Bab 471 Dia Memilih Mendengarkan Katanya
Dari ponsel terdengar suara Chi Yifeng.
“Xiao You, aku ingin bertemu denganmu.”
Terhadap Chi Yifeng, dia sudah tidak punya simpati lagi. "Kau tahu, aku tak mungkin menemuimu lagi."
Chi Yifeng berkata dengan serius, "Ini pertemuan terakhir, aku hanya ingin mengatakan beberapa hal... Setelah ini, aku tak akan mengganggu kau dan Jiang Jun lagi."
"Mana mungkin aku percaya omonganmu?" Nada suaranya dingin tanpa emosi.
"Kau boleh tak percaya padaku, tapi kau harus percaya 'Kak Feng'-mu, karena dia tak pernah menipumu." Begitu kata Chi Yifeng.
Dia terdiam lama, pikiran melayang pada kenangan masa kecil dengan Chi Yifeng, kemudian bayangan pertemuan pertama mereka di Zhong Zheng Law Firm. Akhirnya dia berkata datar, "Apa yang ingin kau sampaikan bisa kau ucapkan lewat telepon."
"Aku tak mau mengatakannya lewat telepon. Hanya ingin langsung dari mulutku."
"Bagaimana aku tahu kau tak berniat jahat?" Dia tak akan mudah mengambil keputusan seperti dulu, karena sekarang dia bukan satu orang lagi, apalagi tak ingin Jiang Jun khawatir.
Chi Yifeng menjawab tenang, "Bahkan jika aku harus jahat pada seluruh dunia, tak mungkin aku menyakitimu."
Dia menahan napas, diam sejenak.
Chi Yifeng melanjutkan, "Aku hanya ingin menyampaikan beberapa kata terakhir... Setelah ini, tak akan ada gangguan lagi untukmu dan Jiang Jun."
Setelah lama berpikir, akhirnya dia menutup mata sebentar. "Baik, aku akan menemuimu di kamar pasien rumah sakit. Tapi orang-orang Jiang Jun akan berjaga di luar."
Chi Yifeng menjawab praktis, "Boleh."
Dia pun mengakhiri panggilan.
Setelah ragu sejenak, dia kembali mengetuk pintu ruang kerja.
Jiang Jun tidak menjawab, sementara dia mendengar suara Jiang Jun sedang menelepon, lalu perlahan mendorong pintu sendiri.
Melihatnya, Jiang Jun memberi isyarat agar dia duduk dan menunggu.
Dia mengangguk, duduk di sofa, tenggelam dalam pikiran sendiri.
Tak lama kemudian, Jiang Jun menutup telepon dan duduk di sebelahnya. "Ada apa?"
Terlepas dari lamunannya, dia menatap suaminya, "Suamiku, aku mungkin harus menemui Chi Yifeng."
Mendengar itu, ekspresi wajah Jiang Jun tidak berubah signifikan, namun sorot matanya yang hitam pekat menjadi redup.
Dia menggandeng lengan Jiang Jun, berkata tulus, "Dia bilang ini pertemuan terakhir. Asal aku mendengar semua ucapannya, dia tak akan menggangguku lagi selamanya."
Jiang Jun menatapnya dengan suara berat, "Kau percaya omongannya?"
Diam sejenak, dia menjawab, "Aku percaya."
Jiang Jun tidak memberikan respons.
Dia melanjutkan, "Baik 'Kak Feng' yang kukenal waktu kecil, maupun Konselor Chi yang kukenal kembali setelah dewasa, aku yakin itulah sosok asli Chi Yifeng... Aku yakin dia bukan penjahat, hanya terlalu memaksakan diri dalam urusan perasaan. Tapi sikapnya ini bisa kupahami. Karena jika aku tidak melupakan kenangan masa kecil, jika tidak bertemu denganmu, mungkin aku juga akan sekeras itu."
Seluruh wajah tampan Jiang Jun berubah muram sambil menatapnya, "Jadi kau sudah mantap ingin menemuinya?"
Dia mengangguk, "Aku percaya penilaianku. Dan jika penilaianku salah, aku yakin tidak akan ada masalah, karena Chi Yifeng sudah berjanji akan membiarkan aku pergi bersama bawahanmu."
Jiang Jun bangkit dari sofa, kedua tangannya masuk ke saku celana, memandang ke suatu titik di depan. Seluruh tubuhnya memancarkan hawa dingin yang muram.
Dia ikut bangkit dari sofa dan menghampiri pria itu.
Pandangan Jiang Jun tertancap pada tubuhnya. Setelah lama, bibir tipisnya bergerak perlahan, "Jika aku tidak mengizinkanmu menemuinya?"
