawab Shan Yan.
Meski nada Shan Yan terdengar santai, dia merasa urusan ini tidak sesederhana itu. "Urusan apa yang membuat ibu terprovokasi?"
Dia merenung, menduga mungkin terkait Pasangan Direktur Jiang lagi, mengingat kini ibu sudah tak perlu repotkan urusan kakak dan Xiao Xi.
Shan Yan menyipitkan mata, tatapan cokelat tuanya yang indah menembus. "Selanjutnya yang akan kukatakan, kuharap kau sudah punya persiapan psikologis."
"Urusan apa sebenarnya?"
Bisa membuat Shan Yan ragu-ragu, dia tahu pasti ini sesuatu yang sangat serius.
"Selama kalian di Kota H, Direktur Jiang datang menemui ibu, tetap membujuknya untuk meyakinkanmu meninggalkan Jiang Jun." Shan Yan mulai bercerita perlahan.
Hatinya berdebar kencang, seolah menyelam ke dasar danau yang dingin menusuk dalam sekejap mata, dingin hingga ke ujung jari. "Kenapa bisa begini? Aku kira Direktur Jiang sudah... Lagipula, semalam kita sekeluarga masih makan bersama dengan tenang."
Shan Yan berkata, "Direktur Jiang memang mencari Ibu, sampai-sampai akhir-akhir ini kondisi mental Ibu sangat buruk. Kalau bukan karena pemberitahuan Tante Qu, aku yang di luar kota pun tidak akan tahu."
Tubuhnya membeku seketika, tak menyangka ibu kandungnya sudah sakit selama beberapa hari.
Shan Yan melanjutkan, "Semalam aku yang menyerahkan Mumu kepada Jiang Jun, dan membuat alasan agar Jiang Jun tidak bertemu Ibu. Jadi Jiang Jun tidak tahu tentang hal ini."
Dia mengerutkan alis tak mengerti, "Apakah Direktur Jiang masih mengira aku akan menjerumuskan Jiang Jun, sehingga berharap aku meninggalkan Jiang Jun?"
"Bukan."
"Lalu apa penyebabnya?" Kerutan di antara alisnya semakin dalam, menatap Shan Yan tanpa henti.
Shan Yan menatap tatapan bingungnya, seolah bergulat dalam relung hati sebentar sebelum berbisik, "Kurasa kau masih ingat balas dendam Jiang Jun terhadap Qi Yuanheng dulu untuk dua hal. Pertama, karena Qi Yuanheng 'membunuh' Su Mo. Kedua, karena Qi Yuanheng pernah berusaha menyingkirkan Jiang Jun."
"Tentu aku ingat... Tapi Kak, kenapa tiba-tiba membahas ini?" Entah mengapa, pembahasan mendadak Shan Yan ini memberinya firasat buruk.
"Tahukah kau?" Shan Yan mengangkat tangan menyentuh bahunya, seolah memberi penghiburan lebih awal. "Sebenarnya Qi Yuanheng bukanlah dalang sebenarnya."
“Apa?” Seluruh tubuhnya terkejut, kedua mata membelalak tak percaya.
Masih ada dalang di balik semua ini?
Bukankah semua ini dilakukan Qi Yuanheng demi keuntungan?
Sementara Jiang Jun membalas dendam dengan menghancurkan Grup Ji Yi dan membuat Qi Yuanheng mendekam di penjara Amerika.
Shan Yan menurunkan pandangan, menatapnya lama, lalu berkata dengan suara berat, "Dalang sebenarnya adalah Ibu. Semua yang pernah Qi Yuanheng lakukan pada Jiang Jun adalah hasil hasutan Ibu."
Tubuhnya terempas ke sofa, membeku.
Shan Yan sudah menangkap reaksinya, perlahan mengusap bahu kurusnya, "Aku juga terkejut saat pertama tahu, tapi ini Ibu yang langsung mengatakannya padaku."
Kilau keraguan berkedip di matanya, "Kau... serius?"
Shan Yan menatap lekat tatapannya yang goyah, "Aku sengaja memberitahumu setelah Jiang Jun pergi, agar kau punya waktu mencerna ini semua tanpa ketahuan di hadapannya."
Ia menutup mata, menarik napas panjang. "Bagaimana Ibu bisa terlibat dengan Qi Yuanheng?"
Shan Yan menjawab tegas, "Lebih baik Ibu yang menjelaskan detailnya. Sekarang temui beliau dulu. Nanti kita bahas dampaknya pada hubunganmu dengan Jiang Jun - dan hubunganku dengan Su Mo."
