Bab 455 Momen Paling Menegangkan
Jiang Jun memandangnya dengan penuh kasih, "Beritahu aku, apa yang kau pikirkan?"
Perlahan dia meletakkan alat makan di tangannya, dengan ragu menatap mata hitamnya yang berbinar, bergumam, "Jun, kurasa aku terlihat buruk sekarang, ya?"
"Kenapa berpikir begitu?" tanya Jiang Jun.
Dia melirik ke arah wanita asing cantik pasangan kekasih di sebelah, berbisik, "Tidakkah kau perhatikan bahkan pendamping orang lain tak bisa menahan diri untuk memandangmu?"
Jiang Jun mengangkat alis dengan santai, "Lalu?"
"Itu menunjukkan kau sangat mempesona... Sedangkan aku sekarang jelek, meski sudah berdandan rapi, tubuh tetap terlihat gemuk."
Mendengar ini, Jiang Jun tertawa terbahak-bahak.
Melihatnya yang santai itu, dia kesal, "Menjengkelkan! Sebelum melahirkan... Aku takkan makan di luar lagi bersamamu, daripada terus dianggap seperti mendapatkan keuntungan besar." Setelah berkata demikian, dia melanjutkan makan.
Setengah hari tidak kunjung mendapat respons dari Jiang Jun, diam-diam dia mengangkat pandangan dan baru menyadari Jiang Jun ternyata sudah tidak ada di hadapannya. Saat terkejut, sebuah lengan tiba-tiba melilit pinggangnya yang agak gemuk.
Seketika dia menutup mulut, memandang takjub ke orang di sampingnya, "Kapan kau pindah duduk ke sini?"
Jiang Jun menatapnya, tersenyum berkata, "Dengan begini, apakah mereka akan berpikir akulah yang mendapat keuntungan besar?"
"Tapi tak perlu sampai pindah duduk ke sini... Duduk berdua di sini terlalu sempit." Ujarnya pelan. Sungguh memalukan, restoran yang romantis ini bisa rusak suasana elegannya karena cara duduk mereka.
Jiang Jun tak acuh menjawab, "Benarkah? Menurutku tidak sempit."
"Tapi ini akan menarik perhatian orang..."
"Justru bagus, biar mereka melihat jelas betapa cantiknya istriku."
Relung hatinya seketika manis bagai direndam manisan. Senyum di bibir tak bisa disembunyikan, gumamnya pelan, "Kau benar-benar tak merasa aku jelek?"
Jiang Jun merangkulnya erat, menatap dalam-dalam, "Kapan pun itu, kaulah yang tercantik di hatiku. Tatapanku takkan pernah lagi tertuju pada wanita lain."
Dia menyambut tatapannya, mata perlahan berkaca-kaca. "Terima kasih, Jun... Terima kasih telah mencintaiku sedemikian rupa."
Mereka mendengarkan lagu tema percintaan yang romantis ini, perlahan-lahan menikmati makan malam lezat ini, hingga tiba-tiba Cui Hao mendekati Jiang Jun dan berbisik beberapa kata di telinganya.
Karena Jiang Jun duduk di sampingnya, dia bisa sedikit mendengar Cui Hao menyebutkan nama Su Mo. Hatinya langsung cemas.
Setelah Cui Hao mundur, dia segera bertanya, "Ada apa?"
Di bawah cahaya yang tidak terlalu terang, wajah Jiang Jun tampak dingin dan dalam. Dengan nada datar dia berkata, "Chi Yifeng menculik Su Mo. Dia memintaku membawamu sekarang untuk menyelamatkannya."
Garpu di tangannya tiba-tiba jatuh ke piring, mengeluarkan bunyi nyaring yang menusuk.
Jiang Jun memeluknya dan bertanya lembut, "Kau baik-baik saja?"
Wajahnya pucat pasi. Meski dalam pencahayaan romantis yang redup ini, dia tetap tahu kulitnya seputih kertas. "Tidak apa... Katamu Chi Yifeng menculik Su Mo?"
Jiang Jun mengerutkan alis, "Aku tidak tahu Su Mo juga ada di London."
Perlahan dia menjelaskan, "Su Mo ke London untuk memilih gaun pengantin... Dia dan kakakku sebentar lagi menikah."
"Apa tujuan Chi Yifeng menculik Su Mo saat ini?" Mata gelap Jiang Jun terjebak dalam perenungan.
Dia membeku di sofa, otaknya seketika blank seperti komputer yang hang.
“Aku akan menyuruh bodyguard mengantarmu kembali ke kamar dulu, aku akan segera kembali.” Jiang Jun mencium pipinya, berbisik penuh kelembutan.
Dia tersentak, terduduk linglung menatap Jiang Jun, "Kau... kau mau menyelamatkan Su Mo?"
Jiang Jun menjawab dengan lembut, "Chi Yifeng menculik Su Mo, pasti ada hubungannya dengan kita berdua."
