BAB 508 Interogasi, Jawaban
Akhirnya Su Mo "dipersilakan" keluar oleh Ye Shuo. Eileen juga mundur. Di kantor luas itu hanya tersisa dia dan Jiang Jun.
Dia berdiri di pintu lift. Tatapannya kosong tak mampu melihat jelas Jiang Jun di balik meja kerja. Hanya merasakan siluet tubuhnya yang dibayangi cahaya.
Sekarang, dia punya kesempatan untuk jujur. Sebelum Jiang Jun menyergahnya, mungkin itu akan menjadi secercah cahaya, atau mungkin akan menjerumuskannya ke jurang yang dalam, atau bahkan membuatnya penuh luka berdarah...
Tapi dia sudah tak punya pilihan lagi.
Saat mendekati Jiang Jun, otaknya kosong melompong.
Bagaimana menjelaskan padanya? Cara apa yang bisa membuatnya percaya?
Suasana seolah membeku. Memandangnya yang sedang melihat ponsel Su Mo, Gu Qingyou menarik napas dalam-dalam, lalu berbicara dengan suara lembut, "Maaf."
Setiap kali dia mengucapkan "maaf" tiga karakter ini sebelumnya, Jiang Jun pasti akan bilang mereka suami-istri tak perlu basa-basi. Tapi kali ini, yang dia dapat hanyalah kesunyian yang berkepanjangan.
Dia menahan napas, mati-matian berusaha tenang, tak berani bersuara mengganggunya.
Entah berapa lama, Jiang Jun meletakkan ponsel Su Mo. Tadi dia sudah memutar rekaman itu. Ia mengangkat kepala memandangnya dengan dingin yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Hatinya sudah tak sanggup menahan tatapan seperti itu. Rasa sakit yang membuat sesak napas menyergap.
"Aku tak tahu kau punya pacar resmi sebelum mengenalku." Jiang Jun berbicara dengan nada datar, seolah tanpa emosi.
Tapi dia tahu, urusannya tak sesederhana itu.
Sejak dia mengucapkan "maaf" dan tak mendapat respons, dia sadar sudah berdiri di tepi jurang maut.
"Setiap orang punya masa lalu, bukan?" Suara Gu Qingyou tetap datar. Dia tak mau berdalih, lagipula itu memang kenyataan.
“Tentu saja.” Jiang Jun menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, mata hitamnya yang gelap menatap tajam ke arahnya.
Gu Qingyou bisa merasakan, tatapannya adalah sebuah tinjauan ulang, seolah dia adalah orang asing.
“Apakah kau akan menyalahkanku karena dulu tidak memberitahukan hal ini?” Dia mengambil inisiatif, bertanya padanya dengan sikap lemah.
Mata hitam licik Jiang Jun yang dalam-dalam tersembunyi berkata penuh makna tersirat, “Qingyou, kau selalu pintar.”
Meski sudah terbaca kelicikannya oleh Jiang Jun, dia tetap memaksakan senyuman tipis, “Benarkah kau peduli?”
Bagaimanapun, dia tahu jelas, sebelum dirinya, dia tak pernah punya pria lain. Bahkan, ciuman pertamanya juga dengannya. Hanya, setelah melihat foto dia duduk di pangkuan Ji Yuchen, sekarang mungkin dia tak lagi percaya.
“Aku hanya heran kenapa kau tak pernah bercerita tentang masa lalu.” Senyuman yang tiba-tiba mengembang di sudut bibir Jiang Jun, membuatnya sesaat mengira mereka masih mesra seperti saat dia berangkat pagi tadi.
Gu Qingyou tetap menjaga senyuman samarnya, “Aku memang jarang membicarakan masa lalu, lagipula itu semua bukan kenangan indah.”
“Kalau begitu katakan padaku…” Berhenti sejenak, raut Jiang Jun berubah serius setelah menghapus senyuman, “Awalnya memang demi uang?”
Gu Qingyou tertegun, pikiran berputar kencang dalam benaknya.
Sebenarnya foto di tangan Jiang Jun tidak penting, bagaimanapun masa lalunya, kesuciannya tetap diberikan padanya.
Yang penting adalah rekaman ini. Harus diketahui, rekaman ini langsung merusak karakter mulianya.
Namun faktanya, untuk rekaman ini, dia memiliki strategi penanggulangan.
Dia bisa bilang pada Jiang Jun bahwa saat itu kalimat yang diucapkannya pada preman hanyalah taktik sementara.
Dia bisa menjelaskan bahwa preman saat itu memaksa ibunya Qu Liyuan sangat ketat, dia khawatir selama transaksi dengannya, preman akan membuat masalah lagi untuk ibunya. Jadi sengaja menelepon preman itu sebenarnya untuk membuat mereka tenang tentang urusan uang, sehingga ibu barulah takkan dalam bahaya.
Ya, penjelasan ini meski agak dipaksakan masih bisa diterima. Dengan begini Jiang Jun tak bisa menggugat sifat-sifatnya di masa lalu. Sekalipun hatinya masih meragukan, untuk sementara mereka tetap akan bersama. Nanti dia akan memverifikasi, tapi meski dia verifikasi sekarang juga sulit, lagipula Qu Liyuan sudah meninggal. Tak ada yang bisa mengorek wajah aslinya dari mulut Qu Liyuan. Adapun preman itu, dia juga tak perlu khawatir. Dia ingat hanya kontak dengan preman itu sekali saja, preman pun tak tahu siapa dirinya sebenarnya.