“Diam-diam dia mengangguk, perlahan bangkit dari Sofa.”
……
“Sampai di lantai dua, kebetulan bertemu Tante Qu yang baru keluar dari kamar Ibu.”
“Xiao You?”
“Ekspresi Tante Qu saat melihatnya bukanlah terkejut, melainkan rumit.”
“Dia melirik pintu kamar di belakang Tante Qu, 'Ibu sedang istirahat di dalam?'”
“Tante Qu yang sudah menebak situasi dari raut wajahnya bertanya, 'Shan Yan yang memberitahumu?'”
“Dia mengangguk lesu, 'Apakah Ibu dalam kondisi yang memungkinkan untuk berbicara denganku sekarang?'”
“Tante Qu menghela nafas, 'Ibumu belum benar-benar istirahat beberapa hari terakhir, sepanjang hari dan malam dengan tatapan penuh arti, kondisinya sangat lemah... Sekarang pun masih terbangun bersandar di kepala ranjang.'”
“Dia bertanya, 'Kak bilang Direktur Jiang datang menemui Ibu, benar?' Bukan meragukan tapi memastikan.”
“Tante Qu mengangguk, 'Tiga hari lalu. Pasangan Direktur Jiang mungkin baru pulang dari rumah sakit, tiba-tiba datang ke Kediaman Keluarga Gu.'”
“Setelah merenung sejenak, 'Baik, aku akan masuk menemui Ibu.'”
“Tante Qu menjawab, 'Ya, aku akan menyiapkan makanan untuk Xinmei dulu.'”
……
“Ibu begitu fokus memikirkan sesuatu sampai tak menyadari kedatangannya.”
“Saat dia duduk di tepi ranjang, tatapan kosong Ibu ke jendela kaca baru teralihkan, 'Xiao You?'”
“Dia mendesah, menggenggam tangan Ibu. 'Aku tidak tahu Ibu sakit, semalam langsung pergi ke rumah sakit menjenguk Yaru setelah pulang.'”
“‘Kakak yang memberitahumu?’ Ibu bertanya dengan kewaspadaan.”
Dia melihat wajah ibu yang kurus kering dalam beberapa hari, "Ya, Kak sudah memberitahuku tentang urusan Direktur Jiang yang mencari Ibu."
Mendengar itu, rasa sakit sekilas terlihat di mata ibu. "Dulu aku selalu tak percaya hukum sebab-akibat, seolah Tuhan tak pernah menghukum Yin Suna. Sekarang aku akhirnya percaya, benih apa yang ditanam di masa lalu, buahnya akan dipetik di masa depan. Semua hutang akhirnya harus dibayar." Usai bicara, ibu membeku menatap langit-langit dengan kesepian seorang yang telah melihat melalui dunia.
Ia menggenggam erat tangan ibu, bertanya agak terburu-buru, "Ibu, katakan padaku, benarkah Ibu punya hubungan dengan Qi Yuanheng?"
Wajah ibu memerah seketika, suaranya serak berkata, "Kakiku lumpuh, dikejar debt collector Yin Suna, aku kabur ke Kota N... Di sana hidupku terpuruk, kehilangan harapan akan masa depan. Aku hampir ingin mengakhiri hidup. Saat itulah aku bertemu Qi Yuanheng..."
Pengakuan langsung dari mulut ibu tentang keberadaan fakta ini membuat hatinya menggantung di tenggorokan.
Ibu melanjutkan perlahan, "Sebenarnya pertemuanku dengan Qi Yuanheng bukan kebetulan. Itu semua sudah kurencanakan matang-matang."
“Qi Yuanheng adalah orang terkaya di Kota N, aku tahu jika aku ingin membalas dendam pada Yin Suna, membalas Jiang Huai, aku harus mencari orang yang lebih kuat dari mereka. Jadi, aku duduk di kursi roda, setiap hari pergi ke jalan wajib yang dilalui Qi Yuanheng untuk bermain golf. Akhirnya suatu hari, aku menunggu sampai Qi Yuanheng turun dari mobil...”
“Aku tahu aku punya kecantikan, tapi kedua kakiku cacat, Qi Yuanheng belum tentu menyukaiku. Jadi aku mati-matian mempelajari pengetahuan bisnis, berusaha menarik perhatian Qi Yuanheng dengan pengetahuanku... Tak kusangka, aku ternyata berhasil. Setelah satu kali pandanganku membuat Qi Yuanheng mendapatkan proyek idealnya, Qi Yuanheng memintaku pindah ke rumahnya...”
