Bab 465 Tidak Akan Pernah Kalah
Saat di dalam mobil, dia penasaran bertanya pada Jiang Jun, "Suaminya, siapa sebenarnya Tuan Guan ini?"
Jiang Jun bersandar di kursi kulit jok mobil, memandangnya dengan santai, "Pagi ini kau bertemu Mu Ying?"
Dia mencubit lengan Jiang Jun, "Aku sedang menanyakan Tuan Guan, kenapa malah tanya tentang Mu Ying?"
Jiang Jun mengerutkan alis, "Dia mengganggumu?"
Dengan cepat dia menggelengkan kepala, "Tidak sampai mengganggu. Cuma mengatakan beberapa kalimat yang kurang enak didengar. Lalu Tuan Guan datang dan memintanya minta maaf, tapi aku tidak mempermasalahkan."
Jiang Jun dengan penuh kasih mengelus rambutnya, berkata serius, "Sayang, aku bersumpah padamu. Jika Mu Ying sekali lagi mengusikmu, hutang baru dan lama akan kuhitung bersamanya!"
Dia tertawa geli, "Kau terlalu tegang saja!"
Ekspresi Jiang Jun tetap khidmat, kilau aneh berkedip di mata gelapnya, "Sudah kukatakan, tak akan kubiarkan kau menderita lagi."
Dengan tenang dia menjawab, "Aku tidak menderita. Hidupku sekarang bahagia. Lagipula hari ini Mu Ying juga tidak mendapat keuntungan... Kau tahu sendiri, istrimu bukan buah kesemek lunak yang bisa diremas sembarangan."
Jiang Jun diam, hanya memandangnya dengan tatapan yang dalam.
Dia menggenggam tangan Jiang Jun, mencoba menghiburnya sambil mengalihkan topik, "Ngomong-ngomong, kau belum memberitahuku siapa Tuan Guan itu."
Jiang Jun memeluk pinggangnya perlahan, "Ingat waktu itu ada orang dari Dark Angel yang membawa Mu Ying untuk minta maaf pada kita?"
Dia mengangguk, "Terakhir kali kau tidak menjelaskan secara detail padaku."
Jiang Jun berbisik menjawab, "Terakhir kali tidak menjelaskan detail, karena merasa kau tidak perlu tahu. Tapi hari ini karena kau sudah mengalaminya dan penasaran, akan kuceritakan..."
"Ya."
Jiang Jun menatapnya, perlahan berkata, "Ia adalah pemimpin Dark Angel."
"Pemimpin?" Dia terkejut menutup mulut, kedua mata melotot seperti lonceng. "Ya ampun, dia... dia benar-benar pemimpin Dark Angel?"
Alis tampan Jiang Jun berkerut, "Kenapa, sampai segitunya terkejut?"
Dia menggenggam erat lengan Jiang Jun, "Bagaimana mungkin tidak terkejut? Penampilannya begitu sopan dan elegan, mana mungkin... menjadi pemimpin organisasi bawah tanah?"
Dia benar-benar terguncang~!
Jiang Jun tersenyum mengejek, "Sayang, apakah kau mengira anggota dunia hitam harus berpenampilan sangar?"
"Meski tidak sangar, tetap tak mungkin secantik ini - tampan, berwibawa, bergaya, gentleman, apalagi wajahnya sangat rupawan dan beraura..."
Rentetan pujian meluncur deras, tanpa sadar ekspresi pria dihadapannya semakin muram. Sebelum kalimatnya selesai, pria itu sudah kesal bertanya, "Benarkah, dia sesempurna itu?"
Dia berkedip, menatap kerutan halus di kening sang suami, dalam hati berteriak "Sial!".
Dengan patuh menggandeng lengan seseorang, wajahnya memancarkan sikap menjilat sambil berkata manis, "Mana mungkin dia menyaingi suamiku? Suamiku yang paling hebat dan tampan."
Alis Jiang Jun yang berkerut mulai mengembang, "Pujilah aku dua kalimat lagi."
Dia dengan patuh berkata, "Aku serius, penampilan orang ini memang cukup baik, tapi masih kalah sedikit dari suamiku..."
Jiang Jun akhirnya tersenyum, dengan lembut mencengkeram dagunya, "Tidak tahu apakah kau mengatakan kebenaran atau dusta, untuk sementara aku percaya."
Matanya menatapnya dengan tulus, "Tentu saja yang kukatakan benar."
Jiang Jun menunduk mematuk bibirnya.
