Bab 502:Menyayangi Hingga Tulang Sumsum
Yaru menyadari ada yang aneh pada Gu Qingyou.
Sepanjang pagi, Gu Qingyou hanya bersandar di sofa empuk ruang tamu kecil, memandang lapangan golf luas di luar rumah Bibi Shu, seperti tenggelam dalam pikiran sendiri.
Yaru khawatir melihat keadaan Gu Qingyou seperti ini.
Perlu diketahui, terakhir kali Yaru melihat Gu Qingyou sediam ini adalah empat tahun silam.
Saat itu debt collector Qu Liyuan sering datang menagih utang pada Gu Qingyou. Setiap kali mengusir debt collector, Gu Qingyou akan diam terpaku di suatu tempat sambil merenung sendirian seperti sekarang.
Setiap momen seperti ini, Yaru tak pernah bisa menebak apa yang dipikirkan Gu Qingyou. Namun Yaru bersyukur Gu Qingyou akhirnya bertemu Jiang Jun, karena sejak pertemuan itu Yaru tak lagi melihatnya dalam kondisi seperti ini.
Jadi Yaru menduga hari ini Gu Qingyou sedang punya pusat permasalahan, dan urusan ini tidak sederhana.
"Hei wanita, jika ada masalah bisa cerita padaku. Bukankah kita sahabat terbaik?" Yaru bersandar malas di tirai kaca jendela kaca, tangan memegang gelas kopi sambil berbisik penuh kasih.
Pikiran melayang Gu Qingyou akhirnya ditarik kembali. Dengan pura-pura mengerutkan alis ia bertanya, "Sayang, wajahku terlihat sedang punya masalah?"
Yaru mengangguk sangat serius, "Mirip."
Gu Qingyou tersenyum lembut, memandang sahabatnya dengan tenang, "Kalau begitu coba tebak, masalah apa yang kumiliki?"
Yaru berpura-pura merenung sejenak, lalu jujur berkata, "Aku tidak bisa menebak, tapi aku tahu bebanmu sangat berat."
Gu Qingyou menyandarkan punggung pada bantal empuk, tatapannya tertuju pada rumput hijau subur di tirai kaca. "Yaru, setelah bertahun-tahun saling mengenal, menurutmu aku ini tipe orang seperti apa?" Tiba-tiba ia perlahan membuka mulut.
Yaru mengerutkan alis, tampak bingung, "Kenapa tiba-tiba bertanya seperti ini?"
Gu Qingyou menggeleng, “Tidak ada, hanya… kau tahu, manusia terkadang suka merenungkan hidup.”
Yaru menyeruput kopinya, baru berbicara perlahan, “Kau… keras di luar lembut di dalam, berhati baik, mengutamakan keluarga dan sahabat… Tapi menurutku ini kelemahan, karena demi keluarga dan sahabat, kau bahkan bisa mengorbankan cintamu sendiri.”
Gu Qingyou tersenyum, diam.
Yaru memerhatikan ekspresi Gu Qingyou saat ini. “Kenapa, apa aku salah bicara?”
“Bukan. Aku cuma merasa, ternyata di mata kalian aku begitu baik.” nada suara Gu Qingyou terdalam haru.
Yaru meletakkan cangkir kopi, perlahan mendekati belakang Gu Qingyou, merangkul lehernya dari belakang sambil berbisik mesra, “Tentu saja kau baik, kau wanita terbaik yang pernah kukenal… Seandainya aku pria, pasti juga akan mengejarmu.”
Gu Qingyou tertawa geli, “Baiklah, di kehidupan depan jadilah pria, pasti kunikahi kau. Nanti jangan sampai jijik padaku...”
Yaru menyipitkan mata, nada jahatnya muncul, “Kalau di kehidupan depan aku menikahimu, bagaimana dengan Direktur Jiang?”
Gu Qingyou santai menjawab, “Aku tak peduli. Masak ada cinta tiga kehidupan?”
Yaru segera melepaskan pelukannya, dengan wajah serius berkata, “Kalau kalimat ini didengar Direktur Jiang, aku khawatir hatinya akan hancur... Dia menyayangimu seperti harta, bukan cuma tiga kehidupan, sepuluh kehidupan pun pasti ingin terus bersamamu.”
Gu Qingyou terhibur oleh ucapan Yaru, lalu menghela napas. "Seumur hidup belum selesai, bagaimana aku bisa memikirkan kehidupan berikutnya?"
Yaru menunjukkan keraguan, "Jangan-jangan kau bertengkar dengan Direktur Jiang?"
Gu Qingyou menggelengkan kepala, berkata dengan tenang, "Aku dan dia tidak akan bertengkar, selamanya tidak akan..."
Yaru duduk di sofa empuk, menatap wajah lembut Gu Qingyou, "Qingyou, apakah kau sedang ada masalah?"
Meski biasa murung, Yaru merasa saat ini Gu Qingyou terlihat agak aneh.
Menatap sorot mata penuh perhatian sahabatnya, Gu Qingyou serius menjawab, "Benar-benar tidak... Hanya merasa kebahagiaan saat ini membuatku takut ini semua tidak nyata."
Mendengar itu, Yaru menghela napas lega, mengusap dadanya. "Aku hampir mati kaget! Kukira kau benar-benar menyembunyikan masalah... Rupanya cuma pamer kebahagiaan!"
