Bab 460: Kau Lebih Hebat dari Siapa Pun
Dia menghela napas lega. Jiang Jun pada akhirnya masih mempertimbangkan perasaan Bibi Shu. Seandainya tidak, dengan karakter Jiang Jun yang sebenarnya, Chi Yifeng pasti takkan berakhir seperti ini.
"Saat itu juga ada banyak orang Chi Yifeng di sana. Mereka tidak mencoba menghentikan?" Dia menyeka mantel jas Jiang Jun yang basah oleh air matanya, bertanya.
"Dengan kemampuan mereka? Cui Hao seorang saja sudah cukup." Jiang Jun mencibir.
"Jadi Mu Rong yang mengantar Chi Yifeng ke rumah sakit?" Tanyanya lagi.
Jiang Jun mengerutkan alis, "Apa yang kau pikirkan?"
Dia menggelengkan kepala, menjawab jujur, "Aku hanya bingung nanti harus memberi penjelasan apa pada Bibi Shu... Lagipula, pasti dia akan bertanya bagaimana Chi Yifeng bisa terluka."
"Kau bisa langsung mengatakan yang sebenarnya padanya." Jiang Jun tak ambil pusing.
Dengan serius dia menjawab, "Tidak bisa... Kondisi kesehatan Bibi Shu memang tidak pernah baik, kau tahu itu... Kalau orang-orang Grup Mu tidak ingin masalah ini jadi besar, pasti mereka juga takkan memberitahu Bibi Shu. Lebih baik kita sembunyikan hal ini darinya."
Jiang Jun mengangguk singkat, "Urus saja sendiri!"
“Baik.”
Dia kemudian mengeluarkan ponsel dan menelepon Bibi Shu.
Saat dia menelepon, Jiang Jun dengan penuh perhatian melepas mantel jasnya dan menyampirkannya di bahunya, lalu berkata, "Aku akan ke ruang kerja untuk menangani urusan bisnis."
Dia merapikan mantel jasnya dengan tangan satunya sambil mengangguk.
Tepat saat Jiang Jun berbalik untuk pergi, suara ketukan pintu terdengar.
Jiang Jun mengikuti momentum membuka pintu kamar, tapi tak menyangka orang yang berdiri di luar pintu ternyata Su Mo.
Dia dan Su Mo saling pandang sejenak. Karena masih berbicara dengan Bibi Shu, dia tidak menghampiri.
Tapi, Su Mo juga bukan datang untuk menemuinya.
"Bolehkah kita berbincang empat mata?" Su Mo menatap Jiang Jun dengan suara parau.
Ekspresi Jiang Jun dingin, berkata dengan datar, "Ada yang perlu dibicarakan, sampaikan saja di sini!"
Su Mo melirik ke dalam, menarik napas dalam, "Apa kau benar-benar tak mau memberiku kesempatan untuk berbicara berdua?"
"Aku hanya tidak ingin memberimu Harapan." Jawaban Jiang Jun sangat blak-blakan dan melukai.
Su Mo menutupi dadanya, di mana jantung yang didapat melalui operasi transplantasi jantung terasa nyeri. Dia menatap tajam Jiang Jun, "Aku tidak mengerti, Gu Qingyou jelas tidak layak untukmu, mengapa kau..."
Jiang Jun langsung memotong ucapan Su Mo, "Layak atau tidak bukan ada di tangan kalian."
“Jiang, jika Gu Qingyou benar-benar mencintaimu melebihi segalanya, hari ini aku pasti tidak akan muncul lagi di duniamu. Tapi dia terus-menerus mengecewakan perasaanmu... dia benar-benar tidak pantas...” Su Mo berkata dengan suara terisak, air mata yang mengalir dari sudut matanya begitu menyentuh.
“Sudah kukatakan, ini bukan urusan kalian.” Jiang Jun menatapnya dengan muram, seolah kesabarannya mulai habis.
Su Mo wajahnya basah oleh air mata. “Apakah kau... kau benar-benar sudah melupakan semua kenangan kita di masa lalu?”
Jiang Jun terdengar mendesah pelan, memandangnya dengan tenang. “Empat tahun lalu, kukira aku tak bisa melepasmu. Saat Qingyou pergi, kuhipnosis diriku untuk melupakan semua momen bersama kita, mempersiapkan kehidupan baru... Jadi, tiga tahun kemudian, ketika Qingyou meragukan perasaanku hanya karena kuhilangkan ingatan tentangmu melalui hipnosis, hatiku sempat goyah sesaat. Lalu kubuka kembali ingatan yang terkubur itu... Baru saat itu kusadari, cintaku pada Qingyou bukan karena aku lupa kenangan bersamamu. Bahkan setelah semua memori kita kembali, yang tetap kuinginkan adalah menghabiskan sisa hidup bersamanya...”
Su Mo menggelengkan kepala keras-keras. “Aku tak percaya! Ini cuma alasanmu untuk mengelak... Jika benar kau sudah melepasiku empat tahun lalu, mengapa tak pernah kau cari Gu Qingyou di London...”
“Karena saat itu Jiang Jun sudah tahu bahwa ibunyalah dalang sebenarnya yang memisahkan kita dulu. Itu membuatnya terus ragu apakah pantas melanjutkan hubungan dengan Qingyou.”