Dia menyandarkan kepala di bahunya. "Tapi bagaimana orang yang sopan seperti ini bisa jadi pemimpin Dark Angel?"
Jiang Jun mendekatkan kepala, menjawab perlahan, "Justru orang seperti inilah yang mungkin memimpin Dark Angel, karena kau takkan pernah tahu sisi aslinya."
Dia memiringkan kepala memandangnya, "Sepertimu? Awalnya kukira kau juga orang bijak!"
Jiang Jun mengangkat alis, "Kapan aku tidak menjadi orang bijak?"
"Graaah..." Menyadari salah bicara, dia segera tertawa mengganti sebutan, "Benar, kau dan pemimpin Dark Angel sama-sama bijaksana."
Jiang Jun tak kuasa menahan tawa, "Tajam gigi dan lidah."
……
Beberapa hari berikutnya Jiang Jun sibuk mempersiapkan tender kedua. Karena Jiang Jun sudah bilang tender kedua takkan bermasalah, dia pun tidak repot-repot mengurus.
Namun saat mereka menyapa perencana proyek NT, dia merasakan bahwa penanggung jawab proyek NT memang terlihat tidak berminat pada perusahaan Asia.
“Karena orang itu meski bersikap sopan pada Jiang Jun, tapi terasa jelas antusiasmenya hanya berpura-pura.”
“Hal ini bahkan bisa dilihat olehnya, apalagi Jiang Jun.”
“Tapi aku percaya Jiang Jun, akhirnya ia pasti akan mengalahkan Grup Feist.”
“Menjelang malam sebelum tender kedua, Jiang Jun kembali sibuk hingga pukul satu dini hari.”
“Ia bolak-balik di ranjang tak bisa tidur, akhirnya membuatkan kopi untuk Jiang Jun dan pergi ke ruang kerja.”
“Melihat kehadirannya, Jiang Jun segera melepas tangan yang mencengkeram kening. 'Kau belum tidur?'”
“Dia mendekati Jiang Jun, perlahan mengetuk bahu suaminya. 'Sayang, kau terlihat sangat lelah.'”
“Jiang Jun menggenggam tangannya lalu bangkit dari kursi. 'Maaf, sudah merepotkanmu.'”
“Dia menggelengkan kepala, jujur berkata, 'Sejak kita berkenalan, ini pertama kalinya kulihat kau cemas karena urusan bisnis.'”
“Jiang Jun mengajaknya duduk di sofa ruang kerja, berkata datar, 'Aku dapat kabar buruk. Pemerintah Inggris sudah menunjuk Grup Feist sebagai calon pemenang proyek NT.'”
“'Informasi dari Qiao?'”
“'Ya. Pesan ini pasti akurat. Jadi meski bisa meyakinkan beberapa pejabat tinggi, tak mungkin kupengaruhi semua.'”
“'Kalau... kalau proyek ini gagal, apakah Grup Jiang benar-benar tidak bisa bertahan?'”
Jiang Jun menatapnya, mata hitam yang gelap terlihat sangat dalam, berkata dengan tenang, "Begitu Grup Feist menguasai proyek ini, itu artinya mereka akan menjadi kelompok nomor satu di industri ini. Maka, semua proyek internasional di masa depan hampir pasti akan dimonopoli Grup Feist. Setelah itu, mereka akan menggunakan kekuatan terkuat untuk menekan Kelompok Jiang, sementara Kelompok Jiang tidak akan punya kemampuan untuk membalas..."
Dia membeku di sofa, tidak berani membayangkan hasil seperti itu.
Jiang Jun mengangkatnya ke pangkuannya, dagu bersandar lembut di bahunya. "Sayang, sebelumnya aku berjanji padamu akan berusaha menemanimu dan anak, tapi sekarang aku menghabiskan begitu banyak waktu untuk bekerja... Maaf, aku sekali lagi mengingkari janji padamu."
Dia menggelengkan kepala erat-erat, memutar tubuh, memeluknya dengan tulus, "Jun, percayalah padaku, aku baik-baik saja. Aku tidak perlu kau menemaniku setiap saat, aku hanya ingin kau fokus sepenuhnya pada pekerjaan. Karena hanya dengan begitu... apapun hasilnya nanti, kau tak akan menyesal."
Jiang Jun menatapnya, tidak bicara.
Dia melanjutkan, "Jun, aku tahu akhirnya kau pasti menang... Dirimu yang aku kenal, takkan pernah kalah."