Dia mengangguk, "Aku... aku tahu, tapi... bisakah aku ikut bersamamu?"
Jiang Jun mengusap alisnya yang mungil dengan penuh kasih, suara seraknya bergetar, "Aku tak mau kau ikut. Aku ingin kau tetap aman di hotel ini."
"Tapi... bukannya Cui Hao bilang Chi Yifeng ingin kita berdua datang?" ujarnya dengan tatapan tajam.
Benar, dia harus ikut Jiang Jun.
Tujuan Chi Yifeng menculik Su Mo masih misterius, tapi dia tak boleh memberi kesempatan pada Su Mo untuk memberitahu kebenaran pada Jiang Jun.
Kilatan kelicikan menggemaskan melintas di mata gelap tak terukur Jiang Jun, "Dia cuma ingin bertemu denganmu. Menurutmu aku akan mengizinkannya?" suaranya dingin.
"Jun, aku ingin menemanimu. Jika kau menghadapi Chi Yifeng sendirian, aku akan khawatir..." desaknya meyakinkan.
"Qingyou..."
Dia menggelengkan kepala memotong ucapan Jiang Jun, "Kau tahu aku tak ingin melihat kalian saling berhadapan. Bukan karena aku peduli Chi Yifeng, tapi dia anak Bibi Shu. Aku tak ingin Bibi Shu sedih di kemudian hari. Jika aku ikut sekarang, situasi konfrontasi kalian tak akan begitu dingin."
Ucapannya memang benar, tentu ada alasan terpenting lainnya.
Kegelapan di balik sorotan mata Jiang Jun semakin jelas.
Dia menggoyangkan lengan Jiang Jun, "Baiklah, bawa aku... Kali ini aku ingin bicara jelas dengan Chi Yifeng, memutus harapannya untuk selamanya."
Jiang Jun menatapnya lama sekali, bahaya di matanya baru mereda. Ia mendesah, "Aku selalu tak bisa menolakmu."
Dia tersenyum, buru-buru menarik lengan Jiang Jun, "Ayo kita pergi!"
……
Tak disangka Chi Yifeng ternyata juga datang ke London, bahkan menculik Su Mo. Sekarang dia khawatir Chi Yifeng akan membuat masalah, juga takut Su Mo membocorkan urusan Ibu pada Jiang Jun... Hidupnya tak pernah sesegenting ini sebelumnya.
Tempat pertemuan yang ditentukan Chi Yifeng tepat di seberang hotel tempat mereka menginap, juga hotel bintang lima. Pemandangan dari atap hotel ini sama dengan hotel mereka.
Sayangnya saat ini dia tak berminat menikmati pemandangan, hanya menatap dingin ke arah Chi Yifeng yang duduk di sofa hitam dalam kegelapan.
"Di mana Su Mo?" tanyanya tanpa emosi.
Chi Yifeng bersandar santai di sandaran kursi, tersenyum hangat, "Jangan buru-buru. Masih ada yang belum datang. Kalau semua sudah lengkap, kau pasti bisa melihat Su Mo."
Dengan kesal dia berkata, "Aku benar-benar tak mengapa kau bisa sebandel ini?"
Chi Yifeng perlahan menyipitkan mata, tak berkedip sedetik pun menatap tajamnya, "Memang aku kebandelan, tapi mencintai seseorang harus dengan kebandelan, bukankah begitu?"
Dia memalingkan kepala ke samping, tak lagi memandang Chi Yifeng.
Jiang Jun dengan tangan di saku celana, bayangan tubuhnya yang tegap memanjang, tetap memandangi Chi Yifeng dengan sikap superior, tatapannya penuh cibir dan hina. "Demi menghormati muka Bibi Shu, selama ini aku belum menagih hutangmu. Hari ini sepertinya... hutang baru dan lama harus kita selesaikan bersama!"
Chi Yifeng mengangkat anggur merah di tangannya, menyeruput perlahan sambil tersenyum, "Tuan Jiang bisa datang demi mantan pacar, sungguh setia pada kenangan."
Kalimat Chi Yifeng ini jelas bertujuan memecah belah hubungannya dengan Jiang Jun. Tapi dia salah, ini tak mungkin membuatnya salah paham pada Jiang Jun, malah semakin mengurangi simpatinya pada Chi Yifeng.
Jiang Jun menarik bibirnya dengan sinis, "Katakan, syarat apa yang kau mau untuk membebaskan Su Mo?"
Chi Yifeng memandangi anggur merah di tangannya, tetap tersenyum perlahan. "Tuan Jiang tak perlu buru-buru. Begitu tamu berkumpul, akan kubebaskan Su Mo..."
"Sampai kapan lagi kau mau menunggu?" katanya dengan amarah.
Chi Yifeng meliriknya sebentar, tapi tak menjawab.
Tiba-tiba, Mu Rong muncul di samping Chi Yifeng, melapor, "Tuan Chi, Pasangan Direktur Jiang dan Klan Shan sudah tiba."