"Jun." Dia merangkul lengan pria itu, berkata dengan sungguh-sungguh, "Pertemuan kali ini dengan Chi Yifeng bukan hanya untuk kita. Aku juga ingin membantunya."
Wajah Jiang Jun sama sekali tak menunjukkan ekspresi.
Matanya memohon, "Jika Chi Yifeng tetap bandel seperti ini, hidupnya akan hancur... Aku benar-benar tidak ingin melihatnya terus melakukan kesalahan."
Suara dingin Jiang Jun menggema, "Aku tidak mau kau dalam bahaya."
Dia menggelengkan kepala, berkata penuh kesungguhan, "Percayalah, aku tidak akan dalam bahaya. Dan aku bisa janji, setelah menemui Chi Yifeng kali ini, jika dia masih bandel, aku tidak akan menemuinya lagi selamanya!"
Jiang Jun berjalan langsung ke jendela kaca di ruang kerja. Wajahnya yang dingin memandang lesu ke gedung-gedung tinggi London.
Wanita itu menghampiri belakang Jiang Jun, terus membujuk, "Jun, sejak kita berkenalan, aku belum pernah meminta sesuatu. Tapi kali ini, kuharap kau setuju."
"Jika kau dalam bahaya, semuanya akan terlambat." Suara Jiang Jun masih tak menunjukkan kompromi.
Dia memeluk Jiang Jun dari belakang dengan lembut. "Suaminya, kau merasakannya?"
Jiang Jun menarik kedua tangannya keluar dari saku celana, menggenggam tangan wanita itu. "Mengapa kau begitu keras kepala?"
Perlahan dia berkata, "Di perutku ada anak kita, sekarang dia sangat tidak menurut, terus bergerak... Jadi, percayalah padaku, aku sangat-sangat menghargai anak kita. Jika bukan karena keyakinan penuh bahwa aku bisa kembali dengan selamat dari Chi Yifeng, tak mungkin aku membuat keputusan ini. Karena di dunia ini tak ada yang lebih penting bagiku daripada dirimu dan anak kita."
Jiang Jun menarik tangannya untuk memeluknya, lalu memutar tubuhnya menghadap.
Dia menatapnya, terus memohon dengan gigih, "Kesempatan terakhir... izinkan aku menemuinya untuk terakhir kali."
Jiang Jun menggelengkan kepala, mengangkat tangan membelai lembut wajahnya. Di kedalaman mata hitam pekatnya terpantul sosok sempurna dengan kecantikan tak bercela. "Qingyou, aku takkan membiarkanmu mengambil risiko ini... Mungkin kau percaya padanya, tapi aku tidak."
"Jun, aku..." Dia mencoba terus meyakinkan, namun Jiang Jun memotong ucapannya.
Tatapan dalam Jiang Jun menancap kuat padanya, mengucapkan kata demi kata dengan jelas: "Aku tak peduli apakah dia akan bertindak lagi setelah ini. Karena jika dia berani bergerak lagi, lain kali aku tak akan lagi menghargai gengsimu dan Bibi Shu. Masuk penjara atau cacat, apapun itu... Yang pasti, aku akan membuatnya tak mungkin lagi mengganggumu selamanya."
Dinginnya tekad dalam ucapannya membuat tubuhnya gemetar tak terkendali.
Jiang Jun membelai lembut pipinya yang dingin, penuh kasih sayang dan kemesraan. "Istri, kau sama sekali tak tahu seberapa besar aku peduli padamu. Aku benar-benar tak ingin ada hal lagi yang membuatmu gelisah."
Kerutan alisnya membuat hatinya tersayat. Mengingat keputusan yang pernah ia ambil tak pernah salah, akhirnya ia menggigit gigi dan merangkul tubuhnya ke dalam dekapan. "Baik... baiklah, jika kau tak mau aku menemuinya, aku tak akan pergi..."
Jiang Jun merangkulnya erat, dagunya menempel pada rambut hitamnya yang halus. "Suruh Bibi Shu membujuknya. Selama dia tak membuat gerakan mencurigakan lagi, urusan masa lalu bisa kumaafkan..."
Ia menundukkan wajah di dada pria itu, mengangguk pelan. "Akan kusampaikan pada Bibi Shu..."
Jiang Jun mengecup dahinya. "Berjanjilah padaku, jangan terlalu mudah melembut pada orang lain. Belajarlah melindungi diri, paham?"
Dengan patuh ia menjawab, "Paham, aku akan mendengarkanmu."
