Bab 509 Kekecewaan
Tak ada yang salah dari ucapannya, saat itu memang begitu pikirannya, apalagi waktu itu hatinya sudah mulai tertarik padanya.
Entah demi uang atau demi dirinya sendiri, dia ingin bisa menggantikan Gu Qingcheng, menjadi istri sejatinya...
Namun dia juga tak mengerti, ketika benar-benar mendapatkan perhatiannya, dan mengetahui pernikahannya dengan Xia Qingcheng hanyalah simbol tanpa substansi, saat dia pun berharap bisa menjadi pasangan seumur hidupnya, justru dia memilih mundur...
Benar, itu seharusnya yang diinginkannya, tapi saat itu dia tak berani menerima.
"Tentu saja, sekarang dia tahu alasan saat itu dia tak berani menerima adalah——dia jatuh cinta padanya, dia takut suatu hari kebohongannya akan terbongkar, takut melihat kekecewaan di matanya, jadi lebih memilih menjaga citra baik dalam benaknya daripada sebentar bersamanya lalu kehilangan segalanya……"
Maka dia menganggap ini hanya mimpi indah, mengambil uang hasil transaksi, pergi ke London.
Semula dia kira hubungan mereka akan kembali ke jalur normal selamanya, dan dia takkan pernah tahu dia diam-diam mengandung lagi. Tapi tak disangka, tiga tahun kemudian ia malah meninggalkan perasaan pada Su Mo, memilih bersatu dengannya……
Dia tak bisa lagi menolaknya……
Tiga tahun berpisah darinya, hidupnya bagai mayat berjalan. Meski sudah kaya dan punya profesi pengacara yang diidamkan sejak kecil, dia tak bisa melupakannya……
Jadi awalnya wanita pencinta uang ini, kemudian jatuh cinta padanya. Akhirnya yang diinginkan bukan lagi uang, tapi perasaannya.
"Kenapa tak jelaskan?" Jiang Jun memandang dingin pada Gu Qingyou. Tatapan asing itu membuatnya kedinginan di hati. "Atau kau sedang cari cara agar bisa pertahankan semua yang kau miliki sekarang?"
“Aku tak tahu bagaimana menjelaskan agar kau percaya bahwa setelah mengenalmu, uang bukan lagi prioritasku. Yang bisa kukatakan... versi diriku dalam rekaman itu hanyalah masa laluku. Kini, alasan aku tak ingin masa lalu terungkap bukan karena takut kehilangan status sebagai Nyonya Jiang, tapi takut kehilangan orang yang kini ada di hadapanku.” Gu Qingyou berucap dengan wajah pucat, tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Dia tahu, bagaimanapun dia berusaha menjelaskan, citranya di relung hati pria itu telah runtuh...
Bagaimanapun, niat awalnya memang tidak murni.
“Bagaimana aku tahu ucapanmu kini adalah kebenaran?” Jiang Jun terkekeh, wajah tampannya menyakitkan. “Mungkin dari awal kau hanya mengincar uang. Saat kebenaran terungkap, barulah kau bilang mencintaiku.”
Ekspresi Jiang Jun mengeras, sementara kesempatan berbicara darinya telah sirna.
“Keputusanmu meninggalkanku ke London dulu kupandang sebagai kedewasaan. Empat tahun lalu, andai kau tak bersikeras pergi dan membuatku merasakan ketulusanmu, aku takkan jatuh cinta. Hanya dengan cintaku, semua incaranmu akan mudah kau raih.” Jiang Jun bangkit dari kursi kulit asli, melangkah mendekat. Dagu Gu Qingyou diangkatnya, tatapan tajamnya menembus bola mata yang bergetar. “Jawab! Andai bukan karena foto dan rekaman yang dikirim orang, apakah kau akan terus menyembunyikan masa lalumu, berpura-pura suci di hadapanku selamanya?”
“Jun...” Suara Gu Qingyou tersekat di leher yang mengencang.
“Kau hanya perlu menjawab, iya atau bukan?” Suara Jiang Jun penuh amarah. Dalam ingatannya, ini pertama kalinya pria itu marah sehebat ini. Jari-jari yang mencengkeram dagunya menambah tekanan.
Dia merasakan sakit di dagu...
“Iya, karena aku tak mau kehilanganmu. Jika kau tahu masa laluku yang seperti ini, mana mungkin aku masih berani bersamamu...” Suara Gu Qingyou terdengar rentan.
“Jadi pada akhirnya kau memang serakah dan egois.” Jiang Jun menyeringai dingin. “Aku bisa memaafkan keserakahanmu dulu yang terpaksa mengukur segalanya dengan uang, tapi tak bisa memaafkan kepura-puraanmu selama ini yang berlagak tenang dan baik hati di hadapanku.” Usai berkata, ia melepaskannya dengan kasar hingga tubuhnya limbung.
Ekspresi dingin Jiang Jun menusuk relung hatinya. Rasa sakit itu mulai menyebar dari dadanya...