Jadi, selama dia menyangkal sekuat tenaga, dia masih bisa mempertahankan citra setianya dalam relung hati Jiang Jun meski susah payah.
Tapi dia tidak mau melakukan ini...
Selama beberapa tahun ini, selalu mencari alasan untuk tidak bersama Jiang Jun tapi berulang kali tak bisa meninggalkannya. Dia merasa seperti tenggelam dalam penderitaan yang sangat melelahkan. Meski hatinya tak merasa bersalah padanya, di kedalaman hati tetap menyimpan siksaan yang tak berkesudahan.
Ya, orang yang disukai Jiang Jun adalah wanita naif dan baik hati. Tapi dia bukan seperti itu. Selama ini dia selalu licik dan dalam. Seperti yang dikatakan Jiang Jun, dia memang pintar. Hanya saja Jiang Jun tak tahu, dia bahkan pandai menyusun skenario. Cintanya berhasil didapatkan dengan cara berpura-pura...
Tapi ada yang aneh. Jiang Jun yang biasanya jeli membaca karakter orang, mengapa kali ini bisa salah menilainya?
Seandainya sejak awal dia tahu sifat aslinya, dan hanya berhubungan transaksi dengannya, tentu tak akan ada kesempatan baginya untuk berakting sebagai gadis polos. Di kemudian hari juga tak akan muncul rasa keterikatan pada kelembutan dan perhatiannya, hingga berujung seperti sekarang...
Dia tak ingin terus berpura-pura lagi...
Apapun hasilnya setelah dia jujur, setidaknya selama ini dia selalu berprinsip "hati tak merasa bersalah" terhadapnya.
Membayangkan itu, bayangan kepedihan terlihat sekilas di pupil mata jernih Gu Qingyou. Tapi dengan senyuman tetap di wajah, dia berkata, "Kau terlahir kaya. Kau tak mengerti, bagi orang sepertiku yang hidup dalam kemiskinan, uang adalah segalanya untuk bertahan hidup."
Jiang Jun tidak memotongnya. Dia memilih untuk terus menyimak, meski ekspresi dinginnya tak berubah.
Gu Qingyou seolah terperangkap dalam kenangan masa lalu yang jauh, menengadahkan wajah, tertawa sendiri, namun tawa yang penuh kepedihan. "Aku tak pernah ingin mengakui Qu Liyuan sebagai ibu, karena dia terus-menerus mengeksploitasiku, membuatku tak bisa menyelesaikan studi di universitas, setiap hari harus kerja serabutan, tapi aku terpaksa memberinya uang, karena bagaimanapun dia adalah ibuku, satu-satunya keluarga di dunia ini... Kemudian Ye Shuo tiba-tiba mencariku, saat itu aku masih jadi pengganti aktor di kelompok produksi, mendapat penghasilan pas-pasan, tiba-tiba punya kesempatan mendekati miliuner, satu-satunya pikiranku adalah aku harus kaya, aku harus dapat banyak uang dari miliuner ini, aku harus benar-benar menyingkirkan Qu Liyuan, juga membayar pengobatan Bibi Shu, dan membuat diriku hidup enak di masa depan... Tapi semua ini harus dibangun dari citra baikku di mata si miliuner, jadi, sejak awal bertransaksi dengan orang ini, aku berusaha keras menampilkan kesederhanaan dan kebaikan hatiku."
Jiang Jun memandangnya, berkata dengan datar, "Kau sukses. Miliuner ini memberimu satu juta yuan sebelum dua minggu berinteraksi."
Gu Qingyou menutup matanya dengan berat, tak berani menatap bola mata hitamnya yang tajam, suaranya mulai parau, "Uang ini memang datang terlalu mudah, di luar perkiraanku..."
"Jadi kau mulai merasa bisa dapat lebih banyak uang darinya, asalkan terus berpura-pura lemah..." Jiang Jun berbicara seolah tak terjadi apa-apa, ekspresi dinginnya bahkan lebih beku dari es.
"Tidak, bukan begitu..."
Tangan Gu Qingyou yang saling menggenggam, baru menyadari betapa dinginnya jari-jarinya sendiri saat benar-benar tergenggam.
"Bukan begitu?" Jiang Jun bersandar di kursi kulit asli, matanya setengah menyipit, memandangnya dengan dingin.
"Aku akui, awalnya memang hanya ingin mendapatkan lebih banyak uang dari si miliuner itu, tapi tak kusangka dia begitu baik padaku... Dia begitu hebat, orang yang bagaikan langit dan bumi denganku, tapi sama sekali tak mempermasalahkan statusku, selalu bersikap gentleman dan perhatian, seolah aku benar-benar istrinya... Dan di rumah miliuner itu, aku merasakan kehangatan keluarga yang belum pernah kualami sebelumnya, 'mertua'-ku begitu baik..."
"Semua ini membuatmu melekat, membuatmu tak ingin kehilangan semuanya, memutuskan untuk terus berpura-pura, selamanya tak membiarkan orang tahu keserakahanmu."
"Aku..." Suara Gu Qingyou gemetar patah-patah, kemerahan di matanya tak sanggup menatap tatapannya.
