Bab 464 Kebetulan yang Baik
Pukul sebelas siang, Cui Hao mengantarnya ke pintu masuk klub pribadi eksklusif.
Tahu klub ini khusus untuk olahraga, dia bertanya pada Ye Shuo, "Jun dari pagi ada di sini?"
Ye Shuo yang telah menyelesaikan urusan dengan Stephen kini kembali ke sisi Jiang Jun.
Cui Hao menjawab hormat, "Benar, Nyonya. Pagi ini Direktur Jiang menemani pejabat tinggi pemerintah Inggris main golf."
"Oh."
“Rupanya Langit Putih ia juga punya acara bisnis… Ia benar-benar sulit.”
Saat terperangkap dalam pikiran, pintu mobil terbuka, kemudian Jiang Jun membungkuk masuk dan duduk di sebelahnya.
Dia mengamati Jiang Jun dari atas ke bawah, membuat Jiang Jun tersenyum lembut, “Kenapa?”
Dia menjawab jujur, “Aku hanya melihat penampilan energikmu setiap hari, tidak tahu sebenarnya kau begitu lelah.”
Jiang Jun mengikat sabuk pengamannya sambil bertanya santai, “Mengapa tiba-tiba terharu seperti ini?”
“Tadi aku tanya Ye Shuo sedang apa kau, katanya pagi ini kau menemani pejabat tinggi pemerintah Inggris main golf. Langsung kubayangkan betapa lelahnya.” Tadi ia masih pakai baju olahraga, sekarang harus pakai setelan jas rapi ke pesta. Benar juga, orang yang tampak mewah tidak sesantai yang dibayangkan orang biasa.
Senyum tipis mengembang di bibir Jiang Jun, “Akhirnya kau juga tahu merasa tersayat hati padaku.”
Dia menoleh, mengabaikan Ye Shuo di mobil, mencium wajah tampan Jiang Jun. “Tentu aku sayang padamu… Nanti akan kuperlakukan kau dengan baik.”
Jiang Jun lagi-lagi tak kuasa menahan senyum, memeluknya erat.
……
Tempat jamuan siang di Hotel Ritz dekat Istana Buckingham London. Begitu melihat lingkungan pesta ini, dia langsung menebak acara hari ini tidak biasa. Penasaran bertanya, “Tema pestanya apa? Tamu undangan siapa saja ya?”
"Tidak ada tema khusus," jawab Jiang Jun sambil menggenggam tangan wanita itu dengan suara penuh kasihan, "Ini hanya acara jamuan pemerintah Inggris untuk para penanggung jawab proyek yang akan mengikuti tender proyek baru, tentu saja dengan mengundang beberapa gentleman terpandang dari Inggris juga."
"Gentleman terpandang?" Bola matanya melotot penuh keheranan.
Jiang Jun memandanginya dengan ekspresi menghibur. "Ada apa?"
Ia bergumam lirih, "Jangan-jangan ada anggota kerajaan Inggris yang hadir juga?"
Setelah berpura-pura merenung sejenak, Jiang Jun menjawab, "Sepertinya... ada."
"Ah?"
Dengan hati-hati, Jiang Jun menuntunnya keluar dari mobil sambil tersenyum.
Gaun sutra warna peach dengan potongan one-shoulder yang dipakainya malam itu memang tak bisa menutupi perutnya, namun justru menyoroti kulitnya yang putih porselen dan postur tubuhnya yang sempurna. Saat bercermin tadi, bahkan dirinya sendiri tak percaya bahwa di masa kehamilan ini penampilannya bisa seanggun ini.
Maka dengan langkah penuh percaya diri, ia pun melangkah keluar.
Melihat senyuman manis di bibirnya, Jiang Jun membungkukkan lengannya. "Sudah kukatakan, istriku yang tercantik."
Wanita itu merangkul lengan suaminya dengan kemanjaan. "Pujianmu tidak objektif." Namun senyum manis di relung hatinya tak bisa disembunyikan.
Sebelum memasuki Hotel Ritz bersama, Jiang Jun sempat mencium hidungnya yang mancung.
……
Meski sudah sering menemani suaminya menghadiri berbagai acara, gemetar di lututnya tetap tak bisa dihindari setiap kali masuk ke ballroom megah semacam ini.
Kedua tangannya erat merangkul lengan Jiang Jun, sementara senyuman anggun tetap terjaga di wajahnya.
Jiang Jun melihatnya tegang, berbisik padanya, "Anggap saja ini pesta santai. Mau makan apa, suruh pelayan ambilkan."
Dia mengangguk.
Tiba-tiba terdengar suara pria berlogat London murni, "Direktur Jiang dan Nyonya sangat mesra. Baru datang sudah berbisik-bisik."
Mendengar itu, wajahnya memerah. Ia menoleh ke depan.
Seketika, jantungnya berdebar kencang.