“Aku tidak pernah berpura-pura tenang dan baik hati.” Gu Qingyou mengelus perutnya, berusaha melindungi janin dari gerakan kasar tadi. Matanya telah berkabut air mata. “Percaya atau tidak, sejak saat aku menolak tawaranmu ke London, uang bukan lagi yang utama dalam hatiku... Dan selama tiga tahun sejak pertemuan kita kembali, tak sedetik pun aku menipumu. Perasaanku padamu selalu tulus.”
Dia sangat ingin mengatakan bahwa dirinya bukan wanita jahat. Keserakahan masa lalunya hanyalah buah dari kehidupan yang terlalu getir.
"Sekali demi sekali memikul utang ibu, susah payah mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan, namun masih harus kerja paruh waktu di jam istirahat, bagaimana mungkin dia tidak memiliki kerinduan akan uang……"
"Jadi jika bukan karena bertemu dengannya, akhirnya mungkin dia benar-benar akan menjadi wanita jahat……"
"Tapi sifat dasarnya bukan seperti ini, sama sekali tidak."
"Aku menyembunyikan diriku yang dulu, juga bukan seperti yang kau katakan untuk tetap menjaga citra baik di relung hatimu, demi mencapai keegoisan dan keserakahanku, karena jika aku benar orang seperti ini, tak mungkin aku terus-menerus mencari alasan untuk berpisah darimu……" Suara Gu Qingyou gemetar melanjutkan, bertekad mengungkap semua pikiran dalam hatinya. "Kau sama sekali tidak tahu, berkali-kali aku meragukanmu, sebenarnya ingin mencari alasan untuk meninggalkanmu, aku tidak diam saja menyembunyikan masa laluku, kenyataannya di kedalaman hatiku selalu tersiksa rasa bersalah…… Jadi, ketidakjujuranku padamu, bukan demi uang, tapi demi perasaan kita."
Suara Gu Qingyou mulai parau, "Kau bisa meragukan apapun tentangku, tapi tidak boleh meragukan perasaanku padamu, karena ini murni tanpa kotoran, tidak tercampur keegoisan atau keserakahan."
Pandangannya sudah kabur hingga tak bisa melihat ekspresi wajahnya, suaranya tersekat saat menyelesaikan kalimat, dada terasa hampa.
"Jika tidak bertemu dengannya, mungkin dia akan dipaksa Qu Liyuan hingga akhirnya menempuh jalan tak berujung……"
"Tapi dia beruntung bertemu dengannya, dia menyelesaikan semua kesulitannya, mengembalikannya pada dirinya yang sejati……"
Cintanya padanya, langit dan bumi menjadi saksi.
“Aku ingat pernah bilang padamu, aku tidak suka wanita yang berperasaan.”
Ia menatap tajam dengan tatapan dingin, mengucapkan kata demi kata yang menusuk matanya.
Gu Qingyou akhirnya tak bisa lagi membela diri, hanya bisa menggeleng. "Lalu, apa yang kau mau? Mau bercerai denganku, atau..."
"Aku belum bisa memberi jawaban sekarang, tapi aku sangat kecewa." Jiang Jun memotong ucapannya. "Kau takkan pernah paham perasaanku saat tahu mantan pacarmu dan mendengar rekaman itu... Sakit di relung hatiku jauh melampaui sakitmu saat ini... Kau munafik, Gu Qingyou."
"Munafik?" Gu Qingyou bertanya gemetar, otaknya kosong bagai kertas putih.
"Tiba-tiba aku merasa hubungan kita ini cuma lelucon." Jiang Jun mengakhiri dengan kejam.
Hati Gu Qingyou hancur berkeping-keping, terhampar di lantai kayu depan matanya.
Dulu ia mengira hubungan mereka yang melewati rintangan akan bahagia selamanya, kini semua keindahan itu pecah...
"Benarkah kau serius?" Gu Qingyou bertanya dengan suara tersekat, "Kau pikir aku munafik?"
Pertanyaannya menggantung, tapi tatapan kejam Jiang Jun sudah menjawab segalanya.
"Apa benar kau berpikir begitu di hati? Kau rasa semua perasaanku palsu?" Bisiknya pelan, leher tertunduk lesu.
Apakah ia benar-benar kehilangan kepercayaan padanya?
Jadi di matanya, kini ia sudah jadi penipu tulen?
Tapi takkah ia merasakan ketulusannya selama ini?
“Aku hanya sangat kecewa padamu... Banyak wanita yang mendekatiku demi uang, tapi tak kusangka istriku sendiri juga begitu.” Nada suara Jiang Jun terdengar lesu.
Hati Gu Qingyou langsung membeku, seolah seluruh darah di tubuhnya kehilangan suhu.
Saat ini dia tahu, tak ada lagi alasan baginya untuk bertahan di sini.
Memutar tubuh, kepedihan hatinya sudah tak mampu menahan tatapannya lagi. Langkah demi langkah dia berjalan menuju lift di kantornya.
Jiang Jun tidak menghentikannya.
Pintu lift terbuka. Masuk ke dalam, saat pintu mulai menutup, dia melihatnya menutup mata dengan berat hati.
Wajah Gu Qingyou basah oleh air mata. Akhirnya pintu lift terkunci perlahan, mulai turun.
