Bab 451 Siasat Kecil
Tak disangka, Jiang Jun sudah lama bangun, bersuara dari atas kepalanya, "Hari ini mau menemani aku keluar?"
Saat ini suara beratnya yang khas dibumbui keluguan, terdengar lebih bernada merdu dari biasanya.
Dengan malas dia tetap bersembunyi dalam dekapan, bergumam lirih, "Tentu aku akan ikut, tapi aku masih ingin tidur sebentar lagi."
Sebelum Su Mo menemui Jiang Jun, dia harus tetap di sisi Jiang Jun, mencegah Su Mo mendapat kesempatan berbicara berdua dengannya.
Jiang Jun mencium dahinya, "Kalau begitu aku akan bangun dulu. Kau tidur lagi, nanti aku yang membangunkanmu."
Dia melepaskan genggamannya, "Baik, lagipula kau mau mandi, aku masih bisa menunda sedikit waktu."
"Ya."
Jiang Jun mencium punggungnya sekali lagi sebelum membuka selimut dan turun ranjang.
Saat gemericik air terdengar dari kamar mandi, perlahan ia membuka matanya.
Meski tujuan menyembunyikan hal ini bukan agar Ibu bisa menghindar dari tanggung jawab, lebih untuk Kakak dan Su Mo, juga demi hubungannya dengan Jiang Jun, tetap saja di relung hati terasa seperti melakukan hal tercela.
Kini terpikir, pertemuan mereka berdua sebenarnya juga berkat Ibu.
Jika dulu Ibu tidak memancing Qi Yuanheng, mungkin sekarang Jiang Jun dan Su Mo sedang berkeliling dunia, sementara dirinya... sama sekali tak punya kesempatan memasuki dunia Jiang Jun.
Takdir mempertemukan mereka, namun juga memaksanya memikul kesalahan yang Ibu perbuat.
Saat ini ia hanya berharap, ini menjadi hambatan terakhir yang mereka lewati bersama...
Gemericik air di kamar mandi berhenti, ia pun menutup matanya.
Ia menyukai sensasi "dibangunkan" Jiang Jun, itu memberinya kebahagiaan yang tak terkira.
Jiang Jun keluar dari kamar mandi, memanggil lembut, "Qingyou..."
Ia pura-pura tak dengar, menanti panggilan manja itu diulang dua kali lagi.
Tiba-tiba, terdengar bunyi bel pintu yang ditekan diam-diam.
Entah mengapa, firasat buruk langsung muncul - tamu itu pasti Su Mo. Seketika ia membuka mata lebar-lebar.
Jiang Jun mengeluarkan pakaian dari lemari suite presidensial, melihatnya sudah terbangun dengan senyuman di bibir, "Bangun? Si pemalas."
Dia menunjuk ke pintu kamar, berkata pada suaminya, "Bel pintu berbunyi."
Jiang Jun melanjutkan memakai kemejanya, "Cui Hao ada di luar. Takkan ada yang mengganggu kita."
Jadi Jiang Jun sebenarnya mendengar dering bel itu, tapi memilih mengabaikannya.
Ini memang karakter Jiang Jun - hal yang tak dianggap penting takkan digubrisnya.
Alisnya berkerut, "Tapi bel masih terus berbunyi..."
Tatapan Jiang Jun mengarah ke pintu, ekspresi lembutnya berangsur mengeras. Tiba-tiba, kaki panjangnya yang baru memakai celana formal melangkah ke arah pintu.
Dengan wajah masam dibukanya pintu, terkejut melihat Cui Hao di luar. "Direktur Jiang."
Ekspresi Jiang Jun dingin membeku, tatapannya tajam seperti pisau.
Cui Hao menunduk dalam-dalam, "Nona Su datang. Dia ingin bertemu Anda."
Bibir tipis Jiang Jun tetap terkunci rapat, membentuk garis lurus keras.
Cui Hao melanjutkan, "Nona Su bilang... ini urusan sangat penting. Saya khawatir terkait perusahaan Foster jadi..."
Dugaan Cui Hao wajar, mengingat Su Mo memang pernah membantu Jiang Jun dalam bisnis sebelumnya.
Sorot mata Jiang Jun meredup, akhirnya bersuara, "Di mana dia."
"Jiang Jun."
Suara lembut dan anggun terdengar.
Dadanya berdebar kencang, segera turun dari ranjang.
Saat ini Su Mo sudah berada di depan Jiang Jun, tak berkedip menatapnya.
Setelah merapikan piyamanya, dia segera bersuara, "Jun, siapa itu?" Usai berkata, tanpa menunggu respon Jiang Jun, dia melangkah lamban mendekatinya.
Melihat ekspresi terkejut Su Mo, dia juga menunjukkan wajah penuh keheranan, "Su... Mo?"
Su Mo menatapnya lama-lama.
Segera dia mengikat kembali piyama yang sengaja tidak diikat tadi dengan erat, tersenyum sopan, "Aku belum sempat mengucapkan selamat... Selamat atas rencana pernikahanmu dengan kakakku, sungguh ikut bahagia untuk kalian."
Mendengar ucapan itu, wajah Su Mo langsung pucat membeku, bertanya lirih, "Qingyou, kau juga di London?"
Dia menggandeng Jiang Jun mesra, berkata, "Jiang Jun harus tinggal di London sebulan untuk urusan proyek. Aku memutuskan untuk menemaninya di sini!"
