Bab 447 Kejujuran atau Penyembunyian
Dia diam mendengarkan penjelasan sang Ibu, selama itu tak sekalipun memotong.
Sang Ibu karena tenggelam dalam kenangan masa lalu, air mata terus menerus terjatuh. “Mungkin karena Qi Yuanheng sudah lama kehilangan istri, atau mungkin karena kecantikanku... Dia benar-benar baik padaku, meski aku tahu dia bukan orang baik. Tapi selama bersama denganku, dia melakukan banyak hal untukku, bahkan memutuskan untuk menikahiku...”
“Jadi, saat dia melamarku di saat itu, aku tahu kesempatan yang selalu kuinginkan, akhirnya kutunggu...”
“Aku menceritakan nasibku pada Qi Yuanheng, dan mengatakan padanya: Jika balas dendam ini tidak kulakukan, seumur hidup aku tak mungkin bersama siapapun.”
“Pada awalnya, Qi Yuanheng sudah bersiap membantu saya menekan Jiang Huai, tapi tak disangka, tahun itu kebetulan mengalami krisis keuangan, Grup Ji Yi terperangkap dalam kesulitan, sehingga urusan balas dendam pun untuk sementara ditunda. Setelah setahun Grup Ji Yi bertahan melewati masa tersulit, Qi Yuanheng ingin membantu saya menghadapi Jiang Huai, tapi tiba-tiba saya memutuskan untuk menunggu lebih dari sepuluh tahun, hingga anak Jiang Huai dewasa baru melakukan balas dendam...”
Mendengar ini, dia yang sudah lama berkaca-kaca menyela, “Mengapa?”
“Karena aku sangat membenci Yin Suna... Aku menyerahkan orang yang paling kucintai padanya, tapi malah bertemu Setan Xia Dongcheng yang membuatku terpisah dari kakakmu. Tak kusangka saat aku paling terpuruk dan memohon padanya serta Jiang Huai, dia malah menuduhku berselingkuh dengan Jiang Huai, mencoba membunuhku. Akhirnya demi menyelamatkan nyawaku dan nyawamu, terpaksa kuserahkan kamu pada Qu Liyuan... Jadi aku ingin Yin Suna juga merasakan kehilangan darah dagingnya sendiri.”
Masih terlihat jelas kebencian tak terdamaikan dalam tatapan ibu yang dipenuhi air mata. Dia menggeleng pelan, sulit mempercayai semua ini benar-benar melibatkan ibu.
Dengan suara tersedu, ibu melanjutkan, “Alasan menunggu Jun dewasa, karena aku tahu tak ada yang lebih menyakitkan daripada orang tua menguburkan anaknya sendiri, apalagi saat anak itu sudah dewasa...”
“Saat itu Jiang Jun masih kuliah, ia adalah seorang mahasiswa yang penuh semangat. Setiap kali aku melihat foto Jiang Jun dari detektif swasta, aku selalu bertanya-tanya bagaimana kepedihan yang dirasakan Yin Suna ketika kehilangannya... Jadi, aku menyuruh Qi Yuanheng harus menghancurkan prospek Jiang Jun.”
“Apakah Mama hanya menyuruh Qi Yuanheng menghancurkan prospek Jiang Jun?” Dia mengangkat bola mata berkabut air mata, bertanya dengan tersekat pada ibunya.
Ibu menatapnya, berkata dengan suara parau, “Meski Mama sangat ingin membuat Yin Suna merasakan kepedihan kehilangan anak, tapi itu juga anak Jiang Huai. Mama selalu menahan diri, ditambah Mama tak sanggup melakukan kekejaman seperti itu untuk menjerumuskan seorang anak sampai mati... Jadi, Mama hanya menyuruh Qi Yuanheng menghancurkan prospek Jiang Jun.”
Bola mata berkabutnya memandang ibu, leher sudah parau tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Ibu menahan tersekat di leher sambil berkata, “Tapi Mama tak menyangka, Qi Yuanheng ternyata mempersiapkan Jiang Jun untuk kematian... Baru setelah itu aku tahu, ternyata Jiang Jun secara kebetulan berpacaran dengan anak haram Qi Yuanheng. Mungkin untuk memutus harapan Su Mo, Qi Yuanheng baru timbul niat membunuh...”
Dia berkata dengan pilu, “Tapi Qi Yuanheng tetaplah melakukan ini untukmu, bukan? Untuk menghadapi Jiang Jun.”
Sekarang dia akhirnya mengerti alasan Qi Yuanheng menyuruh Jiang Jun menjual narkoba kala itu. Karena awalnya Qi Yuanheng berniat menghancurkan prospek Jiang Jun. Setelah mengetahui hubungan asmara Jiang Jun dengan Su Mo, demi memutus harapan Su Mo terhadap Jiang Jun, bahaya maut pun mengintai……
Ibu menutup mata dalam kepedihan, butuh waktu lama sebelum suara seraknya yang getir berhasil terucap, "Jadi setelah Jiang Jun pulang ke negeri, aku meminta Qi Yuanheng mengundurkan diri. Karena yang kumau bukan nyawa Jiang Jun, melainkan kepedihan Yin Suna dan Jiang Huai……"
Suaranya parau berbisik, "Ibu, kapan lingkaran balas dendam ini akan berakhir?"