Suara Shan Yan tiba-tiba terdengar, membuat tubuh Su Mo mengguncang hebat.
Jiang Jun memandang sekilas Shan Yan di belakang Su Mo dengan datar.
Shan Yan sampai di samping Su Mo, menatapnya erat-erat, "Hingga kini kau masih belum mengerti? Sejak momen Qingyou dan Jiang Jun pertama bertemu, merekalah yang ditakdirkan bersama."
Su Mo menolak menerima kenyataan, menggelengkan kepala keras-keras, "Jiang saat itu dalam kondisi hipnosis, mana mungkin ia peduli Bibi Gu yang pernah menyiksaku dan dia? Jika saat itu ia sudah jatuh cinta pada Qingyou, pasti ia sudah ke London untuk mengejarnya kembali..."
Shan Yan menjelaskan dengan suara berat, "Jiang Jun hanya lupa kenangan indah bersamamu karena hipnosis, bukan melupakan dirimu. Jadi ia sangat paham bagaimana kalian berpisah, hanya lupa bagaimana awal mula hubungan... Bagaimana mungkin ia menerima dengan mudah anak perempuan si pembunuh yang pernah mengejarnya?"
Tubuh Su Mo terdorong mundur selangkah dengan kaku, menatap kosong ke Jiang Jun, berkata dengan suara sendu, "Jadi Jiang Jun, perasaan sumpah setia kita dulu ternyata hanya segini... sampai kau bisa begitu mudah melepas setelah bertemu wanita lain..."
Pada saat ini, wanita itu juga telah mengakhiri telepon dengan Bibi Shu, kebetulan mendengar ucapan Su Mo. Perlahan ia beranjak dari jendela kaca dan mendekat.
Melihatnya, air mata Su Mo bagai mutiara giok yang putus talinya berjatuhan. Bibir pucatnya berkata parau, "Kau tak layak untuk Jiang Jun... Cintaku padanya pun tak kalah dari cintamu..."
Mendengar Su Mo berkata demikian, hatinya terasa menusuk.
Su Mo selalu merasa dia tidak cukup mencintai Jiang Jun, tapi dari mana Su Mo tahu, demi Jiang Jun, dia bahkan rela mengorbankan nyawa. Namun jika harus melihat orang terdekatnya celaka, dia pun tak sanggup melakukannya.
Mungkin dia tidak bisa seperti Su Mo yang berani mengorbankan segalanya untuk Jiang Jun, tapi dia juga bersedia memberikan seluruh hidupnya untuk Jiang Jun.
Seolah ingin menghibur, Jiang Jun mengulurkan tangan merangkul bahunya, lalu berkata datar pada Su Mo, "Aku minta maaf, telah gagal memenuhi janji yang pernah kuberikan padamu... Tapi jatuh cinta pada seseorang memang tak ada alasannya."
Su Mo mundur selangkah demi selangkah, bergumam lirih, "Jiang Jun, aku membencimu, aku benar-benar membencimu..."
Dia menghela napas berat, hendak bersuara, namun dihentikan oleh gelengan kepala Jiang Jun. "Kau tak bisa menghiburnya..." bisik Jiang Jun pelan.
Dia menggigit bibir bawahnya dengan lemah, akhirnya memilih berdiam diri.
Su Mo akhirnya kabur keluar...
Melihat hal itu, Shan Yan segera mengejarnya.
Menyaksikan adegan ini, dia perlahan melepaskan bibir yang sejak tadi digigitnya, lalu berkata lesu, "Kalian berdua hanya bisa menyalahi kejahilan Tuhan."
Jiang Jun memutar tubuhnya menghadap dirinya, "Daripada berkata begitu, lebih baik katakan bahwa antara aku dan dia memang tidak berjodoh. Pertemuan kami hanyalah pemacu untuk menyatukan kita berdua."
Meski tersentuh oleh ucapan Jiang Jun, hatinya tetap diliputi rasa bersalah pada Su Mo. "Andai bukan karena ibuku, mungkin sekarang kalian sudah hidup bahagia bersama..."
Jiang Jun mengangkat tangannya, menghukum dengan menggosok hidungnya, "Aku tak pernah membuat asumsi, yang kuperhatikan hanya fakta. Fakta bahwa aku dan dia tak mungkin, sementara aku dan kau akan bersama sampai tua."
Dia bersandar di pangkuan Jiang Jun, memeluknya erat. "Kadang aku berpikir, kelebihan apa yang kumiliki..."
Jiang Jun menunduk mencuri ciuman di bibirnya, suaranya parau berkata, "Jangan pernah meragukan dirimu, karena di relung hatiku, kau lebih hebat dari siapa pun."
Dia menyembunyikan wajah di dada Jiang Jun, menangis dalam diam.
……
Saat Jiang Jun menangani urusan bisnis di ruang kerja, dia mendatangi kamar Pasangan Direktur Jiang.
Pasangan Direktur Jiang duduk di sofa namun saling diam, Nyonya Direktur Jiang bahkan terlihat masam.
Dia mengetuk pintu kamar perlahan, membuat dua kakek yang tengah larut dalam pikiran tersentak.