Ya ampun! Bukankah ini perencana proyek yang sedang ramai diberitakan dalam dan luar negeri akhir-akhir ini? Graaah! Orang di sampingnya juga terlihat familiar, sepertinya sepupu Pangeran William, tapi namanya tak bisa diingat.
"Hey Joe, Peter." Jiang Jun menyapa dalam bahasa Inggris fasih, lalu memeluk pinggangnya mendekat.
Dengan anggun, dia tersenyum sopan pada kedua pria itu.
Setelah berpelukan singkat, Jiang Jun memperkenalkan, "Qingyou, ini Joe, teman kuliahku yang sekarang pejabat penting pemerintah Inggris. Peter, sepupu Pangeran William, Pangeran Terris."
Dia tersenyum tipis, "Senang bertemu."
Joe dan Peter memuji kecantikannya sebelum beralih membahas proyek dengan Jiang Jun.
Tertarik pada kudapan cantik di sekelilingnya, dia berbisik, "Suamiku, kalian lanjutkan. Aku mau makan sedikit di sana."
Tak disangka, Jiang Jun malah mengencangkan pelukan di pinggangnya. Di tengah pembicaraan serius, ia berbisik lembut, "Tunggu sebentar. Aku temani nanti."
Pete memuji, "Jun benar-benar perhatian pada Nyonya."
Joe juga tersenyum, "Kalau begitu, bukankah kita harus paham situasi dan minggir dulu?"
Pete dan Joe segera pergi sambil tetap memegang gelas mereka.
Dia berkata agak kesal, "Bukannya sudah kukatakan tidak usah peduli padaku? Bagaimana kau bisa menjalankan acara bisnis seperti ini?"
Jiang Jun memeluknya lebih erat, berkata penuh kasih, "Aku tidak perlu menjalin hubungan bisnis dengan siapa pun. Aku ke sini hanya untuk menyapa perencana proyek NT."
Proyek NT inilah yang akan segera dimulai di London.
Alisnya berkerut, "Kau tidak perlu mengawasiku, aku bisa merawat diri sendiri... Ada banyak pejabat tinggi pemerintah di acara ini. Menyapa mereka pasti akan membantu tender ketigamu."
Sebelumnya Jiang Jun pernah menjelaskan bahwa kekhawatiran utamanya adalah tender ketiga, karena pemerintah Inggris lebih memilih grup Eropa. Dia harus mengubah pandangan mereka, dan ini adalah timing yang tepat.
Namun, mendengar ucapannya, Jiang Jun tiba-tiba mengangkat tangannya, mengabaikan tatapan tamu undangan, dan menempelkannya di pipi wanita itu, berbisik lembut, "Sayang, jika aku benar-benar kalah kali ini, maukah kau menerima kekalahanku?"
Dia menatap tajam wajah tampannya, berkata sungguh-sungguh, "Suamiku, menang atau kalah, bagiku kau tetap yang terhebat. Jadi tak peduli kau jadi kaya atau miskin di kemudian hari, aku akan tetap bersamamu."
Jiang Jun memandangnya dengan kasih sayang tak terbatas, lama sekali, baru berucap, "Aku tidak punya keyakinan 100%, tapi aku pasti tak akan membiarkan diri ini kalah."
Dia menatapnya dengan penuh kasih, berkata lembut, "Aku percaya padamu."
Jiang Jun segera mencium dahinya. "Ayo, kita menyapa perencana proyek dulu, lalu aku akan temanimu makan di luar..."
Dia menjawab manis, "Baik."
Setelah menyapa perencana proyek, mereka hendak pergi. Tak disangka, di ambang pintu keluar pesta, mereka bertemu Mu Ying dan "Tuan Guan" yang dilihatnya tadi.
"Halo, Direktur Jiang."
Yang pertama menyapa adalah Tuan Guan. Senyumnya hangat bak pria lemah lembut yang keluar dari lukisan kuno.
"Halo, Tuan Guan." Jiang Jun juga membalas dengan sopan.
Tatapan Tuan Guan beralih padanya, "Nyonya Jiang, kebetulan sekali kita bertemu lagi."
Meski tak menyukai Mu Ying, kesannya pada Tuan Guan cukup baik. Lagipula pria itu selalu berkesan bijaksana. Dia pun tersenyum, "Memang kebetulan, Tuan Guan."
Tuan Guan segera menoleh ke Mu Ying di sampingnya, "Xiao Ying, kenapa tak menyapa Direktur Jiang dan Nyonya Jiang?"
Mu Ying masih memandangi Jiang Jun, enggan membuka mulut.
Tuan Guan mengerutkan kening, "Xiao Ying..."
Jiang Jun memotong, "Tak apa. Nona Mu mungkin kurang sehat, wajahnya terlihat pucat... Maaf, kami masih ada urusan. Permisi dulu."
Tuan Guan menghela napas pasrah, "Baik, maaf atas ketidaknyamanannya."
Jiang Jun mengangguk pada Tuan Guan, lalu memeluknya meninggalkan TKP pesta.
