BAB 490ADA SAKSI
Rumah sakit.
Chi Yifeng berdiri di depan jendela sedang mengangkat telepon.
Mu Rong diam menunggu di samping, menanti hasil yang diperoleh Chi Yifeng.
Akhirnya, Chi Yifeng memutuskan sambungan telepon, memutar tubuh, lalu menoleh ke Mu Rong. "Jawaban yang Smith berikan padaku adalah... dia juga tidak tahu mengapa pemerintah Inggris tiba-tiba mengubah pendirian memilih Kelompok Jiang. Karena ketika dia bertanya langsung pada pejabat pemerintah Inggris, mereka hanya bergumam tanpa kata."
Mu Rong penuh kebingungan, "Kemampuan apa sebenarnya yang dimiliki Jiang Jun sampai bisa membuat pemerintah Inggris berubah pikiran?"
Chi Yifeng terperangkap dalam renungan sejenak, tiba-tiba alisnya berkerut, "Jangan-jangan..."
"Jangan-jangan apa?"
Kilatan licik menggemaskan muncul di mata Chi Yifeng, "Kau ingat pertemuan terakhir kita dengan Xiao Ying?"
"Maksudmu saat kau tahu Nona Gu menyelamatkan Xiao Ying itu?"
Chi Yifeng mengangguk, "Xiao Ying bilang padaku, dia sudah menceritakan urusan keluarga yang memaksanya menikah dengan orang tak dicintainya pada Qingyou. Menurut penilaianku, Qingyou pasti juga sudah memberitahu Jiang Jun tentang hal ini."
Mu Rong semakin bingung, "Maksudmu apa, Yifeng?"
Sorot mata Chi Yifeng menjadi dalam dan gelap, suaranya rendah dingin, "Aku khawatir perubahan keputusan pemerintah Inggris ini terkait dengan Dark Angel."
"Aku masih belum paham..."
Chi Yifeng menatap Mu Rong. "Perasaan Guan Yumo pada Xiao Ying, kita saja bisa melihatnya, apalagi Jiang Jun pasti juga menyadarinya!"
Mu Rong cepat-cepat mengangguk.
Chi Yifeng menyipitkan mata dengan ekspresi misterius, melanjutkan,"Meski Dark Angel memiliki hubungan dengan keluarga Mu, aset ratusan tahun keluarga Mu tak ingin benar-benar terlibat dengan organisasi bawah tanah. Alasan sebenarnya kami terus memaksa Ying menikah adalah untuk mencegah Guan Yumo bersamanya... Jika Jiang Jun menggagalkan pernikahan Ying sekarang, itu membantu Guan Yumo. Hutang budi ini ditambah permakluman Jiang Jun atas Ying sebelumnya, pasti akan dibayar lunas Guan Yumo!"
Mu Rong menunjukkan ekspresi tersadar,"Pantas saja paman menelepon tentang pembatalan pernikahan Ying... Apakah ini rekayasa Jiang Jun dari belakang?"
Chi Yifeng memandang muram,"Harus diakui Jiang Jun sangat pintar. Dia sudah merencanakan pemanfaatan hubungan Ying dan Guan Yumo. Langit pun membantunya - kebetulan paman sedang memaksa Ying menikah. Jiang Jun memberi hadiah tepat waktu kepada Guan Yumo..."
Mu Rong menaikkan alis penuh keraguan,"Tapi bisakah Guan Yumo benar-benar mempengaruhi pemerintah Inggris?"
Chi Yifeng tertawa kecil,"Paman... Dark Angel adalah organisasi bawah tanah yang membuat seluruh Eropa pusing. Menurutmu pemerintah Inggris berani sembarangan bermusuhan?"
Mu Rong tertegun.
Chi Yifeng meredakan senyum, mengeluarkan suara dingin,"Kemenangan Jiang Jun di proyek NT berarti rencana kita menggunakan Grup Feist melawannya sudah menjadi gelembung sabun... Sekarang kita hanya bisa menunggu gerak-gerik Sheng Jingchuan!"
"Mu Rong berkata dengan tegas,"Sheng Jingchuan saat ini sudah masuk daftar pencarian Interpol, percaya saja dia cuma bisa bersembunyi sementara."
Chi Yifeng langsung mengeluarkan ponsel, memencet nomor telepon Sheng Jingchuan.
Telepon tersambung hampir seketika.
"Di saat seperti ini kau masih pakai nomor ini, tidak takut dilacak polisi?" tanya Chi Yifeng.
Suara Sheng Jingchuan di ujung sana tenang, "Nomorku pakai kartu prabayar sekali pakai, polisi gak bisa lacak lokasiku."
"Kau di mana sekarang?" Chi Yifeng bertanya lagi.
Sheng Jingchuan menjawab datar, "Di tempat yang belum ketemu sama polisi."
Chi Yifeng mendengus dingin, "Kau gagal bikin Qingyou minggat dari Jiang Jun, jadi aku gak ada alasan lagi buat bantu lindungi pamannmu."
"Tuan Chi memang jago main kucing-kucingan!" Sheng Jingchuan mencibir.
Chi Yifeng mengambil gelas anggur merah di meja, menyesap perlahan. "Aku cuma gak mau buang waktu."
Setelah terdiam sejenak, Sheng Jingchuan berkata khidmat, "Soalnya aku udah gak bisa hindari investigasi, kali ini aku mau seret Jiang Jun masuk."
Mendengar itu, gerakan Chi Yifeng meneguk anggur terhenti. Pelan dia kembalikan gelas ke meja. "Aku salah dengar? Mau seret Jiang Jun?"