Gu Qingyou tersenyum, jujur mengakui, "Sejujurnya, aku merasa Tuhan masih cukup baik padaku."
Yaru melotot penuh iri, "Tentu saja! Dia mengirimkan pria terhebat di dunia ke sisimu..."
Saat ini Gu Qingyou tersipuk malu.
Yaru bergumam lagi, "Tapi kau pantas diperlakukan baik, tidak adil kalau tidak mengingat kebaikanmu pada orang lain."
"Jadi, kalau aku tidak cukup baik, Tuhan tidak akan memberiku semua ini, benar?" Suara Gu Qingyou yang sedikit parau bertanya.
Yaru membeku sejenak, "Kenapa hari ini kau terus bertanya hal-hal aneh... Sudah kubilang kau wanita terbaik di dunia, Direktur Jiang yang beruntung bisa menikahimu!" Setelah berkata demikian, Yaru mencubit hidung Gu Qingyou.
Gu Qingyou tiba-tiba diam.
Di saat yang sama, seorang pelayan datang melapor, "Nona Gu, Direktur Jiang sudah datang."
"Ah? Direktur Jiang datang?"
Yaru segera bangkit dari sofa empuk, berpura-pura menjadi wanita anggun ala keluarga baik-baik.
Gu Qingyou memandang Yaru dengan geli, "Kau yakin mau berlagak seperti ini di hadapan Jiang Jun?"
Yaru melotot penuh kasihan padanya, "Tidak bisakah kau membiarkanku memberi kesan baik di depan pria tampan?"
Gu Qingyou terkekeh.
Saat itu, kaki panjang Jiang Jun sudah mulai melangkah mendekat. Melihat senyuman mereka, wajah tampannya juga menampilkan senyuman lembut.
"Ada urusan apa yang begitu menyenangkan?" Duduk di sofa empuk, Jiang Jun melilit bahu Gu Qingyou.
Yaru berkata dengan agak canggung, "Tidak ada... Direktur Jiang, hari ini Anda tidak sibuk? Siang hari bisa pulang."
Jiang Jun menjawab, "Proyek NT sudah kuserahkan ke bawahan. Mulai sekarang aku akan lebih banyak menemani Qingyou." Sambil berkata demikian, matanya memandang penuh manja pada Gu Qingyou.
Melihat adegan ini, pipi Yaru sedikit memerah. Dia tahu sudah tidak pantas tinggal di sini lagi. Dengan paham situasi, dia berkata, "Graaah! Aku akan menyuruh orang memotong buah. Kalian lanjutkan bicara perlahan-lahan."
Jiang Jun mengangguk ringan ke arah Yaru.
Yaru segera pergi dengan cepat.
Gu Qingyou ingin bangkit duduk, tapi dipeluk oleh Jiang Jun. "Jangan bangun... Duduk saja nyaman seperti ini!"
Gu Qingyou bersemu merah berkata, "Aku khawatir ini akan memberi kesan ambigu pada orang."
Jiang Jun menunduk. Tulang hidungnya yang tinggi hampir menyentuh ujung hidung mungil Gu Qingyou. Dia berbisik, "Kita suami-istri, masih takut orang bilang gerakan kita ambigu?"
Gu Qingyou memalingkan wajah, menghindari hembusan napas membara Jiang Jun. Suaranya kecil, "Lagi pula ini bukan di rumah..."
Barulah Jiang Jun sedikit mereda, mengangkat kepalanya.
Gu Qingyou menatap dalam-dalam wajah tampan Jiang Jun. "Sudah hampir siang. Kau bisa menungguku di rumah." Siang ini dia tidak berniat makan di rumah Bibi Shu.
Tatapan penuh kasihan Jiang Jun tak lepas darinya. "Pulang tidak melihatmu, aku tak tahan mencari."
Entah mengapa, kalimat sederhana Jiang Jun ini membuat hidung Gu Qingyou terasa pedih.
Dia mengangkat kedua tangan, perlahan menangkup wajah bersudut tajam Jiang Jun. "Suamiku, bagaimana bisa aku seberuntung ini bertemu denganmu?"
Jiang Jun menggenggam kedua tangan Gu Qingyou, mencium tangan kirinya. "Kenapa lagi bicara konyol seperti ini?"
Bibir hangat itu mengusap punggung tangan Gu Qingyou, seolah turut menghangatkan hatinya, membuat jantungnya terasa sakit tercengkeram.
Ia selalu memperlakukannya dengan baik sejak awal, namun Qingyou tak pernah jujur padanya.
Qingyou tak tahu bagaimana citranya di relung hati Jun, tapi yakin Jiang Jun tak menyadari dirinya tak sebaik bayangannya.
Benar.
Apa yang diungkapkan Ji Yuchen memang nyata - dulu Qingyou benar-benar meninggalkan Yuchen untuk merangkul Jiang Jun, dan memang mengucapkan kalimat itu pada anggota geng hitam.
Hanya saja, Qingyou tak menyangka akan menemukan pria yang membuat hatinya berdebar, apalagi bisa bersatu dengannya.
Gu Qingyou terdiam lama. Jiang Jun menggenggam erat tangannya. "Ada apa? Sedang dipikirkan apa?"
