BAB 491: ANAK PEREMPUAN
Keadaan sudah begini, tak perlu lagi dipikirkan.
Menarik napas dalam, Gu Qingyou mengangkat tangan hendak mengetuk pintu.
Namun pada saat ini, suara Jiang Jun dan Ye Shuo terdengar dari dalam ruang kerja.
Jiang Jun bertanya, "Sheng Jingchuan sudah ditangkap?"
Suara Ye Shuo yang penuh hormat menjawab, "Benar, informasi ini diterima sepuluh menit yang lalu."
Gu Qingyou yang mendengar kenyataan ini, tangan yang memegang nampan gemetar halus.
Jiang Jun berpura-pura merenung sejenak, "Polisi bahkan belum menemukan Sheng Jingchuan, tapi dia malah menyerahkan diri..."
Gu Qingyou menangkap keraguan dalam perkataan Jiang Jun.
Ye Shuo menjawab, "Benar, Direktur Sheng sendiri yang menyerahkan diri, katanya di London Dadao."
Jiang Jun kembali terdiam beberapa saat, lalu memerintahkannya, "Cari tahu informasi dari pihak kepolisian. Aku yakin ada alasan dibalik penyerahan diri Sheng Jingchuan."
Ye Shuo buru-buru menjawab, "Saya akan segera menelepon."
Gu Qingyou berdiri di pintu ruang kerja, wajahnya pucat. Pikirannya dipenuhi fakta bahwa Sheng Jingchuan telah ditangkap. Tanpa disadari, matanya berkaca-kaca.
Dia teringat masa di London bersama Bibi Shu. Jika bukan karena Sheng Jingchuan yang selalu terbang dari Prancis untuk membantunya mengurus berbagai hal, mustahil tiga tahun di London bisa berjalan lancar.
Karenanya, dia lebih tahu daripada siapapun bahwa Sheng Jingchuan adalah orang baik, yang seharusnya tidak berakhir seperti ini.
Tapi kini saat Sheng Jingchuan dalam masalah, demi keluarga dan Jiang Group, dia memilih untuk berpura-pura tidak tahu...
Hatinya mencengkeram erat, sangat sakit.
Saat itu, dari ruang kerja kembali terdengar suara Ye Shuo yang penuh hormat, "Direktur Jiang, menurut informasi dari pihak kepolisian, Direktur Sheng telah mengakui bahwa Anda adalah pemilik sebenarnya Grup Nas, dan menyerahkan perjanjian asli yang dulu kalian tandatangani kepada polisi. Selain itu, Sheng Jingchuan memberitahu polisi bahwa saat itu ketika Direktur Sheng dan Anda menandatangani perjanjian, ada saksi yang hadir. Dia bisa menghadirkan saksi ini untuk membuktikan tuduhannya di pengadilan nanti..."
Setelah Ye Shuo menyelesaikan ucapannya, ruang kerja diliputi kesunyian yang panjang.
Di saat yang sama, pikiran Gu Qingyou kacau balau. Dia khawatir tentang penangkapan Sheng Jingchuan oleh polisi, sekaligus cemas dengan keberadaan saksi yang disebutkan Sheng Jingchuan.
Tiba-tiba Nyonya Jiang Dong dan Bibi Shu keluar dari kamar Bibi Shu. Gu Qingyou segera mendorong pintu masuk ke ruang kerja.
Melihat kehadirannya, Ye Shuo yang terlatih sama sekali tidak menunjukkan ekspresi aneh. Dengan sopan dia menyapa, "Nyonya." Kemudian segera bergegas mundur pergi.
Jiang Jun yang awalnya duduk di kursi belakang meja buku, mungkin melihat wajahnya yang pucat, berjalan memutar meja dan mendekatinya.
Dia mengambil mangkuk sup dari tangan Gu Qingyou dan meletakkannya di samping. "Baru bangun tidur?"
Gu Qingyou sangat ingin menanyakan kondisi Sheng Jingchuan pada Jiang Jun, tapi dia tahu begitu membuka mulut, mereka akan kembali bertengkar karena masalah Sheng Jingchuan.
Akhirnya dia tersenyum tipis, "Bagaimana kamu tahu tadi aku tidur?"
Jiang Jun menopang pinggangnya. "Aku sebelumnya pergi ke kamar, melihatmu tertidur di kursi malas." Sejak dia hamil, ia selalu sangat hati-hati, bahkan jarang memeluknya.
"Pantas saja saat aku bangun ada selimut di tubuhku, kukira itu Bibi Shu atau Ibu yang menutupiku."
Jiang Jun perlahan mengusap hidung Gu Qingyou. "Selimut itu memang Bibi Shu yang menutupimu, tapi saat aku masuk kamar, kebiasaan tidurmu buruk sampai selimut sudah melorot ke lutut."
Gu Qingyou seketika merasa malu, "Aku sampai tidur di kursi malas pun kebiasaan tidurku masih seenak itu?"
Senyum puas merekah di wajah tampan Jiang Jun, "Kurasa mungkin tak ada yang percaya, kebiasaan tidurmu begitu buruk sampai setiap malam aku harus memelukmu, kalau tidak benar-benar mungkin kau jatuh dari ranjang..."
Gu Qingyou berbisik pelan, "Selama dua puluh tahun sebelum mengenalmu aku juga tidak pernah jatuh dari ranjang..."