Dua aliran air mata jernih Ibu membasahi seluruh pipinya. Seluruh dirinya lunglai bersandar di tepi ranjang. "Gagal menghancurkan prospek Jiang Jun, rencana berikutnya adalah merusak karier Jiang Huai. Tapi baik aku maupun Qi Yuanheng tak menyangka, setelah pulang Jiang Jun malah mengambil alih Kelompok Jiang. Dibawah pimpinannya, Kelompok Jiang berhasil melewati setiap jebakan yang dibuat Qi Yuanheng, lalu bertahap berkembang menjadi lebih besar……"
Air matanya terus jatuh, meneruskan ucapan Ibu, "Saat itu Anda melihat Qi Yuanheng sudah sangat kesulitan menghadapi Jiang Jun, tahu mungkin Qi Yuanheng tidak bisa membalaskan dendam untuk Anda, Anda mulai merangkul Grup Mu dari Amerika Serikat. Ketahui bahwa Grup Mu sudah menemukan penerus, dan Anda lihat bakat penerus ini bisa menyaingi Jiang Jun, lalu mengakui penerus ini sebagai anak angkat laki-laki, dan ketika kaum keluarga Mu meragukan status penerus ini, membantu penerus mendapatkan harta keluarga Mu..."
Ibu dengan kepedihan menundukkan mata, butiran air mata jatuh berat ke dalam selimut, membasahi seprai. "Lebih dari 20 tahun, untuk menyenangkan Qi Yuanheng, aku menguras segala kelicikan, dan dalam karier memberikan banyak saran pada Qi Yuanheng, membuat Grup Ji Yi menjadi kelompok miliaran yuan, juga membuat diriku bisa menjadi ketua yayasan dana amal terbesar di Kota C... Tapi semua perhitunganku, tak kusangka Qi Yuanheng dan Yin Suna memiliki anak laki-laki begitu hebat. Ia habiskan lima tahun menghancurkan Grup Ji Yi, lalu mengalahkan Shan Yan... Membuat semua rencana balas dendamku, lenyap tak berbekas."
Dia memandang Ibu, hati tersayat melihat penyesalan Ibu kini, sekaligus sedih karena kebencian satu orang Ibu memicu begitu banyak tragedi. "Yang tak kupahami... Mengapa Qi Yuanheng dari awal sampai sekarang tak pernah menyebut Anda?" tanyanya.
Ibu tertawa pendek, "Aku tidak tahu, dulu kukira Qi Yuanheng juga orang yang tanpa ampun... Kebaikannya selama bertahun-tahun padaku, awalnya mungkin karena kesegaran, kemudian kurasa mungkin karena aku bisa memberi saran bisnis... Tapi tak kusangka, bahkan saat terakhir masuk penjara pun ia tidak menyebut namaku."
Dia menarik napas dalam, mengusap air mata di wajahnya, berkata serius, "Kurasa ini mungkin kehendak langit."
Ibu terpaku, "Kehendak langit?"
Dengan tenang dia menjelaskan, "Jika Qi Yuanheng saat itu tidak mempertahankan Ibu, Jiang Jun akan tahu eksistensimu. Saat itu statusmu sudah terbongkar, dan aku dengan Jiang Jun takkan punya jodoh. Mungkin bahkan takkan punya anak... Maka hari ini, tak akan ada Direktur Jiang yang datang memaksa kami berpisah."
Ibu tak lagi bisa menahan tangis, membenturkan kepalanya ke tepi ranjang. "Semua ini akibat dosa-dosaku... Semua salahku..."
Dia memeluk erat ibu, melindungi kepala ibu dalam dekapan. "Ibu, aku tidak menyalahkanmu. Hanya heran mengapa Tuhan memberimu begitu banyak penderitaan..."
Ibu bersandar di bahunya, terisak pilu. "Aku selalu menolak hubunganmu dengan Jiang Jun, selain karena benci pada Yin Suna dan seluruh Keluarga Jiang, juga karena takut kelak Jiang Jun tahu hal ini. Tapi cinta sejatimu berdua tak bisa kuhalangi..."
Dia menutup mata, mati-matian menahan air mata yang menggelinding. Pikirannya kacau balau.
Saat ini Jiang Jun belum tahu tentang ini...
"Jika Jiang Jun mengetahui semua yang ia alami dulu karena Ibu, apakah Jiang Jun bisa menerima dan memaafkan?"
"Lalu, jika Su Mo tahu hal ini, mungkinkah ia masih menikah dengan Kakak?"
"Haruskah dia memilih menyembunyikan hal ini, atau jujur pada Jiang Jun?"
"Jika Jiang Jun tak bisa memaafkan Ibu, akankah segalanya antara dia dan Jiang Jun kini berubah?"