Sheng Jingchuan menjawab tegas, "Benar."
Chi Yifeng tertawa terbahak-bahak, "Kau pikir dengan perjanjian di tanganmu itu, kau bisa menyeret Jiang Jun ke lumpur? Aku beri tahu, tak ada yang akan meragukan filantrop paling ternama di dunia bisnis ini demi mempercayaimu yang punya rekam jejak kejahatan bisnis. Jadi meski kau punya perjanjian, tanpa saksi, pengacara Jiang Jun bisa menusuk celah mana saja, perjanjianmu akan dinyatakan palsu."
Sheng Jingchuan menyeringai dingin, suaranya berat, "Bagaimana jika aku punya saksi?"
Chi Yifeng melotot, "Kau punya saksi? Siapa?"
Sheng Jingchuan tak menjawab, hanya berbisik dingin, "Tunggulah, sel yang dingin itu tak akan kubuat kesepian."
Chi Yifeng perlahan merekah senyum, "Kalau begitu, kau bisa tenangkan Sang Tua Sheng... Berapa lama kau mendekam, segitu lama kuberi dia hari-hari damai."
"Jangan ingkar janji. Kau tahu, aku juga bukan sembarang orang." Usai berkata, Sheng Jingchuan langsung memutuskan telepon.
Dengan perasaan bahagia, Chi Yifeng mengambil gelas anggur merah di lemari, menyuntikkan isinya langsung ke lehernya.
……
Karena kesehatan Bibi Shu kurang baik, Gu Qingyou memutuskan menunda kepulangan ke Kota C dua hari lagi hingga kondisinya membaik.
"Qingyou, sedang memikirkan apa sampai begitu terhanyut?"
Suara Nyonya Jiang Dong terdengar, menarik Gu Qingyou dari lamunannya. Ia bangkit dari sofa. "Ibu."
Nyonya Jiang Dong membawa mangkuk sup ke meja teh depan Gu Qingyou. "Demi cucu kesayangan, Ibu datang lagi memaksamu minum kuah ini."
Gu Qingyou terhibur oleh ucapan Nyonya Jiang Dong, lalu mengangkat mangkuk sup dan menghabiskannya sekali teguk.
Melihat hal itu, Nyonya Jiang Dong menepuk lembut punggung Gu Qingyou, "Kau menderita, Ibu tahu sejak hamil nafsumu tidak baik, lebih suka makanan ringan. Tapi dasar fisikmu lemah, Ibu harap kau bisa lebih sehat."
Gu Qingyou mengambil tisu dan menyeka bibirnya, lalu berkata jujur, "Ibu, aku tidak takut minum kuah. Sebenarnya sup buatan Ibu sangat enak."
Nyonya Jiang Dong tersenyum lebar, "Janganlah merayu Ibu. Meski enak, minum tiap hari pasti akan membosankan."
Gu Qingyou menyembunyikan senyumnya, pura-pura terus menyeka mulut.
Nyonya Jiang Dong memandangnya dengan penuh kasih, "Ibu lihat pagi ini kau tak keluar kamar... Ada masalah?"
Masalahnya tak lain adalah urusan Sheng Jingchuan yang membuatnya gelisah.
Ia tak tahu apakah tindakannya benar atau salah, tapi tak ingin ada jarak dengan Jiang Jun.
Tentu saja, ia takkan memberitahu hal ini pada Nyonya Jiang Dong.
Gu Qingyou mengusap perutnya yang berusia lima bulan, "Tidak ada masalah... Si kecil ini pagi terus memberontak di perut, jadi aku beristirahat di kursi malas kamar."
"Begitu rupanya." Nyonya Jiang Dong juga mengelus perutnya, "Dengar ya nak, jangan nakal begini. Ibumu mengandungmu dengan susah payah, kau harus patuh..."
“Gu Qingyou tanpa sengaja melihat koki di pintu memegang mangkuk sup sambil menunggu, bertanya penasaran, "Ibu, apakah sup itu untuk Ayah?"”
Nyonya Jiang Dong masih menatap perutnya, seolah cucu akan lahir detik berikutnya, wajahnya dipenuhi kasih sayang. "Itu untuk Jun... Perutnya tidak baik, aku sengaja menyuruh koki membuat sup penyehat lambung."
Teringat Jiang Jun yang sejak pagi berada di ruang kerja, sementara dirinya belum menengoknya sama sekali, dia pun berkata, "Ibu, biar aku yang mengantar sup untuk Jun... Ibu tahu, kalau Ibu yang mengantar, dia mungkin sibuk kerja sampai lupa minum. Tapi kalau aku yang bawa, pasti diminum."
Nyonya Jiang Dong segera menjawab, "Tentu baik... Serahkan sup itu padamu untuk Jun."
“Ya.”
……
Gu Qingyou tidak mengizinkan koki mengikuti, sendiri membawa mangkuk sup itu, berencana memberi kejutan pada Jiang Jun.
Meski semalam mereka sepertinya sudah mencapai konsensus, tapi semalam dia tidur membelakangi Jiang Jun, karena relung hati masih merasa mengecewakan Sheng Jingchuan.
Pagi tadi saat bangun, Jiang Jun mencium dahinya, lalu pergi ke ruang kerja sampai sekarang.
Dia tahu Jiang Jun sebenarnya memaklumi perasaannya, memberinya waktu menyendiri, tapi baru sadar bahwa kemarin dia pulang dengan bahagia, sementara dirinya bahkan tidak mengucapkan selamat.