Jiang Jun yang telinganya tajam menyipitkan mata dengan menggoda, suara beratnya yang bernada merdu berkata, "Kau tidak percaya?"
Gu Qingyou melototi Jiang Jun dengan kesal, berkata tegas, "Menurutku kebiasaan tidur buruk ini pasti karena ulahmu!"
"Oh?" Jiang Jun berpura-pura pasrah.
Gu Qingyou bergumam, "Kau tahu, saat pertama mengenalmu, ada masa dimana aku sangat takut padamu. Jadi aku terbiasa mencari perlindungan, seperti membungkus diri rapat-rapat dengan selimut, tidur di posisi terjauh darimu, atau..."
Tiba-tiba tak bisa melanjutkan akting, Gu Qingyou sendiri tak kuasa menahan tawa.
Jiang Jun menopang pinggang Gu Qingyou, menariknya perlahan ke pelukannya, tatapan jahilnya menatapnya dengan tenang, "Benarkah? Awalnya kau begitu takut padaku?"
"Tentu saja, kau... di luar terlihat sopan seperti orang bijak, tapi sebenarnya..." Gu Qingyou sengaja batuk-batuk kecil dan tak melanjutkan ucapannya.
Jiang Jun malah dengan lembut mengangkat dagu Gu Qingyou, menunduk, hembusan napas maskulinnya yang hangat menyentuh hidungnya, bertanya dengan genit, "Sebenarnya bagaimana?"
Gu Qingyou dibuat gemas sampai akar telinganya memerah, bergumam pelan, "Kau sendiri yang tahu."
Jiang Jun membisik di telinganya yang sensitif, "Pertemuan pertama langsung menggiringmu ke ranjang, mungkin hanya kau yang menganggapku orang bijak."
Pipi Gu Qingyou memerah membara, tersipu malu, "Aku tak mau bicara lagi... cepatlah minum sup itu, Mama menyuruh koki khusus memasaknya untukmu, menyehatkan lambung."
Barulah Jiang Jun melepaskannya, tapi senyuman manis tetap mengembang di sudut bibirnya yang indah.
Gu Qingyou berjalan menghampiri jendela kaca di ruang kerja, menghadap langit biru-putih di luar. "Jun, tadi Mama bilang Bibi Shu ingin cepat kembali ke Kota C. Awalnya aku ingin menunggu kondisi tubuh Bibi membaik, tapi sepertinya dia sudah tak berniat bertemu Chi Yifeng lagi."
"Kau yang tentukan."
Gu Qingyou memutar tubuh, melihat Jiang Jun sedang menikmati supnya.
Wajah dinginnya yang biasa, seketika baru terlihat rileks.
Dia terus memandangnya dengan penuh kelekatan, sampai Jiang Jun menghabiskan sup dan menyadari tatapannya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Jiang Jun.
Gu Qingyou menopang perutnya dengan kedua tangan, berbisik pelan, "Tidak apa... Aku hanya membayangkan wajah anak di perutku."
"Anak?" Jiang Jun yang licik langsung menangkap pemilihan kata yang matang itu.
Ekspresi puas diri menghias wajah Gu Qingyou, "Suamiku, sebenarnya kau belum tahu kan? Janin yang kukandung ini perempuan."
Jiang Jun menyatukan tiga langkah dalam dua hentakan mendekati Gu Qingyou. Wajah tampannya memancarkan kegugupan yang jarang terlihat, kedua tangannya mencengkeram erat lengan rampingnya, "Istriku, benarkah yang kaukatakan?"
Gu Qingyou mengangguk mantap, "Sebenarnya dokter sudah memberitahuku sejak empat bulan lalu... Aku sengaja menyimpannya sebagai kejutan."
Seketika Jiang Jun merangkul Gu Qingyou erat-erat, menyembunyikan wajahnya di balik helai rambut hitamnya yang lembut.
Bersandar di bahu Jiang Jun, Gu Qingyou menepuk-nepuk punggung suaminya sambil bergumam, "Apa kau benar-benar segembira ini karena aku hamil anak perempuan?"
Sukacita tak terbendung pecah dari suara Jiang Jun, "Tentu! Dari dulu aku selalu ingin kau memberikanku seorang putri, gadis cantik yang mirip sepertimu."
Gu Qingyou memejamkan mata, menikmati setiap detik kehangatan pelukan Jiang Jun dengan penuh kepuasan.
Jiang Jun mencium rambut hitam Gu Qingyou yang menguarkan aroma harum samar. "Sayang, aku benar-benar bahagia..."
Lama sekali, barulah Gu Qingyou perlahan mendorong Jiang Jun, menatap dalam-dalam ke wajah pria itu.
Jiang Jun menatap balik matanya, sorot mata penuh kelembutan memanjakan.
"Suamiku, kau berjanji akan melindungiku dan anak seumur hidup, jangan sampai ingkar." Tiba-tiba Gu Qingyou mengucapkan ini pada Jiang Jun.
Sebenarnya ucapannya bertujuan agar Jiang Jun menangani urusan Sheng Jingchuan. Ia tak ingin Jiang Jun ketahuan, sedangkan Sheng Jingchuan... hutangnya takkan terbayar selamanya.
Jiang Jun menangkup wajahnya, menatap tajam tanpa berkedip, suara parau berkata, "Sayang, aku takkan ingkar janji. Semua yang kujanjikan pasti kulakukan."