Wajah Su Mo semakin pucat.
Menyaksikan setiap ekspresi luka di wajah Su Mo, relung hatinya terasa aneh, tapi dia tak ingin Su Mo lagi punya pikiran bersama Jiang Jun. Ini bukan hanya untuk membantu Kakak dan Xiao Xi, tapi juga mempertahankan hubungannya dengan Jiang Jun.
"Ada perlu apa?" Jiang Jun bersuara dengan nada datar.
Su Mo perlahan mengangkat pandangan ke arah Jiang Jun, tatapannya penuh kerumitan.
Dia bisa melihat bahwa tujuan Su Mo mencari Jiang Jun saat ini adalah urusan ibunya. Informasi tentang perusahaan Foster yang disebutkan tadi hanyalah kedok. Maka, dia sengaja mengalihkan pandangan Jiang Jun dengan teriakan lembut "Ah". Dia sangat takut Jiang Jun akan melihat jejak-jejak hubungan di mata Su Mo.
Jiang Jun menoleh padanya, bertanya dengan kelembutan suara, "Ada apa?"
Dia menggelengkan kepala, tapi perlahan mengusap perut bawahnya yang menggembung. "Tidak apa-apa... tadi perutku tiba-tiba sakit sebentar, sekarang sudah baik."
Mendengar itu, Jiang Jun tanpa sepatah kata langsung mengangkat tubuhnya. "Aku akan meminta Dokter Chen datang memeriksamu."
Dia mengangguk.
Su Mo berdiri di pintu, menyaksikan langsung perhatian Jiang Jun padanya. Matanya memancarkan kesepian dan keterpurukan tak bertepi.
Cui Hao kini berkata pada Su Mo, "Nona Su, kondisi Nyonya saat ini kurang nyaman. Menurutku lebih baik saya mengirimkan informasi kepada Anda nanti pukul delapan malam ketika Direktur Jiang luang, baru Anda temui beliau."
Su Mo tidak menjawab Cui Hao. Dia membeku di tempat semula cukup lama, lalu linglung melanjutkan langkah.
Cui Hao tidak menghentikannya.
……
Melihat Jiang Jun duduk di tepi ranjang dengan begitu tegang, relung hatinya merasa bersalah.
Dia tidak ingin Jiang Jun khawatir untuknya, tapi mata Jiang Jun terlalu waspada. Andai tadi dia tidak segera menarik perhatian Jiang Jun, mungkin sang direktur sudah menangkap bahwa kedatangan Su Mo kali ini tidak naif.
Meski Jiang Jun sudah tak mencintai Su Mo lagi, persahabatan masa lampau masih tersisa. Jika Su Mo dalam kesulitan, Jiang Jun pasti tak akan tinggal diam.
Jadi, dia hanya bisa menggunakan jurus ini.
Dokter Chen meraba dahinya, lalu melakukan pemeriksaan detak jantung janin, akhirnya menghela napas lega. "Direktur Jiang, Anda tak perlu khawatir, anak seharusnya baik-baik saja, mungkin tadi hanya sedang bercanda di dalam perut."
Ekspresi dingin Jiang Jun melembut, alisnya terangkat, "Bercanda?"
Dokter Chen mengangguk, "Benar, anak sekarang sudah lebih dari empat bulan, sudah sampai pada masa dimana mereka mulai aktif bergerak dalam pangkuan ibu..."
"Maksudmu dia akan 'memukuli'?" Jiang Jun tiba-tiba penuh minat berdiskusi dengan dokter tentang hal ini.
Dokter Chen tersenyum menjawab, "Ya, si kecil yang aktif mungkin akan bercanda setiap malam!"
Jiang Jun meletakkan tangan di perutnya, wajahnya penuh kepuasan, menatapnya dalam-dalam, "Dulu saat mengandung Mumu, apakah dia juga sering bergerak seperti ini?"
Dokter Chen cukup paham situasi dengan segera mundur saat ini.
Dia menggenggam tangan Jiang Jun, berkata sejujurnya, "Waktu itu Mumu sangat penurut, sampai-sampai aku mengira mengandung anak perempuan, baru tahu itu anak laki-laki saat lahir..."
"Kalau begitu janin kali ini pasti perempuan." Jiang Jun membalas genggamannya, mencium dengan penuh kasih. "Dia nanti pasti akan menjadi gadis kecil yang ceria."
"Jika kau sangat ingin tahu jenis kelamin anak, suatu hari kita bisa ke rumah sakit, aku akan tanya dokter..." Ya, sekarang setelah empat bulan lebih sebenarnya sudah bisa dilihat jenis kelaminnya.
"Mendengar ucapannya, Jiang Jun mengangkat sudut bibirnya, 'Tak mau... Aku tak ingin kalau-kalau anak laki-laki nanti, di masa depan dia akan bilang ayahnya pilih kasih ke anak perempuan.'"
"Dia tak bisa menahan tawa. 'Kau memang dari sananya... Menurutku sekarang kau sudah merasa cukup segalanya dengan punya anak perempuan.'"
"Jiang Jun mengelus wajahnya, 'Kalau begitu hari ini kau tetap istirahat yang cukup di hotel, lagipula tubuh tak bisa dianggap main-main... Aku akan berusaha pulang cepat untuk menemanimu.'"
"Dia mengangguk, 'Ya.' Dia percaya hari ini Su Mo seharusnya tak akan mencari Jiang Jun lagi."
